Momo memicing sedikit mencoba berkonsentrasi saat mengambil buku dongeng diatas rak. Sementara dua anak yang kini tidur di kasur menunggu dengan tenang.
"Mama? Mau cerita All Might!"
"Hm memangnya ada? Itu kan isinya novel Papa dan Mama semua."
Momo tertegun di tempatnya, Shouyo menyinggung hobinya yang tak pernah padam sejak dulu.
"Ho novel yang sampulnya warna merah muda itu ya?" Shougo menanyai balik pada adiknya yang terlihat mengangguk sambil menunjuk ikat rambut sang ibu yang teronggok di nakas. Tepatnya buku disebelahnya.
"Isinya apa si Ma?"
"Ahaha bukan apa-apa sayang. Mama ceritakan cerita soal pahlawan Deku ya?"
"Tak mau! Mau pahlawan All Might!"
Izuku pasti menangis kalau mendengar dua anak Shouto sama saja tak ingin mengalah dari kepopuleran kekuatannya itu.
"Mau cerita putra tidur Ma!"
Itu ceplosan dari sang adik yang daritadi hanya melihat ke arah sang ibu dan kakak berinteraksi.
"Eh? Sleeping beauty maksudmu Shouyo?"
Shougo mengambil boneka naga dibelakang sang adik lalu memukul pelan kepala putih didepannya.
"Seperti perempuan Shouyo. Yang lain saja lah!"
"Tak seperti perempuan. Aku kan bilang putra tidur, bukan putri tidur!"
Momo memutar mata bingung, ini anaknya ada-ada saja, mana ada putra tidur.
"Tapi sama sekali tak ada judul cerita seperti itu sayang."
Pipi gembil itu dijawil dan kini sang ibu beralih mengelus rambut putih yang acak-acakan gara-gara Shougo yang terus-terusan mengguncang kecil pundak sang adik.
"Buat sendiri saja Mama."
"Shougo tetap mau All Might."
"Harus satu cerita Shougo, masa Mama cerita dua sekaligus."
Shouyo malah turun dari ranjang menuju rak buku yang biasa terdapat buku bacaan mereka. Berbagai dongeng anak kecil yang bahkan jarang sekali dibaca, gara-gara itu terlalu kekanakan menurut dua anak berumur lima tahun.
Padahal mereka memang masih kecil. Cerdasnya saja yang tak tertolong.
"Terus juga Shouyo minta cerita putra tidur, Mama tak pernah dengar."
Shougo beralih guling-guling di ranjang, sibuk menunggu Mama dan sang adik mencari buku.
"Ini aku mau diceritakan ini Ma!"
Shougo berbalik melihat ke arah dua orang didepan sana. Shouyo memegang buku kumpulan rumus Matematika.
"Eh?"
Shougo berbinar karena buku yang diambil Shouyo lalu berakhir menarik sang adik untuk berbaring disampingnya yang sudah mengoperkan buku itu pada Momo.
"Ayo Ma mulai cerita, kami sudah siap tidur!"
Momo berbalik berkacak pinggang, benar-benar kurang kerjaan membacakan rumus logaritma untuk ganti dongeng pada dua anak berusia lima tahun saat malam makin larut begini.
"Kenapa kalian malah memilih buku kumpulan rumus Matematika?"
Picingan makin mencekungkan alisnya ke dalam, menyatu membuat wajah penasaran yang mengarah kepada mereka.
"Soalnya kami dengar Mama membaca buku itu kemarin di depan surat-surat besar milik Papa kami ngantuk berat."
Momo terkekeh kemudian, sepertinya dibandingkan dengan kisah hebat pahlawan, dua anak ini lebih mementingkan kualitas tidur lebih dari apapun. Mengabaikan persamaan x dan y yang berkombinasi dalam ucapannya yang akan teralun kepada mereka.
Momo lebih memilih memeluk mereka berdua sambil mengelus lembut kepala mereka.
"Mama kenapa diam saja? Ayo cerita Ma!"
Dia mencubit pipi keduanya.
"Yang ada nanti Mama ikut tidur."
"Kok bisa Ma?"
"Mantra sihir buku itu menakutkan."
Dua-duanya bergerak merapat satu sama lain, menelan ludah mendengar penuturan sang ibu.
"Mama penyihir?!"
"Huwa Mama penyihir! Ayo kabur Shouyo!"
Kemudian tanpa adab dua-duanya berteriak, kocar-kacir keluar dari kamar meninggalkan Momo yang tertawa lepas. Astaga menyenangkan sekali mengerjai kedua anaknya itu.
"Ahaha astaga mereka percaya."
Lalu setelahnya, suara bedebum dari arah ruang kerja Shouto terdengar.
"Shougo?! Shouyo?!"
Dia keluar hanya untuk menemukan dua anaknya sedang bersama sang ayah dengan wajah ketakutan. Pasalnya Shouto sedang minum sesuatu yang sepertinya berwarna merah mungkin jus tomat, sayangnya lagi minuman itu tercecer di kaos putihnya, terlihat seperti seorang vampir yang habis meminum darah korbannya.
"Huwa Papa jadi vampir karena terkena sihir Mama! Ayo serang keduanya Shouyo! Kita kembalikan Mama dan Papa lagi."
Shouto dan Momo belum paham sama sekali kenapa sekarang keduanya dikejar-kejar dan bahkan sedang diancam menggunakan quirk kedua anaknya.
"Hentikan Shougo Shouyo, Papa dan Mama hanya manusia biasa!"
***
Malam hari itu berakhir dengan dua orangtua muda yang diikat dengan tisu toilet oleh kedua anaknya setelah dibekukan Shouyo. Lalu ditaburi tepung beras yang sudah Shougo ucapi mantra entah apa.
"Hupla hupla jadilah mereka Papa jelek dan Mama cantik lagi. Abrakadabra!" Tepung ditaburkan lagi.
"Papa tidak jelek!"
"Vampir jelek diam."
"Tapi kenapa hanya Mama yang tak diejek?"
"Mama memang cantik, kalau Papa kan vampir jelek yang ikut-ikut rambut kami!"
"Papa bukan vampir. Dan rambut Papa tidak ikut-ikut!"
Tepung kembali disemburkan pada wajah Shouto. Momo menahan tawa sebisa mungkin.
"Uhuk-uhuk."
"Wajahmu tambah tampan Shouto." Bisik Momo kemudian.
"Lucu sekali istriku sayang. Jadi, apa yang kau katakan pada dua bocah kelewat pintar itu?" Bisik Shouto sambil memicing pada sang istri yang terkekeh kecil dengan wajah sangat ceria, walau mereka total tertaburi tepung.
"Hehe, aku mengatakan tentang penyihir. Maaf, aku lupa mereka terlewat cerdas." Jawabnya tak kalah lirih.
"Istriku memang luar biasa, apalagi mereka." Mau melawan, anak sendiri, tak dilawan malah begini jadinya. Shouto bimbang.
Sepertinya Momo harus lebih berhati-hati saat sedang berbohong pada dua bocah itu.
Dan kini mereka harus pasrah meladeni ritual mandi tepung dari kedua bocah itu yang mengatakan akan membuat mereka kembali jadi manusia.
To be continue...
Makasih sudah mau mengapresiasi tulisan saya. Entah dengan cara baca, vote, maupun dimasukan dalam reading list. Saya juga sangat suka kalau kalian komen, senang banget bacanya^^
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Todoroki Family
FanfictionShouto saja sudah merepotkan, ditambah dua bocah unyu-unyu yang cerewet, rasanya banyak sekali yang harus dia hadapi setiap hari. "Astaga itu apa Shouto?!" "Susu untuk mereka?" "Itu tepung terigu, demi apapun!" short stories after 'Wildest Dream' st...