Reese POV
Aku melihat gaun merah didepanku, aku tersenyum dan tertawa sendiri. Aku membuatkan gaun untuk wanita itu dapat menggoda Ben? Lucu sekali.
Sudah empat hari berlalu semenjak kejadian aku pingsan karena shock bertemu Oliver, tapi kupikir mungkin lebih tepatnya aku pingsan karena belum makan.
Hubungan ku dengan Benjamine semakin baik dia selalu datang saat butik akan tutup dan mengajakku makan malam. Aku tidak tahu apakah aku dapat menyebutnya kekasihku? Aku rasa tidak, belum maksudku. Benjamine belum berbicara ke arah sana.
'Dia kenapa sih akhir-akhir ini selalu senyum-senyum sendiri, apa dia sudah gila? .' pikiran Emma terlihat di kepalaku.
"Emma..." panggilku, dia langsung menoleh padaku.
'Apa dia tahu apa yang ku pikirkan? Ah... Dia memang seperti hantu'
"Good job, kita menyelesaikan pekerjaan kita hari ini" kata ku tersenyum dan mengedipkan sebelah mata.
Dia terkejut. 'Aku yakin dia benar-benar sudah gila' Emma bergidik ngeri 'mana pernah dia berkata seperti itu, aku sudah menemaninya dari tiga tahun yang lalu'
Dengan cuek aku berjalan ke arah ruanganku, bersiap-siap jika Benjamine menjemputku.
Lonceng di depan pintu berdeting menandakan ada orang masuk, aku bisa melihat orang itu dari isi kepala Emma yang vulgar, Benjamine.
Aku tersenyum. Emma gila. Pikirannya terlalu vulgar, aku rasanya ingin menendangnya. Dia membayangkan Ben... naked??!!
Aku keluar dari ruang kerja ku dan menatap Emma yang masih terpesona oleh Ben.
'Jatuh!'
Emma tiba-tiba jatuh ke lantai.
"Oh Tuhan Reese, kakiku sampai lemas melihat pacarmu!!!" Teriaknya.
Aku tertawa. Begitu juga dengan Ben, dia berjalan kearahku memeluku dari belakang.
"itu pasti ulahmu, kau nakal" katanya berbisik ditelingaku.
"itu pelajaran buat dia karena memikirkan hal vulgar tentang mu" jawabku cemberut.
"oh ya?" katanya seraya mencium telingaku, membuatku geli. "aku penasaran apa kau pernah memikirkan hal vulgar juga tentang ku?"
aku langsung melepas pelukannya. "in your dream" jawabku sambil menjulurkan lidah, dia tertawa.
'aku senang melihat kau tertawa seperti itu, Reese' pikiran Emma muncul di kepalaku. 'akhirnya aku melihatmu seperti ini lagi'
aku menoleh kearah Emma dan tersenyum padanya, sebagai ucapan terimakasih sepertinya dia mengerti dan membalas dengan senyuman juga.
"aku pulang dulu, Reese. Sampai ketemu besok" kata Emma bergegas pergi.
Ben, duduk di sofa tengah dan melihat gaun merah milik Ruby yang ada dipatung. "kau akan menggunakan gaun itu?" tanya Ben.
Aku mengikutinya duduk setelah mengambil minuman botol untuknya. "kenapa? Cantikkan?"
"aku tidak mengijinkan mu memakainya." Kata Ben dengan tegas.
"kenapa, Ben? Gaun itu kurang bagus?" dahiku berkerut sebal.
"Banyak laki-laki yang akan melihat, aku tidak mau. Aku akan ikut kalau kamu tetap akan memakainya"
aku tertawa keras. "itu bukan punyaku, Ben..." aku menyandar di bahunya. Ahh... sungguh nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Completed)
RomanceApakah yang kau lakukan jika takdir yang tak kau sangka menghampirimu? Jika bersamanya membuatnya terluka akankah kau tetap bersamanya? Reese, seorang penyihir wanita yang juga seorang designer, diputuskan oleh pacarnya dan sekarang malah ingin memb...