7. Bandara

68 8 0
                                    

3 hari sudah berlalu, Jovan dan Gabriel telah menghabiskan waktu mereka bersama. Kini saatnya untuk Jovan berangkat ke Spanyol. Jovan di antar oleh keluarganya ke bandara, dan Gabriel akan menyusulnya ke sana.

Jovan sudah berada di bandara, dia akan terbang jam 10 tetapi Gabriel belum juga datang. Akhirnya Jovan mencoba menghubungi Gabriel, tetapi tidak ada jawaban satu pun.

Di sisi lain, seorang gadis masih meringkuk di atas kasur queen sizenya. Tiba-tiba ia terbangun dan melihat jam yang berada di atas nakas, ia terpelonjak kaget karena 2 jam lagi Jovan akan terbang. Gabriel mengecek hpnya sebentar dan benar saja Jovan mencoba menghubungi dirinya berkali-kali. Tanpa pikir panjang, Gabriel masuk ke dalam kamar mandi hanya untuk cuci muka dan menggosok giginya lalu turun ke bawah dengan tergesa-gesa.

"AYAAHHH...BUNDAAA" teriak Gabriel saat menuruni tangga. Bunda yang sedang berada di dapur dan ayah yang sedang membaca koran kaget mendengar teriakan putri semata wayangnya.

Gabriel yang masih memakai piyama panjang dengan gambar kuda poni dan wajah yang sangat kelihatan karena bangun tidur, ia menarik sang ayah yang sedang asik membaca koran.

"Ayah anterin aku ke bandara sekarang"

"Kamu mau ngapain pagi-pagi gini ke bandara, kamu ke sambet?" tanya ayah dan bunda menyusul ke arah ruang tamu.

"2 jam lagi Jovan mau terbang ke Spanyol, ayo ayah jangan banyak tanya" Gabriel terus menarik-narik tangan sang ayah.

"Iyaiya ayo" ayah hanya pasrah karena waktu santainya di ganggu.

Akhirnya Gabriel, ayah dan bunda segera menuju ke bandara untuk menemui Jovan. Jangan lupakan Gabriel yang masih memakai piyamanya, ia sekarang tidak peduli dengan pakaiannya yang terpenting dirinya bisa bertemu Jovan sebelum Jovan terbang.

Gabriel sudah sampai di bandara, ia langsung berlari menemui Jovan. Banyak pasang mata yang menatap aneh ke arah Gabriel, karena dia masih memakai piyama kuda poni dan rambut yang di cepol asal-asalan.

Akhirnya Gabriel menemui Jovan yang sedang menunggu dirinya.

"JOVANN" Gabriel berlari dan langsung memeluk Jovan, Jovan yang tidak siap hampir saja terjungkal.

"Bril? Pfftttt..buahahahahah" Jovan tertawa lepas karena melihat Gabriel yang memakai piyama ke bandara dengan percaya dirinya. Bahkan orang tua mereka dan adik Jovan ikut menertawai Gabriel.

"Kok kalian malah pada ngetawain aku sih"

"Kamu percaya diri banget ke sini pakai baju tidur udah gitu gambar kuda lagi" Jovan masih tidak bisa menahan tawanya, karena Gabriel sangat menggemaskan.

"Kenapa? Jo malu liat Abril kaya gini?" Gabriel menekuk wajahnya kesal karena di tertawai.

"Engga kok, kamu lucu" Jovan mengacak-acak rambut Gabriel sambil masih terkekeh.

"Bohong, orang Jo masih ketawa gitu kok"

"Iyaiya udahan nih ketawanya" Jovan memeluk Gabriel.

"Ekhem...inget di sini ada bocah, mending kalo mau pacaran jauh-jauh bang. Gue masih terlalu polos buat melihat pemandangan seperti ini" ucap Erithia adik Jovan.

Merasa tersindir, akhirnya Jovan melepaskan pelukannya dari Gabriel dan mengajak Gabriel menjauh dari mereka semua. Tetapi masih bisa di lihat oleh mereka.

"Yaelah, di situ mata gue masih bisa liat bang" Erithia mendumel sendiri.

"Thia, kamu ini bisanya ganggu orang pacaran aja" ucap Eva mama Jovan dan juga Erithia.

LDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang