3. Ten Seo [21-04-20]

2.5K 267 11
                                        

Happy reading!



"Berikan saja resep nya, Dokter Lee. Saya hanya membutuhkan resep itu."

Taeyong menghela nafas nya mendengar kalimat yang keluar dari mulut pasien baru nya. Ia menatap tepat dimata pasien itu. "Sedang trend di kalangan anak muda untuk minum pil itu sebagai penekan nafsu makan. Saya jelas tidak bisa memb—"

"Saya sudah bilang kalau saya tidak tertarik untuk melakukan diet, dokter! Saya hanya membutuhkan pil tidur. Itu saja." Kata pasien muda yang berwajah manis itu setelah memotong kalimat Taeyong.

"Jika bukan untuk diet, berarti anda memerlukan obat itu untuk hal lain. Insomnia? Guncangan mental? Maka saya sarankan anda untuk menemui psikiater." Jelas Taeyong.

"Justru itu yang tidak saya inginkan. Saya tidak ingin meninggalkan riwayat atau catatan pengobatan psikis karena akan buruk untuk rekam jejak saya. Saya sudah mencari tahu di internet kalau rumah sakit umum bisa memberikan saya resep itu." Kata pria manis itu.

"Saya memang bisa memberikan resep itu. Tapi saya tidak bisa memberikannya pada sembarang orang, terlebih orang yang tidak mau di evaluasi psikis nya. " Taeyong masih bersikeras menolak untuk memberikan obat keras pada pasien yang baru dikenal nya beberapa menit yang lalu.

Pasien muda itu mendecih kesal. Ia menghela nafas nya gusar lalu berdiri dari kursi pasien dan beranjak pergi dari sana tanpa mengucapkan satu kata pun.

Taeyong menatap kepergian anak muda itu dengan rumit. Ia melihat data pasien yang abru mengunjungi nya. Terdapat nama dan alamat rumah nya.

"Yang Jeongin," Taeyong mengeja nama pasien tersebut sambil menunduk dalam.

"Masalah apa yang dia hadapi hingga memerlukan pil tidur?" Gumam Taeyong.


Taeyong menghela nafas nya penuh kepenatan, ia mendongak, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore. Ia lantas merampas kunci mobil nya dan melepas jas dokter nya. Ia memakai coat dan syal nya lalu keluar dari ruangan nya dengan tergesa gesa.

"Aku memiliki sedikit urusan, tolong para pasien di alihkan ke yang lain." Kata Taeyong pada suster yang menjaga resepsion rumah sakit.

Somi menangkap bayangan Taeyong yang berjalan terburu buru dari jendela ruangan nya. Ia lantas cepat keluar dan memanggil nya. "Taeyong-ah!"

Taeyong tak mengindahkan panggilan nya, pria manis itu malah berjalan semakin cepat menuju parkiran.

Somi pun tampak panik. Ia mengeluarkan ponsel nya dan mengirimkan pesan singkat pada seseorang.



Taeyong berada di lahan parkir kantor suami nya. Kantor suami nya berada disalah satu unit bangunan apartement sederhana di pinggi kota. Ia sudah stand by didalam mobil nya menunggu suami nya keluar.

Kali ini ia akan membuntuti kemana suami nya pergi setelah pulang kerja, karena mengacu pada kalimat sekretaris nya, Dong Winwin, suami nya harusnya sudah dirumah pukul lima lebih. Namun faktanya setiap hari suami nya pulang larut malam.

"Sampai besok."

Taeyong membelalak saat telinga nya menangkap suara suami nya yang turun dari tangga menuju ke mobil nya. Ia lantas mengikuti kemana suami nya pergi hingga Jaehyun berhenti disebuah toko bunga.

Jantung Taeyong berdegup kencang. Ia melihat dengan mata kepalanya suami nya menenteng sebuah buket bunga berwarna merah muda di tangan nya. Ia melihat suami nya berdiri di depan toko bunga sambil mengecheck ponsel nya. Sepertinya ada yang mengirim kan Jaehyun SMS.

Affair (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang