Bab 2 | BFF

36 8 3
                                    

Note: di puter ya lagunya,  biar lebih dapet suasananya.

----------------------------------------------------

"Tunggu ada sebuah cahaya.

Cahayanya semakin lama, semakin terang"


Sinar matahari membagunkan aku yang tertidur di atap yang dingin. Aku segera turun dan mandi.

aku mencari nenek tapi tak bisa ku temukan, biasanya dia pergi ke pasar untuk berbelanja.  Aku menemukan secarik kertas di dekat kulkas bertuliskan,

"Untuk Neira, Jangan menyusul nenek ke pasar, nanti kau habiskan uangmu untuk jajan"

-Nenek-

'yang benar saja nenek menuliskan ini. tapi sesuai kata nenek, aku tak menyusulnya' batinku.

Sambil menunggu nenek, Aku memutuskan untuk membersihkan rumah. Tiba tiba sebuah pantulan cahaya yang melewati kaca jendela menyilaukan mataku. Cahaya itu berasal dari sebuah mobil yang berhenti di depan rumah nenek.  

"Siapa itu, munginkah itu teman nenek?" Aku segera keluar untuk memastikan. 

Tok! Tok! Tok! 

[suara ketukan pintu.]

"Yaa  ada ap.."  (sambil membuka pintu) Aku membeku melihat orang yang ada di depan pintu.

"Aneira.., a..aku.. Varsha"

Aku sangat tidak tahu harus berbuat apa.  Saat ini aku membeku seperti es di musim dingin.  Aku takut kota ini masih menghukumku, tapi kerinduanku lebih besar daripada rasa takutku. Untuk itu, aku harus memeluk Varsha.

Aku memeluk Varsha dengan kedua tanganku dan tanpa ragu dia menerima pelukanku. Seketika es - es tersebut mencair. Rasanya, ku sadari kebencianku terhadap diriku sendiri berkurang. Aku mendengar suara tangisan kecil Varsha. Kami menagis tanpa sebab dan tertawa ketika menyadarinya.

"Sudah lama sekali.., aku ingin berjumpa denganmu" 

"Ma..maaf.., aku pergi tanpa mengabarimu.., aku.. sangat menyesal"

"Jangan minta maaf, kau tak bersalah. Mulai sekarang jangan ragu untuk mengabariku"

"B...baiklah , ayo masuk"

"Enggak aku cuma ingin bertemu, kebetulan aku lewat sini. aku bersama kekasihku, kau ingat Hanish?"

"Siapa? Hanish?"

[Hanish melambaikan tanganya dari samping mobil]

"Oh.. hanish, iya aku ingat. Dia yang dulu suka mengganggumu kan?"

"Ah tentu saja kau ingat bagian itu" gerutunya.

"Aku sudah tau pasti dia mengganggumu karena alasan tertentu"

"Hahaha.. kau benar, usahanya tak sia - sia"

"Jadi.. kau tak mampir dulu?"

The weather's DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang