Part 22

579 87 8
                                    


Aku mengikuti langkah Alpha Aiden, yang berjalan menuju kearah salah satu ruangan yang ada di lantai dasar ini. Dan aku tersenyum kecil ketika menyadari bahwa Ia membawaku ke sebuah ruang baca, dimana aku menemukan sebuah perapian kuno yang menyala disalah satu sisi ruangan.

"Duduklah." Ucap Alpha Aiden, dan Ia menyerahkan segelas teh yang dibawanya kepadaku.

"Thank you." Jawabku singkat dan aku menghela nafas kecil ketika merasakan hawa panas dari perapian mulai memenuhi diriku dan membuatku lupa akan angin dingin yang menyelimutiku sebelumnya.

Aku menyesap perlahan teh yang ada ditanganku itu dan harus kuakui Alpha Aiden cukup baik dalam membuat teh. Akupun meletakkan cangkir teh itu di atas meja kecil yang ada di samping sofa yang kududuki, dan itu membuatku menyadari bahwa Alpha Aiden sedang menatap kearahku.

"Alpha Aiden?" tanyaku perlahan, dan pria itu tersadar dari lamunannya dan berdeham pelan, lalu menoleh sekilas kearahku sembari memasang sebuah senyuman tipis dibibirnya.

"Maaf – aku hanya masih berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa kau memang nyata." Ucapnya setengah berbisik,

"Sebelum aku bertemu denganmu di tengah kota beberapa bulan lalu, aku sudah dalam tahap untuk mempersiapkan diriku bahwa Ella – dirimu – sudah benar-benar tidak ada di dunia ini. Tetapi aku tidak sengaja bertemu denganmu dan harapan yang hampir musnah itu tiba-tiba kembali muncul."

Aku menunduk dan terdiam berusaha mendengarkan semua kata yang diucapkan oleh Alpha Aiden.

"Aku tahu bahwa aku tidak seharusnya mengatakan semua ini padamu, apalagi ketika mengingat kondisi yang ada. Tapi percayalah aku benar-benar senang dan tidak bisa berhenti berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa kau memang hidup dan berada disampingku saat ini."

"Dan kurasa apa yang kurasakan atas semua yang terjadi mungkin terasa sedikit berbeda pada dirimu bukan?" ucap Alpha Aiden setelah Ia sempat terdiam beberapa saat,

Aku menoleh kearahnya dan mendapati dirinya menatap kearahku seakan menunjukkan bahwa Ia menunggu jawabanku.

"Entahlah. Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskan apa yang aku rasakan. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku baik-baik saja dengan semua perubahan yang ada, tapi kurasa kalian juga merasakan hal yang sama bukan?" ucapku setelah berpikir bagaimana cara menjawab pertanyaan itu,

"Meski aku yang merupakan Ella Aster sudah ditemukan, tetap saja kalian semua tidak bisa memberlakukanku sebagai 'Ella' yang sebenarnya. Dan aku rasa kau menghadapi dilema yang lebih karena ini. Bagaimanapun aku seharusnya menjadi mate mu tetapi karena ingatan ku, kau tidak bisa memberlakukan status itu padaku."

Aku menghela nafas dan tersenyum kecil ketika menyadari bahwa ini adalah kali pertama bagiku membicarakan semua yang terjadi beberapa hari ini secara serius pada seseorang. Aku memang sudah membicarakan semua ini pada Mika, tetapi entah mengapa membahas ini dengan orang yang terkait langsung dengan sosok 'Ella' membuatku sedikit merasa lega. Aku bahkan tidak terlalu yakin atas apa yang kukatakan tadi, karena aku hanya mengikuti perasaanku akan semua yang terjadi.

"Kau benar." Ucap Alpha Aiden, dan aku menunggu dirinya menjelaskan apa maksud yang Ia katakan barusan,

"Jujur saja aku sedang dalam kondisi memaksa diriku sendiri untuk menahan diri tidak melakukan semua hal yang ingin kulakukan setelah aku menyadari bahwa kau adalah Ella." Aku sedikit terkejut dengan ucapan Alpha Aiden barusan, karena aku tidak menduga Ia akan benar-benar mengatakan semuanya secara gamblang padaku.

"Bahkan saat ini duduk disampingmu didalam ruangan yang sama, hampir membuatku – gila."

"Kau mungkin tidak bisa membayangkan apa yang terjadi didalam diriku saat ini, dan aku juga tidak yakin bisa menjelaskannya padamu. Tapi percayalah bahwa aku sudah berusaha mati-matian menekan naluri serigalaku dan menggunakan pikiran manusiaku untuk bisa berbicara seperti ini denganmu. Dan jujur aku tidak tahu bisa bertahan seperti ini sampai berapa lama –"

PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang