Rumah sederhana milik tuan Todoroki Shouto terdengar damai di pagi hari. Dari jauh. Tak tahu saja kalau di dalam sana, sedang terjadi pertarungan sengit antara Shouto dan dua anaknya yang berebut selai coklat di meja makan.
"Papa sudah tua! Mengalah padaku dong!"
"Eits mana ada istilah yang tua yang ngalah, harusnya kalian menghormati orang tua, jadi orang tua yang pertama."
"Kalau begitu aku saja!"
"Shouyo aku dulu!"
"Sudah dibilang Papa dulu!"
"Papa ngalah dong!"
"Tidak Shougo! Papa dulu!"
"Shougo! Shougo dulu Papa!"
"Papa dulu!"
Momo menggeleng takjub, masih pagi sudah bertengkar, apa kabar kalau sampai siang Shouto masih bertindak seperti itu pada dua anaknya? Perang quirk? Bisa jadi rumah ini tak berbentuk lagi, dibakar dan dibekukan oleh ketiganya. Atau mungkin ditambah Momo yang akhirnya ikut baku hantam juga.
"Terimakasih makanannya. Ittadakimasu." Shouyo diam-diam sudah membuka toples selai dan mengoleskannya diatas rotinya sendiri. Lanjut memakan roti berlapis selai coklat yang terlihat lezat ditangan mungilnya. Melupakan dua entitas lain yang kecolongan start. Mendelik terkejut ke arahnya.
"Ahh Shouyo! Curang ih! Mama~"
Merengeklah sudah sang kakak, surai merahnya bergerak ke kanan-kiri seiring kepalanya yang tak henti-hentinya digelengkan.
"Sudah-sudah, lagian sudah dioles ke atas roti, masa harus diulang?" nasihat sang ibu menengahi.
Shouyo dengan damainya memakan sarapannya, sesekali tersenyum sok meledek pada dua lelaki lain yang mengembangkan aura tak terima merasa sudah dikhianati.
Ah sungguh lebay, batinnya pada kakak dan juga ayahnya.
"Tapi Ma-ammh."
Suapan roti yang diberikan sang ayah membungkam mulutnya yang ceriwis. Membuat ketiga orang lainnya terkekeh geli. Shougo mendelik tajam ke arah tangan kekar Shouto yang sudah menyuapi mulutnya dengan paksa.
"Tak bisa diulang, jadi ya sudah makan saja yang ada, mengerti Shougo?"
"Mmh!"
Bocah riang itu mengangguk ogah-ogahan setelah menggeram tak terima, tetapi mulutnya perlahan mengunyah roti yang dibungkamkan padanya tadi.
"Tos?" Tawar Shoto pada dua anaknya, membuat keduanya membalas highfivenya dengan susah payah.
"Papa aku sedang makan, jangan tiba-tiba minta tos!"
"Hmwakwannywa swuswah pawpwa!"
Dibalas jitakan dikepala keduanya, apalagi mulut Shougo yang penuh malah berucap memprotes dengan bahasa aliennya barusan.
"Swakwit!"
"Ih ganggu banget Papa!"
Ya kadang, Momo memang tak bisa pungkiri, Shouto menjadi sosok ayah paling aneh menurutnya, walau suka semena-mena begitu, dua anaknya tak protes sama sekali.
"Sudah-sudah jangan bertengkar. Kau juga, berhenti mengusik mereka."
Shouto gantian mendapat cubitan dipipi oleh kedua anak kembar yang kini selesai dengan kunyahannya.
"Rasakan Papa jelek!"
"Hiyaaaa!"
"Aduhh!"
Dan, keramaian di meja makan pagi ini, sudah cukup membuat Momo pening.
To be continue...
Hai, ini untuk kalian yang meminta short stories mereka! Semoga suka ya^^
Karena tajuknya short stories, tentu saja perchapter sedikit-sedikit. Dan tanpa konflik berat, seperti slice of life biasa. Seputar kehidupan mereka saat sudah menikah dan punya anak.
Ada yang mau tau profile dua bocil Todoroki?
Nanti kubuatin di chap khusus, kalau kalian kepo sama dua pangeran kecil Momo dan Shouto.
Ya sudah, see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Todoroki Family
FanfictionShouto saja sudah merepotkan, ditambah dua bocah unyu-unyu yang cerewet, rasanya banyak sekali yang harus dia hadapi setiap hari. "Astaga itu apa Shouto?!" "Susu untuk mereka?" "Itu tepung terigu, demi apapun!" short stories after 'Wildest Dream' st...