Twenty Seven

2.3K 214 2
                                    

Resse POV

"Mana mungkin aku bisa tenang."

"Bahkan orang-orang disini tidak ada yang bisa melarangnya!"

"Oh Ruby, aku harus bagaimana?"

Aku menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya sebelum aku membuka lebar pintu kayu itu, Benjamine melihat ke arahku dan segera mematikan telponnya.

Aku tersenyum sinis. Bisa-bisanya dia langsung mematikan telepon saat ada aku, seperti kepergok berselingkuh. Sial! Aku ingin sekali marah padanya, aku tidak bisa bohong kalau hatiku saat ini sangat sakit.

"Apa yang kau lakukan dengan mobil itu, Reese?" Benjamine melangkah ke arahku.

"Aku tidak tahu apa yang salah dengan kelakuanku." Kataku datar.

"Apa seisi rumah ini tidak ada yang melarangmu?! Aku harus ganti semua orang di rumah ini, sialan!"

"Waw, aku tidak tahu kalau kau sangat kasar, Mr. Lincoln."

"Mobil itu..." dia berhenti berbicara. "Pokoknya kau tidak boleh menggunakan mobil itu lagi!" Ucapnya marah.

Aku berdiri dari sofa, berjalan menghadap jendela besar di ruang kerja Benjamine.

"Kau bahkan tidak menjelaskan apa kesalahanku sampai membuat kau marah seperti itu."

"Aku belum bisa menceritakan, Reese."

"Apa saja masalah rumah tangga kita yang kau tanyakan padanya?" Api dalam diriku berkobar-kobar, mungkin karena efek hormon kehamilanku juga.

"Aku harus menunggu sampai kapan?" Tanyaku sedikit berteriak. "Aku ini istrimu, tapi bahkan kau menelpon Ruby untuk menanyakan apa yang harus kau lakukan terhadapku?"

Aku tertawa. "Miris."

"Reese, aku minta pendapat Ruby karena..."

"Karena dia yang tahu segalanya tentang masa lalumu?" Potongku. "Atau karena kau masih mencintainya?"

Benjamine mendekat.

"Jangan mendekat!" Aku benar-benar tidak ingin dia mendekat untuk saat ini.

"Tidak, Reese. Kau tau betapa aku mencintaimu."

Perutku mulai bergejolak, aku mual, sangat mual, aku berusaha menahannya dan berjalan ke arah pintu untuk keluar dan mengakhiri perbincangan ini.

"Reese, kau mau kemana?" Tanya Benjamine panik.

Aku terus berjalan terus tidak menatap kebelakang, aku harus segera keluar dari sini, aku benar-benar ingin muntah.

"Reese, mobil itu adalah mobil yang ku gunakan saat kecelakaan bersama ibuku."

Aku terkesiap, aku terkejut, aku membalikkan diri sebentar melihat matanya, ada luka yang sangat dalam di sana. Namun rasa mualku tak dapat ku tahan, aku berlari keluar ruang kerja, ke arah tempat cucian piring karena aku yakin tidak akan sempat jika ke arah kamar mandi.

Seseorang mengelus punggungku, rasanya begitu nyaman, ku lihat kebelakang, Mrs. Jhonson ada disana tersenyum kepadaku.

"Kau mau teh?" Katanya pelan.

"Ya." Aku mengangguk, teh dapat membuatku tenang.

"Reese, makan malam sebentar lagi ada yang kau inginkan?"

Aku menggeleng. "Apapun itu, Mrs. Jhonson"

Saat makan malam, aku memainkan makananku. Ini adalah masakan chicken chasseur buatan Mrs.Jhonson, tapi aku tak lapar. Perutku tegang karena rasa was-was.

Destiny (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang