Thirteen

3K 276 5
                                    

Reese POV

Aku memandang hp ku dari malam, mataku tidak bisa terpejam sedikitpun melihat message di hp dari nomor yang tidak dikenal.

Temui aku di LSQ Rooftop jam dua siang

-Dad-

Kulihat arlojiku, ini sudah pukul sepuluh pagi tapi aku tidak mengantuk sama sekali padahal aku tidak tidur dari semalam. Aku bergegas untuk menelpon Leah.

"Ya Reese, ada yang bisa ku bantu" suara dari seberang.

"Apa kau sedang sibuk? Aku mau minta bantuanmu boleh?"

"Tidak. tugasku memang membantumu haha" jawabnya sambil tertawa.

"Aku ingin ditemani ke suatu tempat, tapi bolehkah kau yang menyetir?"

"Apa kau tidak mau dengan supir?" Dia seakan ragu dengan pernyataan ku.

"Tidak, aku hanya mau kita berdua. Bisa?"

"Tentu, bisa jemput aku jam satu kau tahu mobilku masuk bengkel lagi setelah kejadian tiga hari yang lalu"

"Aku akan disana jam dua, sampai ketemu"

"Sampai ketemu" ucapku seraya mematikan telfon.

Aku menunggu berjalan bolak balik memperhatikan jam, tanpa memikirkan apapun. Aku seperti orang bingung dan panik.

Waktu sudah menunjukan pukul dua belas siang ku putuskan untuk memilih baju yang akan ku gunakan, entah apa yang kurasakan. Senang bercampur dengan rasa takut, takut jika Oliver mengetahui Dad akan bertemu denganku dan dia menangkapnya.

Kuputuskan dengan menggunakan blouse putih bersalur orange, dengan rok yang senada, ditambah coat coklat dan kaca mata. Jantungku berdetak lebih cepat.

Aku menuruni anak tangga menuju butikku dan berjalan ke arah Emma yang terlihat sedang bernyanyi sambil memberi instruksi kepada asisten junior

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menuruni anak tangga menuju butikku dan berjalan ke arah Emma yang terlihat sedang bernyanyi sambil memberi instruksi kepada asisten junior.

"Emma" panggilku, matanya menoleh kepadaku.

"Uwoow uwoow... nenek sihirku cantik sekali hari ini, apakah pangeran telah kembali?" Katanya mendekat padaku sambil menari-nari.

"Aku ada urusan sebentar, kau bereskan urusan butik yah?"

"Dengan pangeran tampan?" Tanyanya menyelidik.

"Bukan... dia belum kembali"

"Kau selingkuh?!!!" Dia menunjukku dan memasang mula galak.

"Kau gila, mana bisa ku cari yang lebih segalanya dari Benjamine" kataku sebal.

"Kau benar. Sudah bagus ada yang mau dengan orang judes sepertimu" katanya sambil memegang dagunya. "Jagalah pangeran itu sebelum dia sadar"

"EMMA! KAU SUDAH MAU MATI YA?" Teriakku, langsung membuat Emma lari ke arah para junior dan tersandung kursi.

Seperti biasa perbuatanku kalau sudah kesal dengan Emma.

Destiny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang