15. Pesan Terungkap

43 5 2
                                    

Abam tak dapat apa-apa setelah pulang dari Rumah Sakit, meski Gamal sudah bilang kalau bukan dirinya yang melakukannya, Abam tetap saja tak percaya. Entah mengapa Abam memang tak suka dengan lelaki berjambul tebal itu sejak pertama kali Ines mengenalkannya.

Gamal terlalu misterius bagi Abam, ia tak mengerti apa yang bisa membuat Ines mudah berteman dengan lelaki yang bahkan tidak jelas asal-usulnya.

Selepas Abam sampai disekolah, Abam mendapatnya tatapan mata kesal dari teman sekelasnya, dia Farah dan 2 teman lainnya, "gara-gara lo ilang, kita disuruh lari keliling lapangan 10 kali tau gak?!" kata Farah.

Abam yang baru duduk hanya mengerutkan alis dengan wajah meledek, "lah, kesambet apa lo," acuhnya, kemudian Abam memberikan kunci motor ke Raka, "thanks Rak, btw Farah ngapa?"

"Tadi Pak Slamet nyariin lo," ujar Raka sambil memasukkan kunci motor ke kantong celananya.

"Anjir," Abam sedikit terkejut, "terus?"

"Ya terus lo kan gak ada, si Dara juga kena tuh karena nama lo di titikin padahal lo gak ada," Raka mengaruk tengkuknya, "yaudah gue bilang aja apa yang lo bilang sama gue di whatsapp kalo lo disuruh keluar sama Bu Endah," jelas Raka, "abis itu pak Slamet nanya ke bu Endah, ketauan deh."

"Aduh, tambah rumit aja." keluh Abam.

"Tadi Vina sampe pingsan, makanya Farah ngomel sama lo."

Abam menghembuskan napasnya, pantas saja Farah menunjukkan mimik tak mengenakkan kepadanya, ternyata sahabat tersayangnya pingsan karena harus lari.

"Ines juga lari?" tanya Abam

"Dia di uks," jawab Raka, "parah lo nanyain Ines doang, kaki gue juga sakit nih."

"Dih, gitu doang aja, lemah lo."

Raka menatap garang, "gue selepet mulut lo, traktir lah sekelas kecapean gara-gara lo, biasanya kan kalo lari cuma tiga sampe lima puteran," kata Raka, "jangan pelit lo, kemarin lo menang lagi kan jokiin game orang."

"Tuh!" Abam menggeletakkan selembar uang berwarna merah di atas meja Raka, "sekelas ya, awas kalo lo makan sendiri," kata Raka, "gue mau ketemu pak Slamet dulu."

"Anjaayy, makasih Abam ganteng!"

**

Mau tak mau Abam harus menerima hukuman dari Pak Slamet, ia harus membersihkan WC guru dan ada di ruang guru. Abam harus nahan malu yang mendalam, pasalnya ketika ia sedang menjalankan hukuman, ada saja guru yang mondar-mandir masuk ke toilet. Entah karena memang kebelet atau beliau naksir sama Abam.

Sebenernya Abam bisa menebak mungkin mereka agak heran, karena Abam nih dikenal sebagai anak baik-baik yang tak pernah menerima hukuman kecuali diperuntukkan untuk sekelas.

Abam menghapus keringat didahi menggunakan bahunya yang terlapisi kaos warna putih, seragamnya ia copot dan terbiar menggelantung di atas kaca westafel.

Abam cukup tak beruntung hari ini, setelah serangkaian kejadian itu menimpa Abam, lelaki itu mendapatkan omelan dari dari Dara si sekretaris kelas yang juga mendapatkan amarah dari Pak Slamet karena dikira bersekongkol dengan Abam, ya, meskipun gadis itu akhirnya luluh karena Abam memohon untuk di maafkan.

Iseng, Abam membuka handphone yang ia kantongi. Ia membuka aplikasi whatsapp dan mengetuk roomchat baris kedua yang telah ia pin kontaknya, Ines.

Abam mencoba menaikkan posisi handphonenya dengan tangannya yang sedikit ke atas karena ternyata di kamar mandi ini sinyalnya cukup hilang, kemudian terpampang wajah terkejut ketika melihat status bahwa Ines sedang online.

FREDITENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang