Bab 7 | Reunion II

12 4 0
                                    

[SAMBIL PUTAR VIDEONYA SAMBIL DI BACA YA]

Elio melepas genggamannya dan merangkul pundak ku. Dia juga menutup kupingku dengan jas nya. Aku hanya mengikutinya dan terus melihat kebawah. 

========================

Aku bersyukur Elio telah membantuku kabur dari keramaian tersebut. Sesampainya di Aula, Elio melepaskan rangkulannya. Aku lalu berterimakasih kepadanya,

"Elio.., terimakasih" ucapku sambil menatap matanya.

Dia hanya diam menatapku dengan wajah yang khawatir. 

"Ada apa?" tanyaku.

"Apa kau baik - baik saja? aku khawatir karena kau akan segera tampil" ucapnya.

Aku terdiam, bingung untuk menjawab pertanyaanya tersebut. aku rasa aku baik - baik saja, aku rasa?

"Aku permisi ke kamar kecil sebentar" ucapku sambil berjalan meninggalkan Elio. 

.

.

'Hu, toiletnya sepi..' batinku.

Aku tak tau apa yang aku lakukan disini. 

Aku menatap ke cermin,

'Aneh, kenapa mataku berair?'

Kemudian air mata menetes, membasahi pipiku.

'Kenapa aku harus menangis?'

Semakin lama semakin deras. 

'Aku harus kuat! seperti dahulu. tunjukkan bahwa aku lebih baik dari mereka!'

Perlahan air mataku mengering.

Aku tak boleh mengingkari janjiku pada langit! 

Satu lagu saja untuk mu langitku.

.

.

Aku bersiap di belakang panggung. Aku sudah menyiapkan lagu untuk ku mainkan kepada sang langit. 

Aku langsung menuju ke panggung setelah Dion memanggil namaku.

[Dion: pembawa acara]

Aku menarik nafasku sedalam dalamnya. Memberi hormat dan mulai mengangkat biolaku segera aku dawai biolaku agar terdengar merdu.

[Di- Play ya. bayangkan saja ini penampilan dari Aneira]

Di dalam alunan biola
mengalun nada penuh rasa
dalam irama kesedihan
rasa terperangkap hampa.

memainkan biola seperti tiada pendengar
aku terus bermain diantara nada - nada
karena dia adalah temanku
mengusir rasa takut dan sepiku.

Biarlah ini
menjadi bagian cerita,
disaat semua kembali seperti dulu
saat gelap hampa dalam dilema kesepian.

The weather's DilemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang