Panas dan Papa

1.8K 219 35
                                    

Momo kaget siang ini, melihat dua anak dan satu kepala keluarga di rumah berguling-guling di lantai, tepat setelah dia mengangkat jemuran yang kering.

"Mama~ panas~ mau es krim~."

Si rambut merah berguling ke arah kakinya, dengan wajah memelas yang kentara, sepertinya ingin sekali sang ibu terkena serangan keuwuan melampaui batas, apalagi wajah polosnya yang terlihat akan menangis.

"Sho-shouyo mau yang vanilla~." Sahutan dibelakang tubuh Shougo terdengar, kali ini ada dua anak laki-laki manis yang mengumpul didepan kakinya, sambil menggosokan kedua telapak tangan. Ah sungguh imut. Momo meneguk ludah, hari ini panas sekali, tapi dua bocah tadi baru saja sembuh dari demam gara-gara bermain selang air bersama sang ayah tempo hari. Mana mungkin Momo mau mengijinkan, walau ekspresi kedua anaknya sangat memelas. Dia jadi tak tega.

"Bukankah kalian baru saja sembuh, tidak boleh makan es krim begitu, bagaimana kalau sakit lagi?"

Kali ini dua-duanya memanyunkan bibir, tak terima dengan jawaban sang ibu.

"Kalau sakit ya kan ada Mama yang rawat." Nah kan, alasannya bisa saja membuat Momo memasang wajah beribu kesabaran.

"Kalau Mama ikut sakit karena merawat kalian bagaimana?" Momo tak akan kalah menjawab tentu saja.

"Kan ada Papa!" Shouto yang sedang mengipasi diri sendiri sambil berguling mencoba mencari jejak dingin lantai menoleh dengan cepat. "Apa?"

"Papa kalian kan kerja, ya kan?" Momo mengode agar sang suami mengangguk akan argumen barusan, sayangnya Shouto bahkan tak tahu mereka sedang mendiskusikan apa. Jadi dia bingung saat dua anaknya ikut memelototi dirinya layaknya perang dingin antara dua anak kembar dan sang ibu bisa dimenangkan mereka.

"Bukannya aku sedang libur dua minggu, untuk apa berangkat, kau mau mengusirku kah?"

Bodohnya ucapan Shoto di semarakan oleh teriakan dua anak kembar yang segera menuju ke arah kulkas, tentu saja mengambil alasan dibalik kenapa sekarang lengan Shouto dipukul Momo dengan gemas.

"Yeyyy makan es krim! Papa baik, kami sayang Papa!"

"Aduh-aduh, apa si? Aku kan bicara kejujuran! Momo sakit!"

"Dasar kau ini! Mereka jadi makan es krim karenamu!"

"Kok aku?! Aduh hentikan. Momo ini sakit!"

Sementara dua orang anak kembar tadi sudah makan jatahnya dengan hikmat.









"Ah benar juga! Papa berteman dengan All Might! Tapi kenapa Papa kecil sekali ya?"

Celotehan Shougo membuat Shouto yang sedang memangku sang anak terdiam, berpikir maksud dari perkataan sang anak.

Shouyo dimana? Sedang membantu mengacak-acak setrikaan Momo disana, sambil mengatakan kalau dia ingin jadi designer seperti perancang baju Hero kenalan sang ibu. Bahkan kini sudah dirombaknya seprei bergambar All Might menjadi rompi perang untuk Shoto, yang mau-mau saja didandani si bungsu.

"Papa tidak kecil."

"Kecil sekali Papa, dibandingkan dengan All Might, Papa mirip minion, hehe."

Momo menyembur tawa, dibayangannya sang suami berpakaian serba kuning sambil melawan villain, sungguh perbincangan kecil anaknya dan suaminya membawa kelakar sekali.

"Wah kalau begitu, Papa bisa jadi model minion Hero pertama Shouyo! Kalau Shouyo besar nanti jadi perancang kostum Hero, Shouyo mau Papa jadi Hero minion pertama Shouyo!"

Kali ini, Momo benar-benar tertawa lebar, senang sekali dia mendengar ucapan aneh-aneh yang ujung-ujungnya lucu dan menghujat sang suami, seperti menyaksikan karma anak durhaka pada ayah yang benar-benar terjadi di kehidupan nyata.

"Anak-anak, Papa bukan minion, lagi pula minion berwarna kuning, Papa kan berambut merah juga putih."

Keduanya saling melihat dan bagai sihir, dua-duanya mengangguk, menyalurkan opini yang berkesinambungan.

"Oh kalau begitu, jadikan Papa minion generasi baru saja Shouyo, merah dan putih!" Shougo menyengir lebar, disambut tos dari sang adik, dan tawa lain dari sang ibu yang lupa akan pekerjaan menyetrikanya.

"Bukan begitu, kalian berdua..."

"Ya ampun, maafkan aku Shouto, tapi ucapan mereka benar-benar lucu."

Sementara dua-duanya larut dalam angan-angan tentang sang ayah, Momo sedang tertawa mengabaikan protesan Shouto agar berhenti menertawainya.
























To be continue...

Hallo, makasih sudah membaca dan memberi vote cerita saya ini, semoga enjoy bacanya ya!

Salam hangat, DiesDiary

Todoroki FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang