Bab 32

119K 9.4K 2.5K
                                    

Love warna apa yang cocok buat Ilham? Coba kasi dulu.

Alhamdulillah, semoga puasanya lancar semua.

Jangan lupa perbanyak baca Al-Qur'an juga.❤
Happy Reading....

___________________________________________

"Disetiap kejadian buruk, pasti ada kebaikan setelahnya. Manusia Allah uji tidak melebihi batas kemampuan umat itu sendiri. Kita hanya perlu sabar dan tawakkal."

Kalam Cinta Sang Gus

Cahaya di ufuk timur mulai bersinar menjelang terbitnya sang surya, saat ini matahari berada pada ketinggian delapan belas derajat di bawah horizon. Enbun pagi yang tadinya kelabu mulai berpendar dan bumi mulai terang.

Sayup-sayup suara kendaraan bermotor yang memadati jalan raya mulai bersahutan ketika mobil yang Ilham dan Syabella kendarai melaju di jalan raya menuju kediaman mertua Mala. Rumahnya lumayan jauh dari pesantren, terlihat melalui jarak tempuh yang tertera di Maps ponsel Ilham, menunjukkan sekitar 23 km perjalanan.

"Pasti sekarang Mala sedih banget. Padahal kalau lagi hamil maunya di manja terus, gak kebayang kalo ada di posisinya, pasti bakal hancur banget." Syabella ikut murung memikirkan nasib Mala.

Ilham tersenyum simpati, ia kemudian meraih tangan Syabella untuk ia genggam sembari mengemudi. "Disetiap kejadian buruk, pasti ada kebaikan setelahnya. Manusia Allah uji tidak melebihi batas kemampuan umat itu sendiri. Kita hanya perlu sabar dan tawakkal," jawab Ilham lalu mengeratkan genggamannya di tangan Syabella sembari tersenyum hangat.

Ini awal yang baik untuk hubungan mereka, Ilham harap tidak ada masalah lagi dengan pernikahannya, Ilham tidak ingin kehilangan lagi, sudah cukup ia mengalah untuk orang lain. Dia juga butuh bahagia. Syabella tak hanya cantik dan baik akhlaknya, dia juga mampu mendobrak hati yang kuncinya telah lama ia buang ke dasar laut. Bodoh jika Ilham melepasnya dengan alasan apapun.

"Sya, masalah apapun yang terjadi di masa depan, ku mohon tetaplah jadi Syabella yang selalu tersenyum dan tak mudah menyerah." Ilham mengangkat tangan Syabella kemudian mengecupnya singkat. "Dan, tetaplah di sampingku."

Syabella menelan ludah, lagi-lagi asam lambungnya seperti naik. Ingin sekali muntah, apalagi waktu mendengar kata-kata manis suaminya. Bagaimana bisa lelaki itu memintanya tetap tinggal sedang bilang 'cinta' saja belum pernah.

Setengah jam kemudian mereka sampai di sebuah rumah dengan bendera kuning di pagar rumahnya. Banyak tetangga yang datang melayat, termasuk Ilham dan Syabella yang kini berada di teras hendak masuk.

Seperti dugaan di samping mayat Abil sudah ada Mala yang tersedu dalam diam, wajahnya pucat, bibirnya sedikit putih, terlihat sekali kalau dia kelelahan.

Ilham duduk di samping Syabella yang kini memeluk erat tubuh Mala. Pasti perempuan itu butuh pelukan, sedangkan ia sudah tidak punya siapapun lagi kecuali ayah mertuanya. Sebaik apapun beliau, tetap saja Mala tidak mungkin bersandar di bahunya.

Setiap manusia akan merasakan yang namanya kematian, entah dengan cara yang seperti apa dan kapan waktunya hanya Allah yang tahu. Seperti yang tertulis dalam Ayat-ayatNya yang Maha Suci. Dalam sebuah hadist disebutkan, Rasulullah pernah berkata bahwa saat ruh kita akan dicabut/dipisahkan dari raga, rasa sakitnya setara dengan 1000 mata pedang ditusukkan ke tubuh kita. Bahkan mungkin ada yang sampai matanya mendelik (melotot) atau bahkan menjerit karena menahan rasa sakit yang amat sangat dahsyat. Tidak ada makhluk yang dapat mengingkari ketentuan-Nya.

Dalam surah Al Jumu’ah ayat 8 Allah SWT berfirman :

قُلۡ إِنَّ ٱلۡمَوۡتَ ٱلَّذِى تَفِرُّونَ مِنۡهُ فَإِنَّهُ ۥ مُلَـٰقِيڪُمۡ‌ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَـٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ

Kalam Cinta Sang GUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang