--🌸🌸🌸🌸--"Dia...?" gumam Perth pelan.
"Anda mengenalnya, Yang Mulia?" sepertinya Mark mendengar gumaman Perth.
Perth menggeleng. "Hanya seperti pernah melihatnya." sembari terus menatap wajah pucat di tangannya.
Ya.. Perth memang merasa pernah melihatnya. Wajahnya tak asing. Kulit putih seputih salju, bibir mungil yang pasti berwarna merah alami meskipun saat ini terlihat memucat, bulu mata lentik dengan kelopak mata menutup, menyembunyikan manik mata yang pasti cantik nan bening dibaliknya.
Entah bagaimana, Perth meyakini pemuda manis inilah yang ia lihat di penginapan beberapa bulan lalu. Pemuda yang terlihat berkilauan karena terpaan sinar bulan purnama yang memancar kala itu.
Deg...
Ah, ada apa ini? Ada sesuatu yang menggelitik dada Perth. Menyentuh dadanya sendiri karena sesaat jantungnya berdebar cukup keras hanya karena mengingat saat itu. Mengingat mata bulat cantik yang dulu pernah menatapnya meski hanya sekejap mata.
Ming…
Tiba-tiba nama Ming muncul di benak Perth. Namun kemudian ia sedikit menggeleng, menepis ingatannya. Bagaimana bisa ia masih saja menyamakan Ming dengan pemuda di penginapan saat itu? Bahkan Ming masih cukup kecil saat pertama kali ia melihatnya. Dan Perth belum pernah bertemu dengannya lagi setelah itu. Jadi bisa Perth pastikan, bahwa Ming tak ada sangkut pautnya dengan pemuda ini.
Tapi dengan mengamati wajah tak sadarnya, Perth cukup meyakini, pemuda ini sama dengan yang ia temui di penginapan waktu itu.
"Sepertinya dia terluka, Yang Mulia."
Ucapan Mark mengembalikan Perth dari alam pikirannya sendiri, menyadari ada darah yang mengalir mengotori ujung lengan hanfunya.
"Kota Mai masih cukup jauh, Yang Mulia, hamba takut pemuda ini tak akan mampu bertahan." Mark mengamati jalanan sempit yang terlihat masih sangat panjang.
Perth mengiyakan perkataan Mark dalam diam. Luka pemuda di tangannya terlihat lumayan parah. Sementara hari sudah mulai gelap.
Tanpa pikir panjang, Perth menelusupkan tangannya ke kaki dan juga punggung pemuda itu.
"Ah, Yang Mulia.. biar hamba saja." Mark segera mengulurkan tangannya, hendak menggantikan posisi Perth yang sudah mengangkat tubuh pemuda itu.
"Tidak perlu. Carikan alas untuk membaringkannya."
Mark mengangguk, lalu melepas jubah yang ia kenakan. Dibentangkannya diatas tanah yang rata. Dan segera Perth membaringkannya di sana.
Perth sedikit terkesiap saat ia lihat tubuh bagian dalam pemuda itu mengintip dari balik hanfu yang berantakan. Kulit putihnya terlihat lembut dan juga mulus, seakan menggoda seseorang untuk menjamahnya. Hingga dengan segera Perth menutup kembali hanfu tersebut, seolah tak ingin ada orang lain yang melihatnya.
"Ah_aih_irrhh.. a_air..hh" sebuah rintihan terdengar.
Perth dan Mark menoleh bersamaan.
"Mark."
Tanggap, Mark segera mengulurkan sebuah botol bambu berisi air.
Perth menerimanya tanpa melepaskan pandangan dari sosok lemah di hadapannya. Diangkatnya sedikit kepala itu lalu meminumkan air di botol tersebut.
Gagal… Air justru mengalir turun dari sudut bibir mungil itu, hingga tak ada lagi sisa di dalamnya. Perth mencoba sekali lagi namun tetap sama saja. Sementara pemuda tersebut terus merintih pelan dalam ketidaksadarannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
the Lotus of Love
RomanceKetika sebuah lotus kertas memikat hati untuk pertama kali... Selalu mengingatkan cinta sejati yang tumbuh sejak dini... "the Lotus of Love"