Part 25

1K 115 39
                                    

"Dee." Aku mendengar suara memanggilku, dan aku tahu kalau itu adalah suara Rhea. Akupun berusaha membuka kedua mataku perlahan, tetapi langsung menutupnya kembali karena sakit pada kepalaku masih terasa meski sudah tidak separah tadi.

Ketika aku berusaha membawa diriku untuk terduduk, aku merasakan seseorang membantuku dengan menopang punggungku. Entah mengapa aku merasa mengenal sentuhan itu dan akupun kembali perlahan membuka kedua mataku dan menoleh kearah sisi kananku, "Aiden?" ucapku pelan dimana membuatku harus kembali menutup mataku karena aku merasa tenggorokanku sakit.

"Ini." Aku mendengar suarah Rhea lagi dan Ia memberikanku segelas air putih. Akupun menegak perlahan air itu dan setelah selesai Aiden mengambil gelas itu dari tanganku sebelum meletakkannya pada laci kecil yang ada disampingnya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Rhea dan dari nada suaranya aku bisa menyimpulkan bahwa Ia sangat khawatir. Akupun memasang sebuah senyuman pada wajahku, "Sudah lebih baik." Jawabku padanya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" aku mengangkat wajahku dan melihat kearah Joziah, yang terkesan menanyakan hal itu pada dirinya sendiri.

"Dokter pack tidak menemukan apapun, semua terlihat sehat dan seharusnya dengan kondisi seperti itu – Ella – maksudku Dee tidak akan mengalami hal ini." Ujar Steve dan aku menghela nafas kecil karenanya.

"Aku hanya kelelahan –" ucapku pelan dan aku merasakan Aiden menggenggam tangan kananku. Aku memandang terkejut kearahnya tapi Ia hanya menunduk menatap kearah tanganku. Meski aku tidak melihat wajahnya aku bisa merasakan bahwa Ia merasa – sedih?

"Dan ini terjadi dua kali dalam sehari bukan?" tanya Joziah dan aku kembali menoleh kearahnya, dimana kerutan muncul pada dahiku. "Bagaimana kau tahu?" ucapku tanpa sadar dan aku langsung membawa pandanganku pada Rhea.

"Maaf. Aku rasa mereka harus tahu tentang apa yang terjadi. Apa kau tahu berapa lama kau tidak sadarkan diri?"

Aku mengerjapkan mataku karena ucapan Rhea barusan membuatku tersadar, kalau saat ini langit sudah berubah warna menjadi biru tua mendekati hitam.

"Kau sudah tidak sadarkan diri selama lebih dari 10 jam. Tapi dokter terus mengatakan bahwa tidak ada yang salah darimu, jadi aku memutuskan untuk mengatakan kejadian tadi pagi. Kita semua khawatir sesuatu benar-benar terjadi padamu." Jelas Rhea dan aku hanya bisa terdiam dalam keterkejutanku. "Tapi sebenarnya apa yang terjadi –" ucapnya lagi tapi kali ini Ia terkesan mengatakannya pada dirinya sendiri.

Untuk beberapa waktu tidak ada satupun diantara mereka maupun diriku yang mengatakan apapun terkait hal itu.

"Ini sudah larut, lebih baik kita meninggalkanmu untuk kembali beristirahat." Ujar Joziah setelah beberapa saat, dan Steve serta Rhea mengangguk setuju. Merekapun berjalan keluar sebelum memberikanku tatapan simpatik serta salam singkat pada Aiden.

Akupun kembali membawa perhatianku pada Aiden yang masih terdiam sejak tadi.

"Aiden." Panggilku padanya, dan Ia masih terdiam tapi aku merasakan genggamannya pada tanganku bertambah erat. Akupun memberanikan diriku untuk membawa tangan kiriku untuk menggenggam balik tangannya itu. Dan itu berhasil membuatnya mengangkat wajahnya untuk menatap kearahku.

"Aku baik-baik saja." Ucapku padanya, meski jujur saja aku tidak yakin akan hal itu. Kupikir sesuatu memang ada yang salah pada kepalaku maka aku terus mendapatkan rasa sakit itu. Tapi jika dokter mengatakan bahwa aku dalam kondisi yang baik, maka apa yang menyebabkanku merasakan sakit itu? Dan itu bukanlah sakit biasa – rasa sakit itu benar-benar terasa menyekikku. Membuatku tidak bisa menahannya.

Aiden menatap tepat kearahku, tapi Ia tidak mengatakan apapun. Aku memperhatikan wajahnya dan barulah aku melihat bahwa rasa lelah – khawatir – cemas – dan bersalah terlukis jelas disana. Bahkan kantung matanya terlihat lebih gelap dari biasanya. Itu membuatku menyadari bahwa Ia lebih terkejut akan apa yang terjadi dari pada diriku sendiri.

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang