_🌸🌸🌸🌸_
Byuuuuurrrrrr…
Tubuh Saint terjun bebas masuk ke dalam air, turun ke bawah tanpa ada perlawanan.
'Ah.. aku terjatuh lagi.' Gumamnya dalam hati. Entah kenapa Saint tak ingin berusaha naik ke permukaan. Ia biarkan tubuhnya semakin tenggelam. Tak ada yang Saint rasakan juga, sedangkan seharusnya paru-parunya merasa sesak.
Aneh memang, Saint hanya merasakan tubuhnya terus menembus tekanan air yang semakin mendorongnya ke dasar.
Di kedalaman air, terhalang gelembung udara yang tercipta akibat tubuhnya, sebuah bayangan muncul. Membentuk sebuah siluet yang cukup nyata karena berkas cahaya matahari di belakangnya. Saint memicingkan mata, mencoba mengidentifikasi siapakah orang yang saat ini berada di hadapannya.
'Siapa dia?' Mata Saint membulat.
Tak salah jika Saint terkejut. Dengan bias-bias cahaya mentari yang menerangi kedalaman itu, ada wajah yang begitu mirip dengannya, ah.. bukan hanya mirip, tapi sama persis. Saint tak salah lihat. Ia seperti melihat pantulan dirinya sendiri layaknya sedang bercermin. Hanya saja, pakaiannya terlihat jauh berbeda. Rambut pemuda itu tertata rapi, dengan hiasan rambut yang jelas lebih indah dari yang ia kenakan. Tapi semua itu tak bisa membuat Saint tak mengenali wajahnya sendiri.
'Apakah itu aku?'
Tubuh Saint semakin turun ke bawah tapi tangannya justru terulur ke arah bayangan itu, mencoba menggapainya. Siapa yang menyangka bayangan itu pun menyambutnya. Tapi sedetik kemudian saat Saint berhasil menyentuhnya, bayangan itu berubah menjadi buih, berbaur dengan air dan menghilang. Barulah seketika itu Saint merasa nafasnya tercekat, pasokan udaranya menipis. Gelembung udara keluar dari mulut dan hidungnya dengan sangat cepat, secepat gapaian tangannya yang berubah mencari pertolongan.
Bibir Saint terbuka meminta tolong, seakan terlupa bahwa ia sedang berada di dalam air. Hingga sebuah gelembung udara besar tercipta dari mulutnya, menambah kepanikannya sendiri.
Lelah tangan Saint bergerak, tenaganya terkuras habis menyibak air yang mengerubunginya.
'Apa aku akan mati?' Batinnya.
Gerak tubuh Saint melambat, udara tak tersisa lagi di rongga paru-parunya. Saat matanya nyaris terpejam, ia lihat sesosok bayangan lain berenang mendekat. Menangkap dan menarik tangannya yang terulur ke depan. Di sisa kesadarannya, Saint merasa ada sesuatu yang melingkari pinggangnya dan mendekap tubuhnya kuat. Dan ketika kesadarannya mulai menghilang, sesuatu mendekat ke wajahnya. Hingga kemudian..
Cuupp..
Bibirnya terasa hangat. Sesuatu yang kenyal menempel dan meniupkan udara ke dalam mulutnya, memberinya pasokan udara ke dalam paru-paru. Bagaikan tersadar dari kematian yang nyaris merenggut dirinya, Saint membuka mata dan kaget tak terkira. Matanya yang terbelalak menangkap bulu mata lentik milik Perth yang begitu tak ada jarak dengannya.
'Tu_tuan Ae?'
Saint terperanjat. Kelopak cantiknya terbuka lebar. Nafasnya terengah-engah dengan keringat yang membasahi keningnya. Saint mengedarkan pandangannya dan yang ia lihat pertama kali hanyalah atap ranjang tertutup kelambu. Dikerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengumpulkan sisa nyawa yang masih tercerai berai juga keterkejutan yang masih ketara di wajahnya.
'Mimpi?' Keningnya berkerut mengingat kejadian barusan.
Saint mengusap keringat yang membasahi pelipisnya. Beberapa kali meneguk ludah kasar, mengingat betapa menakutkannya mimpi yang baru saja ia alami. Tubuhnya yang terhempas tekanan air terasa sangat nyata ia rasakan, hingga ia harus mengusap dadanya sendiri, menetralkan nafas yang masih memburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the Lotus of Love
RomansaKetika sebuah lotus kertas memikat hati untuk pertama kali... Selalu mengingatkan cinta sejati yang tumbuh sejak dini... "the Lotus of Love"