Nine

3.5K 336 3
                                    

Reese POV

Aku berjalan menurunin anak tangga sudah beberapa hari ini aku tidur sangat nyenyak. Mimpi mengenai Oliver sudah tidak pernah akudapatkan, akh merasa tidurnya sangat berkualitas bahkan seringkali kesiangan. Seperti hari ini.

"Ya Tuhan, nona besar kita ini baru turun jam segini" sindir Emma.

Aku melirik galak padanya.

"Bangun-bangun sudah judes menyeramkan" lanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangun-bangun sudah judes menyeramkan" lanjutnya. "Ini jam 10 pagi, Reese"

Aku menarik napas. "Kau tahu kan satu tahun belakangan ini aku bahkan tidak bisa pergi nyenyak. Mungkin ini semacam balas dendam akan tidurku yang kemarin."

"Ya aku ingat, mungkin obat Dokter nya manjur" Emma berjalan kearah sebuah gaun yang ada di patung dan merapikannya.

"Aku bahkan sudah tidak pernah minum obat itu karena ku rasa tidak berefek apapun" aku memikirkannya.

Mimpi burukku yang selalu menghampiriku seakan aku harus terus menyelamatkan diriku dari seseorang hingga terasa begitu nyata kini berganti menjadi mimpi indah, Benjamine. Aku bahkan seolah melihatnya didalam kamar ku, memelukku.

Ini sangat memalukan untuk diriku, bisa-bisanya aku memimpikan pria yang bahkan belum lama ku kenal dan gilanya lagi dia selalu merasa mencium aroma Benjamine saat aku bangun.

'Apa aku sudah gila?' Pikiriku. 'Apa karena aku terlalu ingin bertemu dengannya?'

Reese menggeleng tak percaya. Tidak mungkin, aku tidak semurah itu untuk meminta bertemu dengannya.

"Reese ada yang datang" suara Emma mengalihkan pikiranku.

Terlihat wanita cantik, dengan tubuh ramping seperti model, senyumnya sangat mempesona, dan fashionable menghampiriku.

"Hai, aku Reese" sapa Reese mengajukan tangan untuk dijabat olehnya.

"Hi, aku Ruby." dia membalas jabat tanganku.

"nama yang indah" Kami duduk di sofa tengah butik. "Ada yang bisa ku bantu, Ruby?"

Matanya menatapku dari atas hingga kebawah seperti menilaiku.

'Lumayan' aku mendengar isi pikirannya. 'Tidak lebih baik dari ku'

Aku tersenyum santai. "Ruby?" Ku tanya sekali lagi.

"Oh ya. Sorry aku melamun" katanya agak malu. "Aku ingin dibuatkan gaun"

"Gaun seperti apa yang kau mau? Mungkin aku bisa mencocokan sesuai request mu"

"Aku suka... yang menantang" jawabnya membuatku ingin tertawa, namun ku tahan.

"Untuk dinner dengan pacar/suami?" Kataku menyimpulkan.

"Calon... suami" katanya penuh percaya diri.

'Aku berharap dia menjadi suamiku. Pasti ruby! Kau pasti yang jadi istrinya siapa lagi?' Aku mendengar ucapnya dalam hati.

Destiny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang