[twelve]

46 11 0
                                    

Sebulan kemudian...
"Satu...dua...tiga... Mana yang keempat?" Ryuka tengah sibuk menghitung karyanya yang akan dikirimkan ke penerbit. Ia kuliah sambil membuat komik yang ia harap bisa menambah penghasilannya dan mengurangi beban ibunya di Korea sana.
Bahkan Ryuka termasuk mahasiswi dengan gelar 'kumlaud' di universitasnya. Ia mendapatkannya karena ia adalah mahasiswi yang benar-benar jago dalam menguasai banyak hal.
Setelah semua selesai, Ryuka memasukkan karyanya kedalam amplop. Ia mengantongi ponsel dan leptopnya karena ditakutkan ia akan kembali larut malam. Rencananya ia akan meneruskan tugasnya di sebuah kafe di pusat perbelanjaan.
Ia menggunakan taksi dan menuju ke kantor penerbitan. "Pak, aku Ryuka yang waktu itu mengirimkan e-mail. Ini karyaku, kuharap bisa diterima" ujar Ryuka kepada salah satu petugas yang waktu itu ia kirimkan e-mail. "Baiklah, senang bisa menerima karya ini. Tunggu informasi selanjutnya ya!" Ujar Pegawai itu dengan sangat ramah. Ryuka tersenyum dan beranjak meninggalkan tempat itu.
Ponselnya berbunyi ketika ia di ambang pintu "moshi-moshi.." Ujar Ryuka. "Ryuka! Cepatlah pulang, apartementmu terbakar!" Seketika jantung Ryuka berhenti berdetak. Ia menepikan taksi dan segera menuju kesana. Bagaimana bisa? Baru juga satu jam ia tinggal, apartement nya sudah terbakar?. Padahal seingatnya, ia tidak menyalakan sesuatu seperti kompor atau penanak nasi. Bahkan listrik pun ia matikan.
Ini tidak mungkin.
Setelah sampai disana, banyak sekali mobil pemadam kebakaran yang menuju kesana, ia melihat jika apartement nya tidak terlalu terbakar. Ia menerobos masuk kedalam dan segera menuju lantai tigapuluh dengan tangga darurat. Walaupun kakinya pegal, tentu itu tidak mengurangi kecemasannya.
Ia benar, api belum sepenuhnya menghabisi unit apartement itu. Ia memaksa masuk kedalam dan segera menyelamatkan barang-barangnya yang penting. Tetapi, ia sadar jika kali ini, ia bisa menjadi penyelamat walaupun tidak bagi semua orang.
Di unitnya terdapat beberapa apar. Unit sebelah juga tidak terlalu parah kebakarannya. Ia segera memecahkan kaca apar dan membawa barang yang sedikit berat itu. Ia menyemprotnya menuju api yang berada di ruangannya terlebih dahulu, setelah mati, ia segera keluar dari ruangannya dan melihat ke ruangan sebelah yang sudah hangus hampir seluruhnya.
Tunggu... Ia melihat seorang wanita. Benar! Wanita itu baru melahirkan seminggu yang lalu. Menunggu petugas pemadam pasti sangat lama. Ia masuk ke unitnya dan membasahi beberapa handuk dengan air. Ryuka menutup hidungnya menggunakan masker yang ia temukan dimeja. Ia menerobos masuk kedalam unit itu,
Wanita itu menangis dan berteriak meminta pertolongan. Bayinya disana. Ryuka melepaskan maskernya dan segera menggunakan masker itu pada bayinya. "Ayo ikut aku" ujar Ryuka sambil mengulurkan tangannya pada wanita itu. Wanita itu segera menerima uluran tangan Ryuka sambil menggendong bayinya. Handuk yang dibasahi tadi ia gunakan untuk menutupi wanita itu dan bayinya.
Api semakin membesar, ia agak berlari menuju pintu keluar. Tetapi... Sebuah kayu yang sudah menjadi arang hampir menimpa wanita itu. Ryuka mendorongnya hingga wanita itu terjatuh namun diluar, dan wanita itu beserta bayinya selamat. Dan Ryuka... Ia tertimpa kayu itu. Wanita itu segera berlari menuju tangga darurat agar bisa meminta seseorang untuk menolong Ryuka.
Setelah sampai di bawah,Wanita itu melihat harapan pertamanya, tuan muda bernama Jeon JeongWoo. Pria berkarisma yang tengah sibuk berbicara dengan petugas pemadam kebakaran yang kini mencerminkan kekhawatirannya. "Tuan JeongWoo! Tolong!" Wanita yang bernama Maika itu berlari agak sempoyongan menuju JeongWoo. Chan yang melihatnya segera menolongnya dan membawanya menuju ambulan.
JeongWoo menyusul Chan, "ada apa?" Tanya JeongWoo secara tiba-tiba. "Tuan JeongWoo, tetanggaku yang masih muda tadi menolongku. Dan ia terjebak disana, apinya semakin berkobar, cepat tolong ia!" Ujar Maika sambil menyatukan kedua tangannya seperti sangat memohon JeongWoo agar menyelamatkan gadis yang dimaksud olehnya.
JeongWoo segera berlari menuju apartement dan menerobos layaknya Ryuka. Ia menuju tangga darurat dan segera naik ke lantai tigapuluh dan segera menuju ke unit yang terbakar. Api sudah semakin membesar meski hanya unit itu yang terlihat terbakar, ia mencari tetangga yang dimaksud wanita tadi.
Tetapi hasilnya nihil. Ia gagal menemukan gadis yang dimaksud oleh Maika. Yang ia temukan hanya tumpukan kayu yang sudah mulai menjadi arang, ia segera masuk kesana dan mencari orang yang dimaksud. Ditambah pernafasannya sudah mulai tidak benar yang disebabkan oleh asap yang mengepul.
     JeongWoo melihat sekitar, tidak ada siapapun. Api berkobar semakin menjadi-jadi, ia berpikir untuk menyediakan biaya pengobatan bagi orang itu jika memang orang itu berada disini.
     JeongWoo segera mencari jalan keluar dan meminta pemadam untuk mencari gadis itu disana. "Bagaimana hyung? Sudah kau temukan?" Tanya Chan yang melihat JeongWoo dengan nafas terengah. JeongWoo menggeleng, "tidak berhasil, asap semakin hebat. Aku gagal menemukannya" ujar JeongWoo.
     "Chan, kau temani bibi ke rumah sakit. Aku akan disini, jika ada sesuatu yang penting,beritahu aku" ujar JeongWoo. Sedangkan daritadi ponsel JeongWoo berdering menampilkan nomor seorang asistennya yang berada di kantor, "moshi-moshi" ujar JeongWoo. "Moshi-moshi... Tuan,surat kontrak sudah kami selesaikan. Dan akan kami kirim beberapa jam lagi," ujar asisten JeongWoo itu, "aku belum menandatanganinya, tunggu aku disana, aku akan segera kesana" ujar JeongWoo sambil berjalan menuju mobilnya.
     Jujur saja, sebenarnya sejak sampai di depan unit terbakar itu, JeongWoo tidak memiliki perasaan yang baik-baik saja. Ia gelisah dan rasanya ingin sekali menemukan orang yang dimaksud oleh Maika. JeongWoo melajukan kendaraannya di kecepatan rata-rata.
     Tak butuh waktu lama, iapun sampai di kantor dan segera menuju meja kerjanya. Ia duduk di kursi CEO yang merupakan kursi paling nyaman di kantor itu. Kemudian asisten itu meminta izin untuk masuk. "Furuta, sudah kau siapkan semuanya?" Tanya JeongWoo pada sistennya yang orang Jepang itu.
     JeongWoo mulai menandatangani surat itu satu persatu. "Hai!, sudah kusiapkan semuanya tuan. Akan kuantar sendiri agar surat ini sampai dengan aman" ujar Furuta yang merupakan orang kedua yang JeongWoo percaya setelah Chan.
     "Apartement di Osaka terjadi kebakaran. Besok subuh, kirimkan petugas konstruksi untuk memperbaiki kerusakan" perintah JeongWoo. Furuta mengangguk, "baiklah, akan kulaksakan" ujar Furuta sebelum meminta izin untuk meninggalkan ruangan itu.
Karena merasa sangat lelah, JeongWoo langsung pulang menuju ke rumahnya. Ia terbiasa menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat sehingga ia memiliki banyak waktu untuk istirahat. Ditambah dengan perasaannya yang daritadi merasa tidak baik-baik saja.
Bahkan saat di mobil, ia sengaja menyalakan radio dengan volume penuh agar bisa berkonsentrasi ke jalanan dan tidak terlalu mempedulikan hatinya itu. Sesampainya dirumah, ia langsung menuju ke kamar dan membaringkan tubuhnya disana. Nafasnya berat padahal ia tidak habis berlari.
"Chan, malam ini aku akan keluar. Aku butuh udara segar. Kau tolong urusi untuk biaya rumah sakit ya" pesan JeongWoo pada Chan. Ia beranjak dari ranjangnya dan menuju ke kamar mandi untuk kembali menyegarkan tubuhnya.
Ia menunggu malam tiba agar bisa menikmati indahnya Jepang disaat itu.
♪───O(≧∇≦)O────♪
"JeongWoo... Aku disini... Lihat sedikit kemari, aku ada disini..." Ryuka merasakan cahaya yang menerobos masuk ke matanya. Terakhir yang ia ingat hanyalah seorang pria yang datang ke lokasi tempatnya tertimpa kayu. "Hei, sudah sadar, ia sudah sadar!" Samar-samar Ryuka mendengar suara itu.
Ia yakin kini ia berada dirumah sakit. "Wah... Syukurlah kau sudah sadar setelah koma selama dua tahun..." Ucap gembira salah satu suster disana. Dua tahun? Tidak mungkin.

[🔚]My Ice TWENTY [wonwoo X ryujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang