Part 21

615 98 12
                                    


Aku memejamkan mataku perlahan ketika selesai meminum ibuprofen terakhir yang kumiliki. Dan aku berusaha menata pernafasanku perlahan.

Aku memang tidak terlalu sering merasakan rasa sakit pada kepalaku, tetapi sekali saja rasa sakit itu kembali aku benar-benar tidak bisa menahannya terlalu lama. Hal itu membuatku terkadang lupa akan rasa sakit yang kualami ini – bahkan aku tidak sempat mengatakan apapun soal ini pada Mika dan lainnya tadi.

Perlahan aku kembali membawa diriku untuk tertidur diatas tempat tidur yang ada. Dimana aku langsung berusaha untuk tertidur dengan memejamkan kedua mataku. Dan memastikan untuk tidak melupakan bahwa ketika besok pagi datang aku harus menanyakan apakah ada obat yang sama atau mirip disini untuk berjaga-jaga.

Tetapi belum lama aku memejamkan mataku aku merasakan hembusan angin cukup kencang mengenai wajahku. Akupun membuka perlahan kedua mataku dan aku hanya bisa terdiam ketika menyadari apa yang terjadi.

Hanya saja aku tidak tahu apakah ini adalah vision atau hanya sekedar mimpi. Mengingat diriku bukan lagi seorang penyihir atau semacamnya, semua hal yang terjadi padaku ini membuatku kebingungan.

Namun aku memberanikan diriku untuk berdiri meski jujur aku tidak terlalu tahu apa yang harus kulakukan. Apalagi pemandangan yang kulihat saat ini sangat berbeda dari semua mimpi yang kudapatkan selama ini.

Aku berada di sebuah gurun yang sangat luas. Dan aku berusaha berjalan perlahan mencari apakah ada sesuatu atau seseorang disini. Aku membawa kedua kakiku berjalan dan terus berjalan ditengah gurun ini. Hingga tiba-tiba aku melihat sebuah bunga?

Bunga berwarna putih dan disekitarnya ada cahaya putih yang sangat terang mengelilinginya.

Aku bergegas berjalan mendekat kearah bunga itu berada untuk melihatnya lebih dekat. Tetapi tiba-tiba angin kencang berhembus membuatku terkejut dan langsung menutupi wajahku dengan tanganku untuk menghindari pasir yang ikut berterbangan bersamaan dengan hembusan angin.

Angin itu berhembus dengan kencang untuk beberapa saat, dan meski aku tidak bisa melihatnya dengan jelas aku bisa mendengar suara angin itu berhembus menghasilkan gemuruh yang cukup keras.

Dan tiba-tiba semua kembali tenang.

Hening.

Seakan suara gemuruh, badai pasir dan hembusan angin yang menyerupai topan yang kurasakan tadi tidak pernah terjadi.

Aku membuka perlahan mataku dan langsung menatap kesekelilingku.

Tetapi – aku tidak menemukan bunga putih tadi.

Aku hanya bisa melihat pasir terpampang didepan mataku, tidak ada tumbuhan, hewan atau apapun disini. Hanya ada diriku seorang berdiri diatas gurun yang sangat luas hingga aku tidak bisa melihat sisi akhir dari gurun ini.

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan tetapi aku membawa diriku untuk melangkah mencari sesuatu – apapun itu. Hingga akhirnya aku menghentikan langkahku karena menyadari bahwa tidak ada apapun disini selain gurun pasir.

"Apa yang sebenarnya terjadi –" bisikku pelan, dan aku berharap untuk cepat tersadar dari mimpiku ini karena aku merasa tidak nyaman berada di tempat seperti ini. Tempat yang sangat asing bagiku.

"Ella."

Aku nyaris berteriak terkejut ketika mendengar seseorang memanggil nama itu – dan ketika aku berusaha mencari asal dari panggilan itu, aku tidak menemukan siapapun. Tidak ada siapapun selain diriku di sini.

"Ella – apa kau tidak mengenaliku?"

Aku kembali mendengar suara itu, tetapi aku tidak pernah mengingat mendengar suara tadi.

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang