--🌸🌸🌸🌸--
"Akhirnya kau kembali, Mew." ucap tuan Suppa sambil menepuk kedua bahu anaknya. Merasa senang sekaligus bahagia, putra pertamanya telah kembali dari tugasnya.
"Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Ayah bisa lihat sendiri, aku sehat seperti biasa." jawab Mew sedikit membuka kedua tangannya, memperlihatkan tubuhnya yang memang baik tanpa luka.
Tuan Suppa mengangguk. Putranya memang nampak sehat tak kurang suatu apapun.
"Bagaimana wilayah timur? Apakah sudah aman?"
Mew mengangguk, mendudukkan diri di hadapan ayahnya.
"Semua aman, ayah. Rakyat yang semula hendak memberontak bisa kami kendalikan. Dan beberapa orang yang dicurigai menjadi dalangnya sudah ditangkap dan tinggal menunggu hukumannya."
Tuan Suppa menghela nafas lega seraya membelai dagunya yang berjenggot agak panjang.
"Aku tidak menyangka, daerah timur yang terkenal sangat penurut, ada niat untuk menggulingkan istana."
"Semuanya karena rakyat timur merasa terabaikan oleh istana, hingga mereka terpengaruh oleh mata-mata musuh yang berhasil menyusup. Sepertinya musuh mengiming-imingi mereka dengan harta yang melimpah, hingga rakyat timur bersedia memberontak."
Brak…
"Licik sekali mereka!" Tuan Suppa menggebrak meja, geram.
"Tapi ayah tenang saja. Kaisar telah mengakui kelalaian pemerintahnya, dan berjanji akan memperhatikan rakyat timur dan mensejahterakan mereka." Mew menenangkan.
Nafas lega terdengar lagi dari pria paruh baya itu.
"Kaisar sangatlah peduli pada rakyatnya. Beliau tidak mungkin mengabaikan rakyatnya begitu saja. Ini pasti hanya kesalahan kecil karena terlalu banyak hal yang harus kaisar urus."
Mew mengangguk membenarkan.
"Ah, sudahlah, jangan membicarakan urusan istana disini. Hari ini kau harus menginap di rumah, adikmu sudah sangat merindukanmu. Gunakan waktumu untuk bersamanya. Hibur dia yang selalu bersedih jika membicarakanmu."
Mew tertawa ringan. Ia sadar betul, dirinya sudah lama tak pulang ke rumah menemui adik kesayangannya semenjak dirinya diangkat menjadi jenderal di istana.
"Tentu, ayah, inilah alasanku kenapa aku pulang ke rumah. Aku juga merindukan dia."
"Bagus." Tuan Suppa tersenyum senang.
Mew memperhatikan sekeliling.
"Lalu dimana dia sekarang?" tanyanya kemudian.
Kali ini hembusan nafas Tuan Suppa terdengar sangat frustasi. Pasalnya putra bungsunya ini sering sekali menghilang entah kemana. Namun saat dia hendak menjawab, terdengarlah gemerincing gelang kaki yang perlahan mendekat. Mata Tuan Suppa menangkap sosok lelaki manis tengah mengendap-endap di belakang Mew. Tentu saja Mew pun menyadari kehadiran adiknya.
"Tak perlu mengendap-endap, aku tahu kau ada di belakangku." begitu ucapnya sambil menyesap secangkir teh hangat yang disediakan oleh pelayan.
Kening putih berhiaskan tanda merah itu seketika berkerut. Mata cantiknya mengerjap kesal dengan bibir merah cherry yang mempout cemberut.
"Curang sekali. Kakak pasti mendengar gelang kakiku, iya kan?!" begitu gerutunya seraya mendekat. Lalu mendudukkan diri di sisi samping meja dengan kasar.
"Tentu saja. Gelang kaki mu itu memberitahuku keberadaanmu." Mew menoel gemas pipi putih adiknya.
"Ck, harusnya kakak pura-pura tidak dengar." rengeknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
the Lotus of Love
RomanceKetika sebuah lotus kertas memikat hati untuk pertama kali... Selalu mengingatkan cinta sejati yang tumbuh sejak dini... "the Lotus of Love"