Akibat pandemi, nggak semua dari para penghuni kost bisa pulang. Ada yang malas karena jauh atau juga rumahnya sepi.
Salah satunya, nih,
Eric
chat | callJadi
Kata lu
Gue di rumah aja
Apa ke kostan lu?Lu bisa ngetik sekalian aja gak?
Menuh-menuhin notif gue ajaHehehe
Maaf breKalau kata gue sih, lo sini aja
Rumah sepi kan? Ortu pada kerja
Pulangnya aja masih entah kapanYah
Iya juga, sih
Oke, gapapa nih?
Gue kan pandemi doang
ikut di sananyaIya, udeh gapapa
Bapak kostnya baik kok
Tapi, lo bawa makanan yaUrusan itu mah
Gampang·
Pemuda itu memarkirkan motornya dengan senyum sumringah. Mengira bahwa kedatangannya akan disambut dengan baik oleh penghuni kost putra itu.
"Pun⎯"
"Et, lo jangan masuk dulu." Eric terkejut, Renjun dengan sigap berdiri menghalangi pintu.
"Helm lo, taruh luar. Semprot, nih."
"Tas lo, simpen di teras. Semprot juga."
"Jaket lo, gantung di sana. Terus semprot."
"Plastiknya siniin, gue aja yang bawa." Renjun mengambil plastik itu tanpa menunggu jawaban, masuk dan meninggalkan Eric yang masih melongo.
Tak sadar, Jeno berdiri di belakangnya. "Lo baru ketemu Renjun, belum aja ketemu Seungmin."
"Yah, mereka belum aja ketemu Mama." Eric tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya. Tak heran, memang seharusnya begitu 'kan?
Memiliki keluarga yang berprofesi di bidang medis, tentu ia paham benar seberapa pentingnya kesehatan. Terutama pada kondisi sekarang, sakit sedikit saja pikirannya sudah kemana-mana.
Lelaki itu tertegun. Suasana kost masih ramai, walaupun hanya ada beberapa orang. Mengisi ruang tamu dengan umpatan-umpatan tidak jelas akibat kalah saing. Tentunya disertai tawa puas melihat yang kalah.
Jeno mengarahkan Eric menuju lantai dua, tempat kamarnya berada. Sebab kepindahannya hanya sementara, Eric akan sekamar dengan Jeno. Toh, dulunya mereka biasa tidur berdua.
"Cuma ada kasur tambahan, jadi lo tidur di lantai. Tenang aja, selimutnya enak kok," jelas Jeno diakhiri tawa.
"Tapi, jangan heran kalau gue tiba-tiba ada di samping lo kalau dingin." Eric membalas, Jeno malah bergidik ngeri.
"Dih, jangan harap gue peluk-peluk lo kayak waktu kecil," balas Jeno, mengingat masa kecilnya.
Orang mungkin perlu susah payah untuk mendapatkan peluk ataupun sekedar berjabat tangan dengan Jeno. Tapi, tidak dengan Eric juga Xiyeon. Mau minta cium pun bakal dikasih.
Eh, Eric nggak, ya. EMDEL bukan wattpad homo. ❌
"Oh, ini yang katanya duplikat lo, Jen?" tanya Haechan, memotong obrolan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Delapan.
FanfictionSelamat datang dalam dunia mereka, sembilan belas muda-mudi Bandung yang terikat dalam benang merah persahabatan. Contain harsh words. © liareumdaun, 2019. Find us on LINE! #PATLAPAN Best record : #1 on Millenial 💥