MY DAY

2.1K 60 0
                                    

Justin bergegas masuk keruang dimana Ashley dirawat. terlihat wanita manis dan sexy itu terbaring lemas dengan segala alat-alat untuk membatu kesehatanya stabil. Aku tidak tega melihat Ashley seperti itu, wajahnya memucat dan persediaan infus darahnya sudah habis.

"tapi dok apakah tidak ada pendonor darah O dok? Kumohon" ujar Justin memohon-mohon kepada sang dokter dan sesekali menatap Ashley yang terbaring tanpa daya.

"maaf, persediaan darah O memang habis dari rumah sakit kami.. Maaf... saya akan berusaha mencari untuk beberapa jam kedepan.. permisi" jawab dokter itu meninggalkanku dan Justin. 

Darah O? itukan darahku. Apa aku harus memberikan darahku untuk Ashley? Ah tidak! dia sangat menyebalkan. Tapi aku melihat nya yang terbaring aku tak sanggup melihat Ashley melemas seperti itu jadi tekad ku telah bulat untuk mendonor kan darahku untuknya. 

"Justin, aku mau keluar sebentar" ujarku kepada Justin. Justin hanya mnganggukkan kepalanya dan terus memegang tangan Ashley.

Aku menuju ruangan dokter dan setelah diperiksa aku sehat dan darahku bisa didonorkan untuk Ashley. Aku sengaja tidak memberi tahu Justin atau siapapun karena niat ku tulus bukan hanya menginginkan balas budi dari Ashley nantinya. 

"Dok, tapi tolong jangan beritahukan siapa yang mendonorkan darah untuk Ashley. Kumohon" pntaku yang sudah berbaring dan sudah mengganti pakaianku dengan pakaian rumah sakit.

"ya.. saya akan berusaha untuk tidak memberitahu keluarga Ashley ataupun Justin" kata dokter yang memegang suntik. 

dan semuanya gelap.

 Aku membuka mataku perlahan sedikit terasa pusing. dan seketika mataku membulat penuh melihat Cameron sedang tertidur di sebelah ranjang ku. Aku masih dirumah sakit. Sonrak aku melepaskan genggaman tanganya. Bagaimana dia tahu soal ini , sungguh misterius.

"Cam.. Cameron" kataku sedikit menepuk bahunya 

"Elise? kau sudah sadar?Syukurlah" jawabnya memelukku erat. Aku mengelak.

"Bagaimana kau tahu aku disini? apa kau tahu semuanya?" tanyaku panik dan penasaran

"Aku selalu menggunjungi Papa tiriku karena dia ingin aku menjadi dokter. tetapi aku melihat seorang malaikat mendonorkan darahnya untuk seseorang yang membutuhkan" jawab Cam panjang lebar, entah mengapa Cameron sekarang bukanlah Cameron yang liar yang dulu aku benci. Aku melihat senyum ketulusan darinya. 

"Cam kumohon satu, jangan beritahu ini kepada siapapun"

"ya aku tahu. aku mendengar perkataanmu tadi" jawabnya menyakinkan. bukan dia yang menyakinkan melainkan mata dark brown itu membuatku mempercayainya sangat.

AKu segera mengganti bajuku dengan kaos lengan panjang yang kupakai tadi. Cameron telah mempersilahkanku untuk pergi tanpa menggangguku sedikitpun. Sungguh, dia membuatku sedikit nyaman. 

AS LONG AS YOU LOVE ME (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang