Bab 16

103K 7.7K 914
                                    

Kau pernah menjadi bait terindah dalam doa sepertiga malamku, menjadi satu-satunya yang kusemogakan untuk mendampingiku berjuang menuju jannah-Nya.

Kalam Cinta Sang Gus

Ilham melangkah ke ruang perpus, tak berapa lama ia kembali lagi, lalu menyerahkan kotak kayu ukir yang dulu Syabella temukan di dalam laci serta menyerahkan kuncinya. "Bukalah, itu mungkin bisa menjawab pertanyaanmu."

Tangan Abel bergerak cepat memasukkan kunci itu kedalam lubang kunci yang ada di kotak. Sebelum lanjut memutar, gadis itu menghela napas mempersiapkan mental untuk segala kemungkinan yang ia takutkan.

Klik

Kotak terbuka, Abel mengangkat tutup kotak. Seketika alisnya bertaut, tidak ada foto di sana. Hanya bros mutiara berbentuk Hello Kitty dengan dua kitir love yang menggantung di bawahnya.

"Ini milik siapa Kak Ilham?" Abel mengangkat Bros tersebut, meniliknya dengan seksama. Lucu. Abel suka, tapi tidak mau memilikinya jika ini punya perempuan masalalu Ilham.

"Milik seseorang yang katanya menyukaiku, dan dia yang berani melamarku, dulu." Ilham tersenyum seperti mengingat sesuatu tanpa menghentikan aktifitasnya membuka bungkus roti rasa stroberi. 

"Iyakah? Perempuan itu melamar Kak Ilham langsung? Siapa? Kak Maira atau Kak Nisa?" Karena terlalu semangat kepala Abel sampai terasa nyeri. Gadis itu akhirnya memilih bersandar kembali.

"Menurut kamu?"

Abel mengangkat bahu pertanda ia benar-benar tidak tahu. "Tapi, pasti perempuan itu tidak tahu malu. Masa ada perempuan melamar langsung?"

"Memangnya kenapa? Istri Nabi, Siti Khadijah yang lebih dulu melamar Rasulullah."

Abel berdecak sebab sang suami terkesan membela pemilik Bros tersebut. "Ih itu beda, Kakaaak," protesnya. "Siti Khadijah tidak langsung bicara sendiri, beliau menggunakan Maisaroh karyawan lelakinya untuk tahu sosok Nabi Muhammad seperti apa, setelah yakin dengan kebaikan Rasulullah barulah Siti Khadijah meminta bantuan sahabatnya yang bernama Nafisan binti Munabbih untuk menjadi perantara. Bukan langsung lamar kayak perempuan pemilik Bros ini." Abel meletakkan kotak itu di atas nakas.

"Sama saja, Sya. Sama-sama lamaran dari pihak perempuan."

"Iih, gak sama Kak Ilham, cara melamar Siti Khadijah itu elegan dan berkelas, gak kayak perempuan memalukan itu," rajuk Abel tidak mau kalah. Padahal kepalanya masih terasa pening meski sudah makan, masih saja bisa berdebat. "Kesel sama Kak Ilham. Abel nanya siapa yang disemogakan malah ngasi kayak gitu."

"Sejak dulu aku tidak suka menyebut nama orang di do'aku, Sya. Yang kusemogakan hanya seseorang yang Allah persiapkan untukku. Mana aku tahu jika seseorang itu kamu." Suara Ilham semakin pelan.

Abel tidak lagi merespon, juga tidak mendengarkan, dia sibuk memijat pelipisnya. Mungkin terasa nyeri.

Ilham menyadari kesakitan istrinya dan berhenti mendebat. "Sudah, sudah. Ini rotinya makan dulu," ucapnya menyerahkan sesuir roti.

Kesal dengan sang suami Abel merampas rotinya sedikit keras, memasukkan langsung ke mulut dan mengunyahnya. "Aaaaa," Abel berteriak saat merasa roti itu berubah teramat pahit, ada sesuatu yang keras telah ia kunyah.

"Stop, jangan dimuntahkan." Ilham menahan tangan Abel yang ingin mengeluarkan obat yang ia masukkan ke dalam roti. "Nih, minum air yang banyak. Pasti pahitnya langsung hilang."

Abel langsung menyambar air di tangan Ilham dan meminumnya hingga tandas dalam sekejap. "Aahh ... masih pahit. Kak Ilham jahat." Abel memukul lengan Ilham.

Kalam Cinta Sang GUS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang