Bab 8 | Feelings

9 3 0
                                    

 [Play the video, will help you feel the story]

Aku menceritakan kebodohanku kepada Elio. Menceritakan hal yang memalukan ternyata cukup melegakan. Rasanya.. itu menghilangkan sebagian penyesalan di masa laluku. Aku hanya menunduk dan tak sanggup melihat ekspresi Elio, bahkan kepalaku terasa sulit di angkat. 

Dia hanya diam, mungkin sekarang dia berfikir bahwa aku adalah perempuan yang bodoh. Tapi aku baik baik saja dengan hal itu. Aku hanya tetap berjalan dan menunduk. 

Tiba - tiba, Elio menarik tanganku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba - tiba, Elio menarik tanganku. Lalu ia berkata,

"Jangan merasa bodoh, Aku mengerti alasanmu melakuka itu" ucapnya.

Aku membalikan badan ku. 

"Juga, jangan membenciku karena kejadian itu. Aku punya alasan mengapa aku tak menyalamatkanmu" lanjutnya.

Aku hanya diam menatap menatapnya dan tersenyum,

"Baiklah.., aku harus segera pulang" ucapku. 

Aku merasa lega, kami bercerita mengenai masa lalu selama di perjalanan. Suasana terasa hangat, meskipun dingin mengusik. Keheningan tak lagi menggangguku, kami bersenda gurau dan saling menukar prasangka. 

Suasana canggung yang telah terjadi sebelumnya, telah tenggelam jauh dan terlupakan. sekarang kami sudah lebih terbuka dan saling mewajarkan. Aku hanya berharap perasaan ini tak berharap lebih lagi, terutama hatinya. Mungkin jika kami berteman saja sudah lebih dari cukup.

.

.

Setelah mengantarku Elio langsung pulang ke rumahnya. Aku segera masuk dan mencari nenek untuk menceritakan semua kejadian yang aku alami.

Setelah aku menceritakanya pada nenek, seperti yang ku duga, nenek hanya tersenyum mendengarkan. Tapi aku tau di balik itu dia merasa senang karena sekarang aku memiliki teman teman yang baik dan peduli padaku. 

Hari semakin larut, aku memutuskan untuk tidur bersama dengan nenek. Sejak kecil aku suka tidur denganya, dia selalu menyanyikanku lagu pengantar tidur. 

Belum lama kami berbaring, nenek sudah tertidur. Aku menarik selimut dan menutupi lenganya yang telanjang, memutar penghangat ke arahnya, dan memberinya kecupan selamat malam, seperti yang sering dia lakukan kepadaku.

"Aku memandang ke luar jendela, 

Menatapi langit sepi tiada bintang.

Memuji setiap butir salju yang jatuh,

Tak lupa aku memejamkan mata dan 

Merenungkan peristiwa pada hari ini.

Apakah aku, kamu, dia, kita, dan mereka bahagia?

Terkadang kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kita bahagia.
Bahkan sering merasa bahwa kita adalah manusia yang paling kurang beruntung.

Itu karena kita hanya melihat dari logika atau perasaan kita.
"Aku akan bahagia jika aku mendapatkan sesuatu"

Namun ada juga yang bahagia karena hal simple, kecil, dan bahkan gila.
seperti,
Melihat senyumanya"

-ANR-

.

.

"Good morning beautiful city" ucapku sambil membuka jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Good morning beautiful city" ucapku sambil membuka jendela. 

Pagi ini aku berjalan jalan ke pasar untuk menggantikan nenek berbelanja. Meski nenek melarang, aku tetap berkukuh untuk pergi. Pada akhirnya aku banya mengabiskan uangku untuk jajan. 

Sampai di rumah, aku berniat membuatkan nenek Vin Chaud atau Anggur hangat karena suhu udara hari ini akan semakin dingin. Aku juga mengundang Varsha untuk datang. 

.

[Vin Chaud : minuman anggur panas yang manis bercampur pahit dengan aroma tajam nan wangi yang berasal dari rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis.]

.

 Tok! Tok! Tok!

Begitu sampai Varsha langsung membantuku memasak di dapur, tak lama kemudian nenek turun dan kami telah menyiapkan masakan. Setelah itu kami makan dan  menonton film. Kami tertawa terbahak bahak melihat ekspresi nenek ketika menonton film yang bergenre drama. Dia terlihat begitu emosi seakan akan dia tokoh protagonis dalam film tersebut.
 

Setelah menonton film, nenek pergi ke rumah temanya untuk mengantar buah. Aku dan Varsha pergi ke atap rumah nenek untuk bersantai.

"Var.."

"Ya"

"Kau tau apa yang membuat cuaca menjadi sangat dingin?"

"Emm.. aku tau. Pasti cuaca menjadi dingin karena doi bales chat singkat yaa..., bwahahaha.." ucap Varsha sambil tertawa terbahak bahak.

Aku menggelengkan kepalaku lalu menepuk lenganya, 

"Bukan.., itu karena matahari tak mau memberi kehangatan. Kau mau tau alasanya?"

"Karena.." ucapnya.

"Aku bertanya mau atau tidak sayang!" ucapku sambil mencubitnya.

"Aduh"ucapnya.

"Itu karena, dia telah memiliki orang lain untuk di beri kehangatan"

"Asikk.."ucap varsha sambil mengacungkan jempol. "aku tau satu hal yang membuat matahari memberi kehagatanya pada oranglain" lanjutnya.

"Apa itu"

"Itu karena orang tersebut..tidak memiliki...Mesin penghangat di rumahnya..,  bwahahaha" ucapnya.
Kami lalu tertawa bersama. 

TUNG! TUNG! TUNG! TUNG!

Varsha membuka handphonenya yang terus berdering. Aku melihat wajahhnya yang berubah seketika ketika membaca tiulisan di hpnya.

"A..Aneira.."ucapnya tiba tiba.

"Kau dalam masalah besar"

"Apa! "

"Semu orang di Andorra sedang membicarakanmu sekarang"

"Apa yang mereka bicarakan? Tanyaku.

"Ini.. Soal kemarin" ucapnya.

Muncul beribu bertanyaan di kepalaku.  Yang mana yang mereka bahas?  Apakah omongan anak anak di kelasku tersebar? 

≠========Bersambung=======≠

The weather's DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang