TLOL. 03

430 69 1
                                    

Siang itu karena Aline sama sekali tidak nafsu makan, dia memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Tempat paling tenang disekolah. Di area membaca, Aline memilih duduk di samping jendela besar yang kebetulan kini tengah di buka. Angin sejuk dari luar terasa menyegarkan untuk Aline. Dari tempat itu pun ia bisa melihat lapangan basket yang kini di penuhi oleh murid-murid, entah bermain basket atau hanya sekedar duduk-duduk.

Karena tengah melamun, Aline sama sekali tak sadar bahwa tatapannya tertuju pada seseorang yang berada di lapangan dan kini juga tengah menatapnya. Sadar kalau dia tengah diperhatikan, dengan sigap Aline pun kembali menatap novel yang ia bawa.
Wajahnya kini benar-benar terasa panas.

"Kenapa?" sebuah suara dari arah jendela sontak membuat Aline terperanjat.

"Kak Afka" gumam Aline menatap kakak kelasnya itu tak percaya.

"Gue perhatiin dari tadi lo nglihatin gue, ada perlu?" tanya Afka melipat kedua tangan di kusen jendela.

Cepat-cepat Aline pun menggelengkan kepala, "maaf kak, tadi aku lagi ngelamun dan nggak sengaja arahnya natap ke kakak" terang Aline pelan.

Afka beralih menyangga kepalanya dengan tangan kanan, "sengaja juga gak pa-pa kok" balas Afka tersenyum kecil, "lo tau nama gue?" lanjutnya bertanya.

Mengernyitkan alis, Aline menatap Afka heran, "ya kali aku nggak kenal nama ketua OSIS aku kak" balasnya yang justru memancing tawa Afka.

"Lo lucu juga ya, boleh gue tau nama lo siapa?"

"Aline, kak" jawab Aline tenang.

"Ka, dipanggil Miss Mona" panggilan itu membuat Afka berpaling sebentar sebelum kembali menatap Aline.

"Sampai ketemu lagi Line" ucap Afka sebelum pergi meninggalkan Aline yang menatap punggung cowok itu dalam diam.

Dirga, orang yang memanggil Afka tadi kini menatap sang sahabat dengan kening mengernyit, pasalnya sahabatnya itu terus tersenyum setelah berbicara dengan seorang gadis di dalam perpustakaan tadi.

"Ngapain lo senyam-senyum?" tanya Dirga akhirnya tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Gue tiba-tiba kepikiran hal menyenangkan" ungkap Afka masih mempertahankan senyumannya.

Sementara Dirga semakin tak mengerti hanya menggelengkan kepala pelan, "mulai gila nih bocah" gumamnya.


#####



Saat tengah mengikuti pelajaran, Aline merasakan badannya melemas, keringat pun membasahi keningnya. Moza yang melihat wajah temannya berubah pucat segera meminta ijin pada guru yang mengajar untuk mengantar Aline ke ruang kesehatan.

"Aline kenapa?" tanya mbak Wina yang tengah berjaga di ruang kesehatan.

"Mungkin anemia saya kambuh mbak" terang Aline pelan yang kini dibantu Moza berbaring di ranjang.

"Udah ada mbak Wina, gue balik ke kelas ya, nanti pulang sekolah gue kesini lagi sekalian bawain tas lo" ucap Moza membelai kepala Aline.

Aline mengangguk pelan mendengarnya, "makasih ya Za" balasnya pelan.

"Aline ini teh nya diminum dulu, obatnya juga ya" pinta Mbak Wina mengangsurkan segelas teh hangat dan obat penambah darah.

Setelah meminum obat, Aline kembali berbaring dan tak butuh waktu lama baginya untuk jatuh tertidur.

Mbak Wina yang tengah menulis laporan kesehatan siswa langsung mendongak saat mendapati seorang siswa memasuki ruang kesehatan.

"Kamu sakit Van?" tanya Mbak Wina.

The Lost Of Love -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang