lotus 5

629 106 82
                                        

--🌸🌸🌸🌸--

Praakk..

Sebuah kendi berisi anggur jatuh tepat di depan pintu masuk. Tuan Suppa dan Mew pun terkejut karena mereka tak menyangka Saint akan mendengar pembicaraannya.

"Ap_apa?"


"Saint?" 

Mew yang sejak tadi tak menyadari kehadiran adiknya dengan segera menghampiri Saint yang masih mematung di depan pintu. 

"Ap_apa yang kalian katakan?!" mata bulat Saint masih terbelalak menatap Mew.

"Masuklah dulu, kita bicarakan di dalam." ajak Mew sembari menarik punggung sempit adiknya dan mendorongnya masuk ke dalam.

Lalu matanya menangkap sosok pemuda di belakang Saint.

"Maaf, tuan muda, boleh saya tahu siapa anda?" tanya Mew sopan.

Zee yang memang mengikuti Saint segera menyadari dirinya belum memberi hormat. Segera ia tautkan kedua tangannya lalu membungkuk.

"Maaf saya berlaku kurang sopan, nama saya Zee, saya dari…"

Belum sempat meneruskan kalimatnya, terdengar Saint yang berteriak kepada ayahnya.

"Aku tidak mau!!" keras sekali hingga mengalihkan perhatian Mew dan Zee.

"Saint, keputusan ini sudah diambil. Kau tidak bisa membatalkannya begitu saja."

"Tidak.. Aku tidak mau, ayah! Bukankah sudah kukatakan berkali-kali aku tidak mau melakukan perjodohan ini?" sahut Saint emosi.

"... Dan juga ayah berjanji padaku akan membatalkannya, tapi kenapa ayah justru menerima perjodohan lain?! Ayah.. Hiks.. Kenapa ayah melakukan itu padaku? Kenapa ayah selalu memaksaku? Hiks…"

Saint menangis. Pasalnya ia sudah sangat lelah dengan yang namanya perjodohan. Sudah berkali-kali Saint menolak namun sepertinya ayahnya tak pernah mengindahkannya. Ia jadi kesal sendiri. 

Mew segera menghampiri Saint, menenangkan adiknya yang merasa terpukul dengan keputusan ayahnya.

"Saint, duduklah dulu! Kita bicarakan baik-baik. Kau membawa temanmu, bukan?! Tidak baik membiarkannya melihat ini." 

Perkataan Mew menyadarkan Saint. Ia sempat terlupa telah membawa Zee untuk bertemu ayahnya. Tangisnya seketika kembali pecah saat ia sadar Zee pasti mendengar semua perkataan ayahnya. 

Mew segera memeluk Saint, membawanya duduk dan mempersilahkan Zee untuk duduk juga.

"Ayah, Saint membawa temannya. Ia tuan muda Zee." Mew memperkenalkan Zee. 

Zee yang masih berdiri, membungkuk memberi hormat pada tuan Suppa. 

"Maafkan kehebohan ini, tuan muda. Seharusnya anda tidak melihat hal memalukan seperti ini." 

"Tidak apa-apa, tuan. Saya mengerti." sahut Zee. Matanya beralih pada Saint yang masih menangis di pelukan kakaknya.

"Jadi, anda teman Saint?" tuan Suppa bertanya kembali setelah mempersilahkan Zee duduk.

"Dia kekasihku." Zee menahan suaranya saat Saint menyela lebih dulu.

"Saint.." Mew menyentuh bahunya, menggelengkan kepala. Bukan waktu yang tepat untuk mengakui itu.

"Tapi yang kukatakan benar, kak. Kak Zee memang kekasihku." ucapnya pelan, tak peduli dengan larangan kakaknya.

"Jangan asal bicara, Saint!"

the Lotus of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang