Tontonan

3.1K 321 63
                                    

Kaki mungil Shouyo dengan mudahnya disampirkan diatas paha sang ayah yang sedang menonton acara berita. Sementara kakaknya sudah ribut dengan alat tulisnya dilantai, bahkan terlihat tak peduli dengan sang adik disofa sana. Merecoki kepala keluarga Todoroki yang terlihat serius menumbuk atensi pada televisi.

"Kakimu Shouyo, Papa sedang menonton tayangan ulang pembasmian villian di televisi. Menyingkir sebentar ya."

Nasihat itu bagai masuk ke telinga kanan dan keluar dengan kilat dari telinga kiri, bocah bersurai putih beranjak duduk di atas pahanya, bahkan dengan tak tahu diri menjawili surai sang ayah.

"Papa rambutnya aneh, potong saja ya? Shouyo bisa memotong rambut loh?!"

Tawarnya ceria, bahkan kini berbinar ke arahnya. Biasanya bocah itu hanya diam dan bicara seperlunya, kini terlihat lebih banyak berbicara mengenai hal yang mungkin jadi kesukaannya.

"Tidak-tidak, rambut Papa bagus kok, untuk apa dipotong?"

"Ada dua warna, aku tak suka warna putihnya, soalnya ikut-ikut milikku! Botak saja ya Pa?"

Apa-apaan itu, fitnah sekali kalau dia yang mengikuti warna rambut anaknya, siapa juga yang kedudukannya lebih tinggi? Memang ada orang tua yang ikut-ikut warna mata atau warna rambut anaknya? Kan ini asli!

"Ti-dak Shouyo. Papa tak mau botak. Dan juga Papa kan yang lebih dulu punya rambut putih, kenapa Papa yang harus mengikuti rambutmu?"

"Pokoknya harus dibotak Pa!"

Tontonan disana sudah berganti iklan, Shouto tak sempat menilik detail peristiwa peringkusan villian dari tayangan tadi karena ocehan Shouyo yang tiba-tiba.

"Nanti Papa jelek kalo botak, apalagi separuh!"

"Kan aku tak suka warna putihnya Pa! Itu ikut-ikut rambutku!"

"Papa tidak ikut-ikut Shouyo."

"Ikut-ikut! Ayo botak separuh!"

"Tidak mau Shouyo sayang~"

"Ayo dong Papa sayang~" rengekan bocah dan orang tuanya saling bersahutan, membuat satu entitas lain di ruangan itu menatap ke arah layar televisi yang terabaikan, memunculkan visual dari sebuah mainan terbaru.

"Pesawat! PAPA MAU PESAWAT!"

Dan terjadilah teriakan Shougo yang mendenging masuk telinga Shouto dan Shouyo tiba-tiba.

Shouyo otomatis teralihkan dari kegiatannya menjambak rambut putih sang ayah, sementara menengok sulung Todoroki mengacungkan telunjuk mungilnya pada layar televisi.

"HUAAA SHOUYO MAU JUGA! PESAWAT PAPA!  PESAWAT!"

"SHOUGO MAU LIMA! LIMA PAPA LIMA!"

"SHOUYO MAU PABRIKNYA SEKALIAN! BIAR SHOUYO BISA PILIH SENDIRI!"

"SHOUGO JUGA MAU PABRIKNYA!"

Dan ya, selanjutnya Shouto hanya bisa pasrah diguncang tubuhnya sekuat-kuatnya oleh dua bocah lima tahun yang geger menunjuk iklan permainan pesawat di dalam layar televisi.

"Momo cepatlah pulang. Anak-anak ini membuatku pusing..."

Ratapannya tertutupi kedua permintaan anaknya yang tak kenal lelah meminta hal tadi padanya. Seandainya ada sang istri, pasti saat ini kedua bocah itu sudah duduk diam di lantai sambil menggambar. Bukannya menonton televisi dan berteriak keras menunjuk permainan yang dijual belikan.























Pukul dua siang, dia ingat sekali. Ada tiga lelaki Todoroki sedang tidur damai dengan posisi aneh dilantai. Ada si kepala keluarga yang punggungnya ditiduri dua anak yang merupakan anak mereka. Juga serpihan kertas warna-warni diatas lantai.

"Apa yang mereka mainkan tadi?"

Momo terkekeh, beranjak membereskan lantai dan menggendong dua anaknya ke dalam kamar.

"Kau memang ada-ada saja Shouto." Kembali lagi untuk mencium pipi suaminya sekilas, sebelum membangunkannya agar pindah dari atas permukaan lantai dingin.

"Ung kau sudah pulang?"

"Ya, dan butuh penjelasan soal kertas warna-warni yang tersebar disekitar ruang keluarga."

Shouto terkekeh pelan, suara serak khas baru bangun tidur merasuk ke dalam telinganya.

"Aku habis berubah jadi pesawat atau mungkin kuda untuk dua bocah itu. Dan berakhir begini."

Momo mengusap pipinya yang tertempel beberapa serpihan kertas. Sambil tersenyum lebar mendengar penjelasan suaminya.

"Hah syukurlah. Mereka sudah makan siang?"

Shouto menegang, melupakan kewajiban utamanya dititipi dua anaknya seharian ini oleh sang istri.

"Shouto? Sudah kan?"

"Uhm aku lupa."

"Ya ampun! Kau ini!"

Berakhir dia yang dipukuli sang istri.






















To be continue...

Shougo rambutnya merah. Sedang kembarannya, si datar Shouyou rambutnya putih. Di wildest dream kugambarkan warna rambutnya hitam. Ku ubah sedikit hehe.

Makasih yang sudah mau membaca^^

See ya!

Todoroki FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang