33. Pergi

3.7K 258 45
                                    


Aca berlari menuju kamarnya. Deraian air mata menetes tidak henti-hentinya.
Aca dengan cepat membereskan semua pakaiannya di lemari. Aca sudah tidak kuat berada di rumah dengan penuh kebohongan ini. Aca ingin pergi, pergi dari kehidupan sekarang.

Aca menuliskan sesuatu di secarik kertas yang Aca taruh di meja rias. Tangannya bergetar saat menulis perasaannya. Kadang kala, air matanya menetes ke kertas itu.

Kertas itu mewakili perasaannya. Aca tidak kuat jika berbicara langsung pada Rexa. Secepat itukah Rexa berpaling? Di tambah Aca sekarang tidak sempurna dan tidak akan pernah bisa mempunyai anak lagi.

Isi surat itu adalah. Please kalian jangan nangis yah:( bentar lagi puasa soalnya:(

Ka, makasih atas semuanya.
Makasih atas segala perhatiannya
Dan terima kasih udah buat Aca bahagia selama ini

Aca ngerasa sekarang adalah akhir dari segala kisah cinta kita.
Aca nggak bisa menerima semua penghianat yang kakak lakukan.

Aca bingung dengan jalan takdir yang Tuhan berikan.
Aca menginginkan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Aca ingin bisa menikmati hidup dengan tenang.

Aca udah tau semuanya Ka
Semua yang kakak lakukan selama ini di belakang Aca.

Iya, Aca tau.
Ini berat untuk Aca jalani
Tapi mau gimana lagi? Terlalu sulit Aca menerima semua ini.
Aca bingung harus gimana.
Yang bisa Aca lakukan sekarang adalah pergi untuk sementara dari kehidupan Kakak.

Jangan cari Aca sebelum Aca ikhlas menerima kenyataan pahit ini.
Selamat
Kakak sebentar lagi akan menjadi ayah.
Ayah baru bagi perempuan baru

Aca pergi

Natasha, istrimu

Aca melihat ke seluruh penjuru rumah dengan membayangkan semua yang pernah dia lakukan selama ini bersama Rexa. Semua kenangan akan selalu Aca ingat sampai kapanpun. Termasuk penghianatan ini.

Aca menangis sendu dengan membawa koper untuk pergi dari kota ini. Kota penuh dengan luka. Hanya sedikit kebahagiaan dan lebih banyak kesedihan.

Aca ingin membuka lembaran baru untuk menetralkan semua kesedihannya. Aca ingin rehat sejenak dari kota ini.

Begitu berat meninggalkan semua kenangan di rumah ini. Rumah yang menjadi saksi. Dan kota yang menjadi saksi atas segala cintanya.

Aca membuka ponselnya dan memesan tiket untuk pergi ke kota baru. Tangan Aca pun bergetar saat memegang ponsel. Badan Aca bersandar di dinding.

Aca merasa ingin benar-benar pergi dari dunia menyusul Papah dan abangnya. Aca tidak bisa berkeluh-kesah kepada siapapun.

Tidak bisa menceritakan semuanya kepada Sinta. Aca tidak mau. Jika ada Kanta sekarang, Aca pasti akan menceritakan semua kesedihannya. Tapi, Kanta tidak ada disini. Entah ada dimana. Aca tidak tahu.

Aca mengusap air matanya dan berjalan meninggalkan rumah ini.

Suara klakson mobil terdengar. Aca dengan bergegas ke depan karena taksi online sudah datang.

"Atas nama Natasha?"

"Iya, Pak"

Sopir itu keluar dari mobil dan memasukkan koper Aca ke bagasi. Perlahan, taksi berjalan meninggalkan rumahnya. Aca melihat dari jendela mobil dengan berderai air mata. Mata Aca tidak kuasa membendung kesedihan.

Heart Beat [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang