Suara itu sangat Aca rindukan akhirnya bersuara. Aca tersenyum sambil mencium tangan Rexa yang lemah. Aca menumpahkan segala air matanya disana. Aca bersyukur jika Rexa sudah sadar.
"Kakak" lirih Aca sambil mengusap air mata dengan melihat senyuman Rexa yang kecil tercetak di bibirnya.
Saat kondisi seperti ini, Rexa mampu tersenyum kepada Aca. Aca tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya sekaligus kesedihan atas kesalahannya.
"Kakak hiks hiks A-Aca minta maaf"
Perlahan, tangan Rexa mencoba untuk di angkat dan menyentuh pipi Aca "Ca, aku minta maaf sama kamu" katanya lemah dengan tertutup oleh bantuan oksigen.
Aca langsung menggeleng cepat menolak permintaan maaf Rexa. Bukan Rexa yang salah tapi Aca yang salah. Aca tidak menginginkan jika orang yang sudah dia tuduh tertunduk padanya.
"Kakak nggak salah. Aca yang salah besar hiks. Aca bodoh ka. Aca yang udah buat kakak seperti ini. Aca bodoh ka hiks hiks"
Rexa menggeleng pelan lalu mengusap air mata Aca "Kamu harus janji sama kakak, kamu nggak akan sedih lagi, Ca"
Aca mengangguk sambil menghapus air mata dengan kasar untuk menuruti perintah suaminya.
"Iya, Aca janji"
"Gitu dong"
Aca selalu menggenggam tangan Rexa seakan tidak mau terpisahkan.
"Kakak cepet sembuh yah. Aca kangen"
"Jika Tuhan menghendaki, aku pasti akan sembuh"
Aca lalu memberitahu dokter agar cepat kesini karena Rexa sudah sadar. Semua orang di luar bersyukur karena Rexa telah sadar dengan bantuan doa dan tentunya karena ada Aca di sampingnya.
Althaf dan dokter senior datang dengan cepat memeriksa Rexa. Aca tersenyum saat dokter mengatakan jika Rexa sudah pulih tapi harus tetap di rawat di ruangan ini karena kondisinya yang lumayan rentan.
"Rexa sudah sadar. Kondisinya cukup baik, tapi Rexa harus tetap mendapatkan perawatan seperti ini karena kecelakaan pesawat itu membuat kondisinya trauma yang bisa kapan pun menyerang dia kembali" jelas Dokter senior.
"Akhirnya lo sadar juga" kata Althaf dengan menampilkan senyuman kebahagiaannya.
"Tapi, ada dua orang yang nggak selamat" lanjutnya membuat Aca dan Rexa terdiam.
"Siapa, Al?" Tanya Rexa.
"Ayumi dan calon bayinya"
Sontak saja pernyataan Althaf mampu membuat Rexa bersalah karena tidak bisa menjaga istri dan calon anak dari sahabatnya itu.
Aca pun terkejut karena belum sempat meminta maaf atas segala kesalahan pahaman ini.
"Sabar, Ka. Jangan salahin diri sendiri. Ini udah takdir" Aca tahu jika Rexa menyalahkan dirinya sendiri. Dengan Aca memberikan kekuatan ini mampu membuat Rexa ikhlas.
"Korban meninggal di tempat karena pendarahan hebat dan bagian perutnya terkena serpihan pesawat" jelas dokter senior yang membuat Rexa tambah terkejut.
"Tapi lo harus bisa menerima ini. Fokus sama keadaan lo sekarang" kata Althaf yang langsung di angguki oleh Rexa.
"Boleh mereka masuk dok?" Tanya Aca pada dokter senior.
"Boleh. Asal jangan membuat Rexa terlalu terganggu"
Aca mengangguk senang dan dokter senior itu pergi. Althaf tersenyum pada Aca "Gue ke ruangan pasien lain dulu yah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Beat [SELESAI]
Teen FictionKisah Natasha dengan kehidupan yang penuh dengan cobaan. Sekaligus ada laki-laki yang membuatnya tau arti cinta. Detak jantung berdebar kencang saat bersamanya. Tidak tau entah kenapa. Perlahan bisa di tebak, ini adalah Cinta. Dokter bersanding de...