5. Sakit

56 7 0
                                    

Sudah 2 hari Jovan tidak bisa menghubungi Gabriel. Gabriel mengabaikan pesan dan telepon dari Jovan. Akhirnya Jovan memutuskan untuk ke rumah Gabriel.

Jovan mengeluarkan motornya dari dalam garasi rumahnya, ia terlebih dahulu memanaskan motornya sebentar lalu mulai mengendarainya menuju rumah Gabriel.

Kini Jovan sudah sampai di rumah Gabriel, dia turun dari motornya dan mulai mengetuk pintu rumah Gabriel. Akhirnya pintu terbuka dan menampilkan sesosok wanita paruh baya yaitu bunda Gabriel.

"Eh ada Jovan, yuk masuk. Nyari Gabriel ya?" tanya Bunda dan mengajak Jovan masuk ke dalam rumah.

"Iyah bun, Gabrielnya ada?"

"Ada di kamarnya, dia lagi kurang enak badan. Kemarin seharian ga mau makan, kamu lagi ada masalah ya sama Gabriel?" tanya bunda hati-hati.

"Hehe iya bun, biasa salah paham. Dari kemarin Jovan ngehubungin Gabriel susah banget makannya sekarang Jovan ke sini" ucap Jovan.

"Udah biasa ko kaya gitu, bunda juga pernah kaya kalian. Kalo boleh tau emang kalian kenapa?" tanya bunda penuh dengan intimidasi.

"Jovan mau lanjut kuliah di Spanyol, dan udah di nyatakan keterima bun. Tapi Gabriel malah mikir yang aneh ke Jovan" Jovan menggaruk tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

"Oalahh, maafin Gabriel ya. Kamu hebat banget bisa ke terima di sana"

"Hehe iya bun, Jovan juga ga nyangka. Jovan mau ketemu Gabriel bolehkan bun?" tanya Jovan.

"Boleh dong, apa si yang engga buat calon mantu bunda" bunda terkekeh dengan ucapannya sendiri dan Jovan hanya tersenyum kikuk.

"Jovan ke atas dulu ya bun" bunda hanya mengangguk.

Jovan menuju lantai 2 dimana kamar Gabriel berada. Kini Jovan sudah berada di depan pintu kamar Gabriel yang ada tulisan "Please knock on the door before entering". Jovan mengikuti perintah yang berada di pintu tersebut.

Jovan sudah mengetuk pintu, tetapi tidak ada yang membukakannya. Terpaksa ia membuka pintu tersebut yang ternyata tidak di kunci. Jovan masuk ke kamar Gabriel dan melihat sekeliling kamar Gabriel yang terlihat rapih.

Mata Jovan terhenti saat melihat seseorang yang sedang meringkuk di bawah selimut. Jovan langsung mendekati Gabriel, iya itu Gabriel yang sedang meringkuk di dalam selimut. Kini Jovan sudah duduk di pinggiran kasur milik Gabriel.

"Bril, ini aku Jovan" ucap Jovan lembut sambil menyingkirkan anak rambut Gabriel.

"Ngapain kamu ke sini" tanya Gabriel yang masih memejamkan matanya.

"Kata bunda kamu sakit dan gamau makan" Jovan memegang kening Gabriel yang sangat panas.

"Kamu panas banget, udah minum obat?" tanya Jovan.

"Aku gapapa, kamu mending pulang aja" Gabriel menarik selimutnya hingga menutupi semua tubuhnya.

"Engga, biar aku ngerawat kamu. Kamu pasti ga bilang kan ke bunda kalo kamu demam" Jovan menarik selimut Gabriel.

"Serah" akhirnya Gabriel pun hanya bisa pasrah karena kondisinya yang sedang lemah.

"Bentar aku ambil obat dulu" ucap Jovan dan keluar dari kamar Gabriel.

Tak lama Jovan kembali ke kamar Gabriel dengan membawa nampan yang berisi bubur dan obat demam. Jovan duduk di pinggir kasur kembali.

Awalnya Jovan menemui Gabriel untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka, tetapi ia urungkan karena kondisi Gabriel yang sedang sakit. Akhirnya Jovan merawat Gabriel terlebih dahulu.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang