Bab 10 | Aneira & Hanna

5 2 0
                                    

 [Play the video, will help you feel the story]

 [Play the video, will help you feel the story]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kecil, lembut, dan ceria.

Julukanku dan Hanna, Ketika kami masih kecil.

Semua terasa lengkap, sehari sebelum kejadian itu.

Namun semua telah berubah, setelah hari itu.

Aku hanya anak kecil berhati lembut,

Yang sudah tak ceria lagi.

Seminggu setelah keluargaku meninggal, Hanna datang kerumah nenek untuk menghiburku. biasanya aku selalu menghibur Hanna ketika dia sedang bersedih. Namun setelah peristiwa itu, aku mengabaikanya.

Pada saat itu aku berfikir hanya aku yang bersedih. "Aku yang harus mendapatkan perhatian, semua harus peduli padaku" pikirku. betapa menyedihkanya aku.

Tepat pada saat musim gugur aku dan Hanna bermain seperti biasa. Keadaanku sudah lebih baik pada saat itu. Kami bermain sepanjang hari, berlari lari kesana kemari dan bernar - benar ceria.

Ketika Ibu hanna pulang dari berbelanja, dan membelikanku sebuah mainan. Ibunya hanya membelikanku, dan tanpa berfikir aku langsung mengambilnya dan menyimpannya. Hanna terus berusaha meminjamnya, namun aku terus melarangnya.

Hal itu terus terjadi di setiap kali kami bermain. Aku berfikir, 

'Hanna pasti sering di belikan mainan dengan ibunya. Aku tak mau dia memiliki mainan baruku' batin kecil ku. 

Aku tau aku sangat egois pada saat itu. Aku tak pernah sekalipun memikirkan perasaan Hanna ketika dia tak di belikan mainan oleh ibunya dan di abaikan oleh orangtuanya. Dia juga tidak begitu peduli pada mainanku, dia hanya ingin melihat mainan apa yang di berikan.

Suatu ketika ketika, pada ulang tahunku yang ke 13, ibunya memberikanku hadiah sebuah biola. Pada saat itu, aku tau hanna sangat ingin dibelikan biola dan belajar bermain biola. Hanna menatapku dengan kecewa, lalu tersenyum ketika dia sadar aku memperhatikannya. Dia tiba tiba pergi entah kemana.

Setelah aku menemukannya, aku melihat dia menagis bersama kedua orangtuanya di balik dinding dapur. Aku tak sengaja mendengarkan pembicaraan mereka.

Hatiku begitu sakit setelah mendengar ucapan hanna,

"Hanya karena dia tak punya orang tua lagi, bukan berarti dia berhak mendaptakan semua itu" teriaknya.

Aku segera berlari keluar dari rumah dan menuju hutan di gunung. Aku hanya berlari dan terus berlari masuk kedalam hutan. Aku berhenti berlari ketika aku sadar bahwa aku benar benar tersesat. Hari semakin gelap dan dingin, aku berteriak meminta tolong namun tak mungkin ada yang menjawab. 

Malam tiba dan aku masih berjalan kedinginan entah kemana. Aku berharap orang - orang mencariku dan segera menemukanku. Aku ingin menangis, tapi takut terdengar oleh binatang buas. 

Setelah lama berjalan, dari kejauhan aku melihat sebuah cahaya. Aku berlari mengejar cahaya itu. Semakin dekat aku dengan cahaya itu, semakin aku mengantuk. Aku berusaha meraih cahaya itu, dan Plak! semua menjadi gelap gulita.

Aku mengira aku sudah mati. Namun ketika aku terbangun, aku berada di rumah sakit. Aku lupa dengan apa yang telah terjadi. Nenek bilang aku hampir jatuh ke jurang karena menabrak pohon. aku bercerita kepada nenek  tentang hal yang kuingat, kejadian sebelum aku berlari ke hutan.

Setelah itu, Hanna dan keluarganya datang dan meminta maaf kepadaku, soal ucapan mereka. Aku masih merasa marah, dan hanya membuang pandanganku. Nenek tak mengerti apa yang terjadi, lalu ibu hanna menceritakanya. Mendengar ucapan mereka nenek marah meledak ledak pada mereka. Hingga mengusir mereka dari rumah sakit. Sejak saat itu, hubungan mereka jadi tidak baik.

Sebelumnya aku tak pernah berfikir jika Hanna lah yang akan semakin disalahkan setelah kejadian itu. Aku semakin menindihnya dengan masalah, seakan akan aku ingin dia merasakan rasa sakitku. Jika saat itu aku sadar, aku tak akan membirakan nenek melakukan itu dan langsung memaafkan mereka.

Namun itu semua telah terjadi. Semenjak hari itu, aku tak pernah bersapa lagi dengan Hanna. Pernah sekali aku tak sengaja berjumpa dengannya, namun dia seakan tak mengenalku.

Nenek dan orang tua Hanna sudah berbaikan, pada saat aku berada di luar kota. Aku benar benar ingin meminta maaf pada Hanna akan sifat dan perilakuku, namun aku tak pernah berjumpa lagi dengannya. Bahkan ketika aku bertanya kepada ibunya, ibunya bilang dia sudah berjanji tak memberitahukan lokasi Hanna padaku.

Aku menyerah dan melupakan semua masalah itu. kupikir, dia juga melakukanya, namun ternyata tidak. Dia terus menyimpan dendam dan amarahnya untuk segera membalasku. 

Apakah dia tak ingin bertemu denganku, karena ingin benar benar menghancurkanku?

"Bukan Egois,
Aku hanya membenci
Situasinya"

-ANR-

==================

Dear ~ Hanna

Hanna, 
Aku tahu aku salah
Dan mudah mengatakan maaf bagiku,
Namun,
Pasti sulit Memaafkanku.

Jika waktu berputar kembali,
Aku tak menjamin bahwa aku tak akan melakukan kesalahan lagi.

Bagiku semua sudah terlambat.
Maaf...

-Aneira's diary





The weather's DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang