"Kak Aline sama Kak Rava satu sekolah?" tanya Tasya.
"Iya Sya, disekolah siapa sih yang nggak kenal kakak kamu" balas Aline tertawa kecil.
"Lo yang waktu itu pulang bareng Afka bukan sih?" tanya Rava setelah mengingat kapan ia melihat Aline.
Meringis kecil Aline pun menganggukkan kepala.
"Udah lama kenal Tasya?" Rava kini duduk di samping Tasya tepat di seberang Aline.
"Nggak juga, kebetulan kita ketemu di taman rumah sakit" balas Aline tersenyum menatap Tasya yang juga tersenyum.
Cukup lama Aline berada diruang rawat Tasya hingga akhirnya ia menyadari hari sudah mulai sore.
"Nggak kerasa udah sore, aku pulang duluan ya Sya" pamit Aline.
"Iya kak, makasih ya udah nemenin hari ini" balas Tasya.
"Gue antar aja Line, sekalian gue mau pulang dulu" ajak Rava menawari.
"Loh Tasya sendirian?" ujar Aline menatap dua kakak adik itu bergantian.
"Bentar lagi mama gue sampai sini, gak pa-pa kan Sya nunggu bentar?" tanya Rava yang dijawab anggukan oleh sang adik.
"Ok" balas Tasya.
"Yuk Line" ajak Rava namun Aline belum beranjak membuat cowok itu mengernyit heran.
"Yakin nggak ngrepotin kak Rava? " tanya Aline sangsi.
"Nggak masalah, ayo ah" ajak Rava menarik lengan Aline. Bahkan sampai ke tempat parkir, Rava masih betah menggenggam lengan Aline.
"Lo nggak bawa jaket?" tanya Rava menatap Aline seraya menyerahkan sebuah helm untuk gadis itu.
"Ini" balas Aline merentangkan tangan menunjukkan sweater bahan rajut yang ia pakai.
Berdecak pelan, Rava menggelengkan kepala.
"Itu sweater Aline, bukan jaket" ujar Rava mulai melepas jaket yang ia pakai, "kita mau naik motor, gue gak mau lo masuk angin" ujar cowok itu memakaikan jaketnya pada Aline.
"Ta... Tapi kak, kak Rava jadi nggak pakai jaket donk, aku nggak pa-pa kok udah pakai sweater aja" ujar Aline hendak melepas kembali jaket milik Rava sebelum ditahan yang punya jaket.
"Gue marah nih! Udah pakai aja" pinta Rava tak mau tahu segera menaiki motornya.
Menghela nafas pelan Aline pun menurut dan segera menaiki motor milik Rava.
"Alamat lo dimana Line?" tanya Rava saat keduanya sudah meninggalkan rumah sakit.
"Perumahan Grand Platinum kak" balas Aline sedikit memajukan badannya.
"Loh kita satu perumahan? Lo blok berapa?"
"Blok E"
"Gue blok K"
"Aku jadi bisa ketemu Tasya sering-sering dong kak"
"Iya, main aja"
Aline tersenyum senang mendengarnya. Setidaknya ia bisa sering mengunjungi Tasya sebelum kepergiannya.
Rava menghentikan motornya karena lampu merah. Membuka kaca helmnya, Rava menyamping menatap Aline.
"Keberatan nggak kalau kita makan dulu?" tanya Rava ragu.
"Kak Rava laper?" tanya Aline memiringkan kepala yang justru membuat Rava tertawa kecil.
"Gak Line, gue kenyang! Orang ngajak makan itu udah pasti laper Aline"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Of Love -end-
Short StoryIni kisah Aline, seorang gadis yang sudah lama merindukan kasih sayang keluarganya. Hingga akhirnya ia menyerah dan pasrah jika Tuhan memang lebih menyayanginya. "Kak Vano, Aline lelah, Aline juga kangen bunda.... Aline mau ikut bunda, boleh ya?"