--🌸🌸🌸🌸--
"Aku menyukaimu, Saint"
Senyum bahagia itu lagi-lagi tersungging, menghias wajah Saint yang berseri-seri. Jari-jari lentiknya tengah memainkan cangkir teh bermotif bunga teratai yang ia pegang. Pikirannya jauh menerawang, mengingat peristiwa yang terjadi beberapa hari yang lalu.
Saking terbuainya dengan pikiran sendiri, Cheren yang masuk tak mampu menyadarkan Saint dari lamunannya.
"Anda sudah tersenyum seperti itu sejak pagi, tuan muda. Apa tuan muda Zee benar-benar telah menjadi perhatian anda?" goda Cheren sambil meletakkan nampan yang ia bawa. Sebuah piring berisi kue berbentuk bunga mendarat tepat dihadapan Saint.
"Sstt.. Cheren, pelankan suaramu! Aku tidak ingin ayah mendengarnya." Saint memperingatkan pelayannya itu. Matanya melirik dengan panik.
"Memangnya kenapa, tuan? Bukankah tuan besar sudah sangat berharap anda memiliki kekasih? Anda bisa mengenalkan tuan muda Zee pada ayah anda."
Pipi Saint bersemu. Rasanya malu sekali membayangkan Saint mengenalkan Zee sebagai kekasihnya pada sang ayah.
"Aku tahu. Tapi aku belum siap. Kami baru saja menjalin hubungan, aku tidak ingin kak Zee menganggapku terlalu terburu-buru."
Ya, beberapa hari yang lalu Saint memang telah menjalin hubungan dengan Zee. Pria gagah dengan wajah tampan dari negara Puan itu akhirnya menyatakan perasaannya pada Saint setelah mereka saling mengenal beberapa bulan yang lalu.
Saint yang belum pernah merasakan jatuh cinta, tentu saja hatinya menghangat setiap mendapat perlakuan istimewa dari Zee selama ini. Hingga akhirnya Saint menerima Zee begitu saja sebagai cinta pertamanya.
"Hanya mengenalkannya saja, tuan muda, bukan untuk meminta tuan Zee menikahi anda." lanjut Cheren sembari menuangkan teh ke cangkir Saint yang telah kosong.
"Ah, kau tak tahu saja sifat ayahku. Dia akan langsung menerima siapapun yang datang padanya jika berhubungan denganku." Saint cemberut.
Ia hafal betul sifat ayahnya. Sudah beberapa kali Saint sibuk menolak perjodohan atau bahkan lamaran yang datang padanya, gara-gara ayahnya yang selalu berusaha menikahkannya.
Cheren tersenyum.
"Tuan besar memikirkan masa depan tuan muda."
"Aku tahu. Tapi aku bukan seorang gadis yang harus dijodoh-jodohkan. Aku bisa mencari calon pasanganku sendiri." menyesap tehnya kembali.
"Seperti tuan Zee?" Cheren menggoda lagi, hingga membuat pipi Saint kembali merona.
"Cheren.. Berhentilah menggodaku!" gerutu Saint dengan senyum malu-malunya. Sementara Cheren hanya tersenyum melihat tuan mudanya yang terlihat sangat manis.
"Apa aku terlalu kelihatan?" Saint menangkup kedua pipinya sendiri.
"Kalau tuan muda sedang jatuh cinta?"
Saint mengangguk.
"Iya, tuan muda."
"Benarkah?"
Cheren mengangguk lagi. "Anda terlihat manis sekali."
"Ish.. Kau ini.. Aku tampan bukan manis." sungut Saint sembari bangun dari duduknya.
"Anda mau kemana, tuan?" melihat tuan mudanya tiba-tiba berdiri.
"Bertemu dengan kak Zee." jawab Saint dengan senyum sumringah.
"Sudah saya duga anda pasti merindukannya."
"Ssstt..." Saint malu. Apa yang pelayannya katakan memang benar. Ia memang merindukan Zee.

KAMU SEDANG MEMBACA
the Lotus of Love
عاطفيةKetika sebuah lotus kertas memikat hati untuk pertama kali... Selalu mengingatkan cinta sejati yang tumbuh sejak dini... "the Lotus of Love"