4. assumed

5.8K 779 35
                                    

---


"Sudah sehat?" Yura menghampiri Jungkook yang sedang sibuk mengatur lapangan. Yang ditanya hanya mengangguk singkat, atensinya terfokus pada kinerja anggotanya di depan sana. Cuaca hari ini sangat cerah. Matahari terlihat memancar tanpa halangan. Angin pun berhembus dengan tenang, memunculkan afeksi sejuk yang begitu nyaman menyelimuti. Yura mengangkat sebuah paper bag, menunjukannya tepat di hadapan Jungkook.

"Pancake strawberry dengan sekotak susu pisang! Awas jika lupa dimakan! Aku gorok kau," Jungkook terkekeh mendengar ancaman Yura kepadanya. Ia mengusak halus rambut gadis itu. Perbuatannya tentu menuai perhatian. Tidak sedikit orang yang melihat kedekatan mereka.

"Jangan seperti ini bodoh! Mereka akan membuat gosip murahan lagi," Kata Yura.

"Biarkan saja. Kau tau sendiri siapa yang aku sukai."

Ah, Yura mengetahui siapa gadis yang Jungkook perhatikan diam-diam.

"Jungkook sunbae! Semuanya sudah siap."

Jungkook dan Yura menoleh, mendapati Choi Soobin tengah berlari ke arah mereka sambil melambaikan tangan.

"Oke, kalian semua istirahat saja kecuali seksi kegiatan. Biarkan mereka yang membimbing senior saat melakukan demo." Kata Jungkook mendapat anggukan dari Yura dan Soobin.

Akhirnya seluruh anggota osis yang tidak bertugas berkumpul di lapangan depan yang tidak dipakai untuk kegiatan. Mereka duduk melingkar sambil berceloteh. Inilah salah satu hal menyenangkan ketika berorganisasi. Hal sederhana, namun berkesan jika diingat kemudian hari.

"Makanan sudah datang!" Yeri berteriak sambil menenteng 5 kotak makanan di tangannya. "Woy bantuin! Di belakang masih banyak, berat ini,"

"Sisakan untuk sie kegiatan! Jangan diembat semua!"

"Siap bu waketu!"

Yura mengernyit ketika melihat Jungkook bangkit. "Kemana Jung?"

"Mengurus taekwondo. Aku makan nanti saja, bersama sie kegiatan"

Jungkook dan keras kepala. Sudah pacaran sejak lahir.

---

Teriakan histeris terdengar memekakkan telinga kala Jungkook berhasil menumbangkan Kim Jongin sebagai lawan duelnya kali ini. Demo taekwondo disambut antusias oleh siswa baru. Kapan lagi kan bisa melihat orang saling bergulat secara langsung.

Tepuk tangan semakin riuh. Banyak pujian untuk Jungkook terdengar bersahutan. Diam-diam Jungkook tertegun mendengar semua pujian itu. Ia menggigit pipi dalamnya. Berusaha mengalihkan pandangan agar tidak mengarah ke depan. Segera ia menundukkan kepalanya untuk undur diri. Menyerahkan semuanya pada Jongin.


Hal itu tidak luput dari pandangan Taehyung. Kakaknya adalah dosen psikologi di sebuah universitas, tentu ia tau beberapa hal mengenai psikologi. Jungkook itu terlihat berbeda. Sorot matanya redup yang bukan disebabkan karena lelah.

Taehyung benar-benar penasaran pada Jungkook. Satu hal yang mengganjal di benak taehyung yaitu saat kemarin ia tidak sengaja mencium pipi kiri jungkook, dia menyadari ada bekas luka yang cukup jelas jika dilihat dari dekat.

"Hei Tae, minat masuk taekwondo tidak?" Park Jimin bertanya pada sahabatnya meski sudah tau apa jawabannya.

"Tidak usah pura-pura, Jim. Kau mau ku gampar ya?" Taehyung berdecak malas. Ia kan benci olahraga. Sangat lucu jika tiba-tiba terjun bergabung klub taekwondo. Bisa mati muda dia, kan rugi, wajah tampannya tidak bertahan lama. Lagipula Taehyung sudah berminat mengikuti Klub Karya Ilmiah kok. Lumayan, ada sunbae cantik disana.

"Menurutmu jika aku masuk dance, akan keren tidak?" Tanya Jimin.

"Jim, lebih baik— kau ikut basket saja, siapa tau tinggimu bisa melebihi aku"

"Fuck you!"

---

"EmmKook, soal kemarin.."

"Kenapa, Nay?" Tanya Jungkook ketika Nayeon tidak melanjutkan ucapannya.

"Saat murid baru yang menolongmu kemarin, aku tidak yakin jika tidak ada siswa baru yang tidak melihatnya. Yeah, kau tau jika kejadian kemarin bisa menimbulkan kesalahpahaman."

Jungkook berhenti menyuapkan makanan ke dalam mulut. Berpikir sejenak jika perkataan Nayeon tidak sepenuhnya salah. Keadaan saat itu ramai, meski pihak osis berusaha untuk tutup mulut, itu tidak bisa menjamin jika kejadian tersebut akan bocor ke pihak yang tidak benar. Seperti lambe turah dadakan yang menyebarkan gosip tidak berfaedah.

"Menurutmu apa aku harus menemuinya?" Tanya Jungkook pada Nayeon. Mereka sedang makan berdua saja saat ini, di dalam ruang osis.

"Terserah padamu, menurutku sih iya. Sekedar basa-basi, mengucapkan terima kasih dan memastikan jika Taehyung belum buka mulut"

Nayeon memperhatikan jungkook yang masih mengunyah. Pemuda Jeon ini memang tampan. Sungguh. Nayeon tidak munafik untuk mengakuinya. Tapi jujur saja, Jungkook itu sebenarnya sangat polos. Sorot matanya selalu teduh dan berbinar. Apalagi jika wajahnya memerah karena hawa panas, Jungkook terlihat lucu sekali.

Perubahan yang dialami Jungkook memang banyak. Penampilan benar-benar ter-upgrade dengan baik. Sifatnya juga berubah, menunjukan bahwa dia telah menjadi pejantan yang matang.

"Jeon," Panggil Nayeon. Jungkook hanya berdeham pelan sebagai jawaban.

"Apa kau ada masalah?" Sejujurnya bagi siapapun yang mengenal Jungkook sudah cukup lama, pasti menyadari ada perubahan pada Jungkook. Hal itu berawal dari tumbangnya ketua osis Jeon tempo hari. Wajahnya juga terlihat sering pucat, meski tertutup oleh lipbalm tipis yang membalut bibirnya. Sayang sekali, Pemuda Jeon ini begitu pandai menyimpan privasi dirinya rapat-rapat. Tidak ada yang tau identitas lengkap dari Jungkook. Ia terlalu menjadi misteri.

"Tidak. Kenapa?" Jungkook menyudahi makannya. Membereskan sisa-sisa sampah yang mengganggu pemandangan mata.

"Tidak apa-apa." Nayeon hanya bisa tersenyum tipis. Kembali tertampar fakta jika Jungkook tidak semudah itu untuk terbuka pada orang lain.

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

[Fin] Remedy | tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang