Part 18

656 107 10
                                    


"Paman Karof membawamu ke Witch Land 1 tahun yang lalu."

.

.

Ucapan Mika barusan membuatku tertawa karena aku tidak pernah menduga Ia akan mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti ini.

"Aku tumbuh dan tinggal di Witch Land sejak kecil –" ucapku membantah apa yang dikatakan Mika, "Aku benar-benar mengingatnya. Jadi bagaimana bisa kau mengatakan hal itu?"

"Kau mengingatnya karena Paman Karof memaksamu untuk mengingatnya." Ucap Mika,

"Apa maksudmu?" tanya Alpha Aiden, dan jujur aku juga ingin menanyakan hal yang sama.

Aku melihat Mika menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya. Dan Ia menatap kearahku untuk beberapa waktu sebelum akhirnya menunduk menghindari tatapanku.

"Setahun yang lalu, Paman Karof datang padaku dan membawaku untuk menemui Dee." Ucap Mika, "Saat itu kau sedang tidak sadarkan diri. Tapi Paman Karof mengatakan bahwa kau adalah keponakannya, dan karena satu dua hal yang terjadi membuatnya harus memaksamu untuk ikut dengannya ke Witch Land. Dan Ia bilang bahwa Ia membuatmu seakan memiliki memori tinggal dan berada di Witch Land sejak kecil –"

"Dan saat aku bertanya kenapa, Paman Karof hanya bilang bahwa itu untuk kebaikanmu, Dee." Tambah Mika,

"Itu tidak mungkin." Ucapku tanpa sadar karena aku benar-benar mengingat semua memori akan masa kecilku dengan Mika. Bagaimana aku tinggal dan tumbuh di Witch Land – menghabiskan waktu belajar spell bersama Mika ataupun Paman Karof. Itu semua masih tersimpan dengan jelas dalam memoriku, bahkan aku merasa bahwa memori itu seakan baru saja terjadi karena aku masih mengingatnya dengan begitu jelas.

"Aku tidak tahu pasti spell apa yang digunakannya, tapi aku tahu bahwa itu adalah spell yang sulit melihat bahwa kau benar-benar mempercayai semua memori yang dibuat dengan mantra itu." Ujar Mika seakan tidak menghiraukan apa yang kukatakan,

"Beberapa hari setelah Ia membawamu, kau sadar dan langsung datang mencariku lalu mengajakku untuk berlatih seakan itu adalah rutinitas harianmu. Dan disaat itulah aku sadar bahwa kau benar-benar berada didalam spell itu."

"Jika semua yang kau katakan adalah benar, lalu kenapa kau tidak pernah mengatakan apapun padaku?" tanyaku pada Mika, dan pria itu menatap padaku dengan tatapan yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Tatapan sedih terlihat jelas disana, tetapi disaat bersamaan aku bisa merasakan bahwa Ia menyesali semua yang sudah dilakukannya.

"Karena aku tahu bahwa kau berada didalam spell – apapun yang kukatakan tidak akan pernah kau percayai. Bahkan aku yakin saat ini kau hanya menganggap semua ucapanku adalah omong kosong." Jawab Mika dan aku bisa merasakan dari nada suaranya bahwa Ia juga merasa frustasi harus mengatakan semua itu padaku.

Dan jujur aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

Bayangkan jika kau memiliki banyak memori kenangan akan kehidupanmu selama ini, dan itu semua tersimpan rapi didalam kepalamu, tetapi tiba-tiba seseorang muncul mengatakan bahwa memori itu adalah palsu.

Kau mendengar bahwa semua memori itu adalah 'buatan' orang lain. Memori yang dipaksakan seseorang untuk berada di kepalamu, membuatmu merasa bahwa yang ada dihadapanmu saat ini adalah hidupmu yang sesungguhnya.

Ketika kau mengetahui hal itu, apa yang akan kau lakukan? Aku bahkan tidak tahu apa yang seharusnya kupercayai saat ini – memori yang kumiliki atau ucapan seorang Mika yang tidak akan mungkin mengatakan hal seperti ini hanya sebagai candaan belaka.

"Jika yang kau katakan adalah benar. Berarti kemungkinan bahwa Dee merupakan Ella adalah benar bukan?" ucap Eli yang langsung membuatku menoleh kearahnya terkejut.

"Jujur aku tidak terlalu yakin soal itu. Tetapi bukan berarti aku tidak pernah menduga bahwa itu adalah hal yang mungkin terjadi. Kebetulan akan hari dimana Dee datang pertama kali ke Witch Land adalah hari dimana Ella Aster dinyatakan menghilang – dan kemiripan wajahnya dengan Ella Aster membuatku sempat memikirkan hal itu. Hanya saja aku terus menolak kemungkinan itu karena aku tidak ingin mempercayai bahwa Paman Karof berani melakukan hal seperti ini pada orang lain terutama ketika aku tahu seberapa lama dan seberapa keras kalian berusaha mencari Ella Aster." Jawab Mika dan disaat bersamaan rasa sakit pada kepalaku kembali datang membuatku langsung memegang kepalaku tanpa sadar.

"Dee –" ucap Mika sembari menahan tanganku karena untuk sesaat aku merasa seakan kehilangan keseimbanganku.

Tapi ketika aku berhasil menahan rasa sakit itu aku langsung menepis tangannya dan menatap tepat kearahnya. Aku berusaha mencari bukti bahwa Ia berbohong dan semua yang dikatakannya barusan hanyalah hal yang tidak masuk akal.

Hanya saja aku tidak menemukan apapun. Tidak ada keraguan dari tatapan Mika yang membuatku seakan benar-benar ditarik secara paksa untuk mempercayai semua ucapannya.

"Apa kau bisa membawaku untuk menemui Paman mu itu sekarang?" ucap Eli pada Mika,

Dan aku menatap sekilas kearahnya tetapi memutuskan untuk tidak mengatakan apapun.

"Aku harus memastikan bahwa Dee adalah Ella." Ucapnya lagi,

"Lalu apa?" ujarku tanpa sadar sesaat setelah mendengar Eli mengatakan hal itu,

"Jika aku adalah Ella maka kalian akan membawaku pulang atau semacamnya?" ucapku lagi dan ketika selesai mengatakan itu tanpa sadar aku tertawa kecil karena jujur aku bahkan tidak benar-benar mempercayai apa yang terjadi saat ini.

Aku bahkan berharap ini semua hanya sebuah mimpi buruk.

"Jika aku adalah Ella maka kau adalah kakakku bukan?" tanyaku pada Eli, dan ketika aku menatap kearahnya pria itu hanya bisa menatap kearahku tanpa mengatakan apapun.

"Dan jika aku memang adalah Ella maka kau adalah mate ku?" bersamaan dengan mengatakan itu aku menggeser tatapanku kearah Aiden, tetapi sesaat setelah tatapan kami bertemu Ia langsung menunduk seakan Ia menghindari tatapanku. Dan untuk pertama kalinya aku melihatnya membuat ekspresi seperti itu. Ekspresi yang membuatku menyadari bahwa saat ini tidak hanya diriku saja yang terkejut akan semua ucapan Mika – tidak hanya diriku yang kesulitan menerima semua ini. Bahkan aku yakin Eli juga merasakan hal yang sama, tetapi Ia bisa menerima semua ini lebih baik dibandingkan diriku maupun Alpha Aiden.

Aku berusaha menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, berharap itu bisa membantuku merasa lebih tenang dan dapat berpikir lebih jernih.

"Kevin – apa kau juga sudah tahu soal semua ini?" tanyaku pada Kevin yang baru kusadari tidak mengatakan sepatah katapun sejak Mika mulai mengatakan hal yang tidak masuk akal ini. Hal itu membuatku sadar bahwa Ia seperti sudah tahu garis besar kejadian yang ada.

Aku menatap kearah Kevin dan temanku hanya bisa mengangguk pelan.

"Maaf." Ucapnya padaku dan aku bisa merasakan tatapan simpatik yang ditujukannya padaku.

Aku menghela nafas lalu kembali menoleh kearah Mika yang aku tahu sejak tadi tidak berhenti menatap khawatir sekaligus bersalah kearahku.

"Kurasa Eli benar – tidak ada pilihan lain selain menanyakan langsung pada Paman bukan?" ucapku padanya,

Meski didalam hatiku aku berharap Paman akan menolak semua ucapan Mika, entah mengapa ada bagian dalam diriku yang mengatakan bahwa tidak ada gunanya bersikeras menolak semua ini karena yang dikatakan Mika adalah fakta.

"Kuharap Paman bisabenar-benar menjelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi." Ucapku.


[bersambung]


jangan lupa comment dan vote yaa ^^

PS : dan maaf karena part ini pendek banget hehe ... 


love, 

priscillangel

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang