Part 11

728 116 5
                                    


"Aku harus menemuinya – Alpha Aiden."

.

.

Aku terdiam dan menunggu reaksi atau jawaban dari Mika tapi pria itu malah menatapku dengan tatapan tidak percaya. Bahkan dari ekspresi wajahnya aku sudah bisa menangkap bahwa Ia ingin mengatakan apa yang kukatakan barusan adalah sesuatu yang tidak masuk diakal.

"Mika –" ucapku berusaha memancingnya untuk mengucapkan sesuatu,

Dan Ia pun menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, sebelum akhirnya mengakatan, "Apakah kau tidak ingat kalau Paman Karof saat ini masih marah dengan mu dan menghukummu untuk tidak keluar dari Witch Land?"

Aku menganggukkan kepalaku atas pertanyaannya barusan.

"Lalu bagaimana bisa kau menemui Alpha Aiden? Memintanya untuk datang ke Witch Land? Dan membongkar semuanya – termasuk bagian dimana Paman Karof dan diriku berbohong soal kau tinggal di sini?"

"Bukan itu maksudku." Ucapku menyanggah perkataan Mika barusan.

"Lalu apa?" tanya Mika padaku,

"Aku harus menemuinya. Dan aku butuh bantuanmu." Jawabku jujur,

"Dee."

"Kumohon –" ucapku pada Mika, karena aku tahu bahwa Ia tidak akan setuju membantuku keluar dari Witch Land. Tapi aku tidak ada pilihan lain.

"Aku tidak bisa."

Aku menundukkan kepalaku ketika mendengarnya mengatakan hal itu.

"Aku tahu bahwa Paman Karof sedikit kelewatan terkait melarangmu keluar. Tapi melihat Ia tadi masih bersikeras tidak mengijinkanmu untuk bertemu dengan Alpha Aiden – menurutku Ia pasti punya alasan yang kuat. Ia tidak mungkin dengan gegabah melarang seorang Alpha bertemu dengan keponakannya sendiri." Jelas Mika padaku, dan dari nada suaranya aku tahu Ia sedang berusaha merubah pemikiranku tentang apa yang terjadi.

Tapi aku merasa bahwa aku harus melakukan sesuatu, aku tidak bisa hanya berdiam diri dan menganggap apa yang kulihat dalam visionku ini adalah hal yang tidak penting.

"Tapi bagaimana dengan tugasku?" ucapku pada akhirnya, "Bagaimana dengan tanggung jawabku sebagai seorang penyihir?"

"Bukankah aku seharusnya mengatakan sesuatu pada orang yang berkaitan dengan visionku jika itu memang diperlukan? Aku tahu vision muncul dengan tujuan tertentu, maka dari itulah kita para penyihir dilatih untuk menangkap dengan benar apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh vision yang kita dapat. Dan bagaimana bisa aku memaksa diriku untuk berdiam diri, menanggap semua vision itu tidak ada artinya, hanya karena aku dilarang untuk bertemu dengan sosok yang seharusnya tahu soal vision ku?"

Aku menatap kearah Mika dan memperhatikan ekspresi pria itu. Aku berharap semua ucapan ku barusan mampu membuatnya luluh, karena jujur sebenarnya aku bisa melakukan ini sendiri. Tapi itu berarti aku harus berbohong padanya untuk melarikan diri, dan aku tidak ingin melakukan itu.

"Mika – kumohon." Ucapku padanya, dan aku melihatnya memejamkan mata sejenak lalu membukanya kembali untuk menatap tepat pada kedua mataku.

"Baiklah. Aku pikir lebih baik aku ikut campur dalam masalah ini untuk memastikan kau tidak gegabah, dari pada aku menolak permintaanmu dan membuatmu harus kabur diam-diam dariku." Ujar Mika padaku dan aku tidak bisa menahan senyuman yang muncul di wajahku saat ini.

"Thank you." Ucapku padanya, dan Ia pun beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan kearah pintu.

"Ayo – kita harus cepat jika kita tidak ingin kehilangan mereka."

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang