Soo Ra POV

159 39 11
                                    

     ARGGGHHHH...
Aku hampir frustasi melihat kertas berserakan di ruangan pribadiku. Hari ini kacau sekali, Appa terus menerus memantauku. Apa mau lelaki itu? Bukannya aku sudah mengikuti segala kemauannya? Aku sudah merelakan diriku menjadi seperti orang lain. Bekerja keras setiap hari tanpa berhenti.
" Soora-ssi " itu suara eomma.
Aku berbalik mendapati eomma berdiri seraya membawa nampan berisi susu coklat kesukaanku.
" apa yang terjadi dengan rua... "
" aku lelah " triakku sekencang kencangnya. Sampai sampai eomma mundur beberapa langkah dari posisinya semula.
" eomma mengerti sayang. Tapi tolong.. " eomma menghentikan kalimatnya begitu Appa datang.
Aku menatap lelaki paruh baya itu dengan tajam. Sosok itu terlihat seperti sedang keremehkanku. Apa itu yang seharusnya di tunjukan oleh seorang ayah? Memusuhi darah dagingnya sendiri seperti ini.
" appa sudah berulang kali mengatakan berhentilah untuk menjadi penggemar " ucap appa dengan nada tinggi dan penuh penekanan di akhir kalimatnya.
Aku terhenyak, kakiku tak mampu untuk menopang tubuhku sendiri. Namun sekuat tenaga aku mencoba untuk kuat. Tentunya, didepan appa.
" untuk apa kau mengirimkan. Sesuatu yang bernilai seperti itu? " tanya appa.
" aku hanya ingin appa. Apa salahnya? Semua yang aku berikan kepada mereka dari hasil keringatku sendiri. Tanpa uang dari appa sepeserpun " aku tak perduli. Walaupun lawan bicaraku saat ini adalah ayah kandungku sendiri. Aku merasa benar dan tak akan lagi menjadi boneka appa.
" aku hanya ingin kariermu bagus. Berhentilah menjadi penggemar. Aku menyayangimu. " ucap appa sebelum meninggalkanku.
BRAAAKKKK...
aku terjatuh. Sekali lagi aku terjatuh. Jatuh pada rasa sakit dan putus asa. Apa salahnya? Alu hanya ingin senang.
Eomma menyentuh pundakku, kemudian membawaku kedalam pelukakknya. Aku tak bisa berbuat apa apa. Aku butuh penenang saat ini.
" maafkan appa mu nak " ucap eomma.
" aku sudah dewasa " hanya itu yang dapat keluar dari mulutku. Yang kuharap mewakili segala rasa kecewa yang terpendam dalam hatiku.

       Haeun tersenyum merkah. Seraya menyodorkan sebuah roti padaku.
" ia baru saja menemuiku " ucapnya. Ia? Siapa yg dimaksud Haeun? Dasar yeoja aneh yang membingungkan.
" kau tak penasaran Soora-ssi? " haeun sedikit menaikan nadanya.
"  annii " jawabku enteng. Dan kembali fokus pada kertas yang sudah berisi coret coretan ide ku.
Sekilas aku melihat Haeun memutar bola matanya jengah denganku. Moodku selalu buruk akhir akhir ini. Ditambah lagi waktu yamg ku tunggu hanya tinggal sepekan. Aku harus persiapan dengan matang.
Menunjukka pada Appa bahwa aku sudah dewasa, dan aku sukses.
" Soora,, Jeon Jungkook yang menemuiku "
Sontak aku menoleh pada Haeun. Wajahnya tak memumculkan ekspresi serius. Dasar! Menyebalkan.
" aku serius Soora-ssi " Haeun bersuara lagi. Melihatku kembali pada posisi semula. Aku berusaha untuk tak menghiraukannya. Lagi pula apa urusanku dengan Idol itu.
" ia mencarimu " ujar Haeun.
Aku menoleh. Menatap tajam ke arah Haeun.
" Jeon Jungkook mencarimu SooRa " Haeun menekan kalimatnya.
Aku menunduk. Rasa kecewa itu datang lagi.
" sampai kapan kau begini? Ayolah Soora kembali menjadi Fansgirl. Kita Army " bujuk Haeun.
Jelas Haeun tau sikap Appa, haeun tau apa yang aku rasakan. Keinginanku, kesenanganku, namun apa dayaku. Aku harus berkarier, untuk masa depanku sendiri.
" untuk apa Jungkook mencariku? " tanyaku.
" sepertinya jungkook ingin membalas budimu " jawab Haeun.
" aku tidak memberatkan itu. Jika ia menemuimu lagi katakan saja itu "
Air mataku tertampung. Kembali pada posisi agar Haeun tak melihat air mataku yang hampir jatuh ini.
Ku ingat kembali ucapan Appa, yang melarangku untuk menjadi penggemar dengan alasan yang tak dapat aku terima dan dengan sikap Appa yang seperti itu.
" semua army menunggu karyamu. Kau sudah tenggelam 2 tahun " ucapan Haeun mampu membuat air mataku lolos begitu saja. Jatuh membasahi goresan pensil di atas lembar ideku.

Setelah selesai merapihkan ruang kerjaku. Aku bergegas pulang, tak ingin rasanya aku berpapasan dengan Appa saat akan masuk garasi.
" kamsahamida " ucapku kepada sekuruh karyawan untuk menurup apel.
" persiapkan diri kalian " teriakku teoat di ambang pintu sebelum keluar.
Mood ku hari ini cukup baik, suasana musim semi lun menambah tingkat kebaikan moodku. Tanpa sadar aku tersenyum.
Bisakah aku selalu tersenyum bahagia seperti ini? Menikmati segala apa yang tuhan berikan dalam hidupku.
" apa dia menyukainya? " batinku bertanya tanya.
Entar mengapa namja itu tiba tiba terlintas dalam benakku. Kegembiraan yang selalu terpancar pada namja itu begitu dahsyat, mampu menarik siapapun untuk merasa bahagia pula. Itu alasanku menyukainya.
" andai dia tau " lagi lagi aku menghalu. Membayangkan namja itu mengucapkan terimakasih padaku.
Itu menggemaskan sekali.
Apapun yang namja itu lakukan, tingkahnya, sikapnya mampu menularkan Shine yang berlebih kepada penggemarnya.

Jo na, dia kakak perempuanku. Ia seorang sasaeng fans handal. Sedang apa ia duduk di sofa purple kesayanganku itu. Entah sejak kapan aku mulai memusuhi kakakku yang tak bersalah itu. Mungkin karna, Appa tak melarangnya menjadi seorang Fansgirl.
" akhirnya kau pulang " sapanya dengan penuh kegembiraan.
Aku meletakkan tasku pada tempatnya, tak menggubris sama sekali sapaan dari Jo na.
" aku membawa sesuatu untukmu. Soora-ssi " samar samar aku melihat Jo na mengeluarkan sebuah kertas dari tasnya.
" apa itu? "tanyaku acuh. Masih tak memperdulikannya.
" lihat lah kemari "
" katakan saja eonni " tukasku.
Sebisa mungkin aku terlihat santai. Lagi pula aku tak ingin membuat butuk moodku yang sedak baik ini.
" tiket konser BTS, aku membelinya khusus untukmu " ucap Jo na.
DEEEGGGG..
entah rasa sakit dari mana yang menusuk hatiku. Jo na jelas tau Appa melarangku. Tak seperti dirinya yang di beri kebebasan serta fasilitas terbaik. Tak seperti diriku ini.
" kau terlalu banyak mengeluarkan uangmu untukku Eonni " sergahku, melempar senyuman palsu.
" Annii, Aku tau kau ingin datang Soora-ssi. Jadi aku berikan ini untukmu " jo na memang gadis yang polos.
" kau akan datang bersamaku " lanjutnya.
" anni, aku tak akan datang eonni. Berikan saja tiketku pada Haeun " bukan itu yang ku mau. Jelas aku ingin datang ke konser mereka.
"  Ya!!! " teriak Jo na terkejut dengan penolakannu.
" aku akan bicara dengan Appa nanti. Ayolah Soora-ssi " Kakak perempuanku ini merengek.
" aku sibuk eonni "
Aku berjalan masuk ke kamar mandi. Meninggalkan kakak perempuan ku itu sibuk dengan pikirannya. Aku cukup menghargai, tentunya dengan caraku sendiri.




Malam sunyi ditemani lagu BTS yang mengalun akustik dari ponselku. Ralat instrumen lagu maksudku.
Beginilah, aku tetap bisa menikmati karya BTS walau hanya sekedar instrumennya saja. Tragis sekali.
Perlahan aku membuka notebook berwarna ungu muda ditanganku ini, melihat hasil hasil dari ideku selama 2 tahun terakhir ini.
Aku terkekeh, bahkan diriku sendiri tak mempercayai ini adalah hasil jeri payahku. Sambil melawan rasa kecewa pada Appa tentunyaa.
Sepertinya aku harus bangkit, dan memunculkan ide yang lebih dari pada ini.
Dan aku akan benar benar melupakan BTS. Berhenti menjadi penggemar mereka. Mulai dari malam ini. TIDAKK, ini bukan maksudku untuk merasa kalah dengan Appa.
Ini keputusanku. Aku ingin bahagia, tanpa gertakan Appa dari segi apapun. Aku memilih jalanku sendiri. Menentukan alur mulai malam ini.
" Soo Ra " aku mengenal suara itu.
Eomma tersenyum hangat menyapa putri bungsunya ini. Begitu meneduhkan hati. Eomma selalu datang tepat waktu untuk sejenak singgah menenangkan perasaanku yang sedang diambang ini.
" belun tidur nak? " tanyanya begitu duduk di sampingku.
" ah, aku belum bisa tidur " jawabku.
Eomma mengambil alis note book yang aku pegang kemudian memeriksanya.
" anak eomma sangat berprestasi"  pujinya.
" bagaimana menurut eomma? " tanyaku meminta pendapanya.
Eomma mengangguk seraya membolak balik notebook ku.
" ini luar biasa "
Aku mendarat dalam dekapan eomma. Membenamkan wajahku, meluapkan segenap rasa yang bercampur ini.
" mianne Soora-ssi "
" Gwencanna eomma "
Aku tau eomma masih merasa bersalah. Karna masih belum bisa membantuku menghentikan gertakan dari Appa.
Biarkanlah. Aku masih mencoba mengenali Appa dan apa yang ia inginkan.














Bagaimana? Udah dapat Feelnya readers?

Trimakasih sudah membaca cerita Author yang masih amatir ini.

Tunggu kisah selanjutnya yaa..

Jangan lupa Vota dan supportnya.

GOMAWO
BORASEOO 💜💜💜

My Hopes  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang