Lotus 8

663 90 52
                                        


_🌸🌸🌸🌸_

Langkah kuda Mark memelan saat memasuki hutan. Perlahan pacuannya pun terhenti di depan pondok bambu tempatnya tinggal beberapa hari ini. Dihadapannya Perth telah berdiri menunggu dengan tangan bertaut ke belakang.

Mark segera turun dari tunggangannya, menghampiri Perth dan membungkuk memberi hormat.

"Salam, Yang mulia."

"Bagaimana keadaan Mai?"

"Melapor kepada yang mulia.. kota Mai masih di bawah kendali dan dalam keadaan aman. Pangeran kedua menangani semua masalah yang ada di sana, dan beliau menanyakan keberadaan anda." jawab Mark.

"Apa kau memberitahunya?"

"Tidak. Hamba tidak berani melanggar." Mark membungkuk kembali.

Perth menghela nafas. "Biarkan saja. Aku akan memberitahunya nanti."

"Tapi..." Mark tak meneruskan kata-katanya, membuat Perth melirik ke arahnya.

"Ada apa?"

"Hamba membawa berita dari istana."

"Kakek?"

Mark pun mengangguk. "Kaisar mengirim pangeran ketiga ke kota Mai hari ini. Pangeran bilang, utusan dari Siam akan berkunjung kesana dan meminta anda menyambutnya."

"Pasti hubungan kerjasama itu." gumam Perth.

"Lalu bagaimana, Yang mulia?! 3 hari lagi utusan itu akan tiba di Mai. Anda tidak mungkin mengabaikannya."

Helaan nafas pelan terlihat dari wajah Perth.

"Aku tahu.. tapi aku juga tidak bisa mengabaikannya." ucap Perth pelan seraya menoleh ke belakang, menatap pemuda manis yang tengah sibuk menjaga perapian.













Saint beberapa kali meniup tungku perapian yang ia jaga sejak tadi agar tidak padam. Terkadang ia akan terbatuk-batuk saat asap api tersebut justru berbalik mengenai wajahnya. Dibukanya tutup kuali diatas tungku itu dan melihat apakah olahan burung yang ia masak telah matang.

"Hmm.. rasanya tidak buruk. Tapi sepertinya perlu sedikit waktu agar matang sempurna." monolognya sendiri setelah mencicipi masakannya.

Lalu ia kembali berjongkok, memasukkan beberapa potongan kayu kecil ke dalam tungku.

"Kuharap Tuan Ae menyukainya." bibirnya tersungging, membayangkan reaksi Perth saat memakannya. Sambil terus menatap kobaran api, pikiran Saint justru melayang ke beberapa saat yang lalu.

====

"Tuan Ae..."

"Hmm?"

"Bisakah kau memberiku nama?"

Dan pertanyaan Saint kembali membuat Perth menoleh ke arahnya. Mereka saling bertatapan hingga Saint memutuskannya terlebih dahulu.

"Eerr.. bukankah.. aku juga terlihat aneh karena tak memiliki nama?" Perth tak menjawab. Ia hanya terus menatap Saint.

"Eh.. Ta_tapi.. aku tidak akan memaksa Tuan. Tuan tak perlu memikirkan kemauanku.. iya.. hehe.."

Saint jadi canggung sendiri, menggaruk hidungnya seraya menghindari tatapan Perth yang sejak tadi tak lepas darinya.

"Bagaimana dengan 'Pete'?!"

Saint mendongak, menatap Perth. Mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar perkataan pemuda gagah di hadapannya itu.

the Lotus of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang