8. somethings

4.5K 734 36
                                    

---

Masih ingat dengan kejadian tempo hari? Dimana ketua Jeon merasakan hukuman ringan dari Lee ssaem?

Jungkook sudah melupakannya. Dia juga laki-laki, tipikal manusia dengan kadar tidak peduli yang tinggi. Melupakan urusan dunia yang menurutnya tidak penting. Belakangan ini juga Jungkook terlihat semakin akrab dengan Taehyung, meski hanya sekelumit pertanyaan singkat ketika mereka bertemu di koridor.

"Sunbae,"

"Hm?" Jungkook mengalihkan atensinya pada Taehyung.

"Dua minggu lagi aku akan olimpiade,"

"Sudah tau."

"Ooh,"

Setelah itu mereka diam. Tak terasa sudah berjalan beriringan tanpa tujuan. Entah kemana kaki mereka akan berjalan. Keduanya saling menikmati tapak demi tapak sepatu yang berbenturan dengan lantai porselen. Bayangan samar diri mereka terpantul di permukaannya. Sedikit lucu jika di perhatikan. Jungkook itu jauh lebih kekar daripada Taehyung, tapi di pantulan porselen, Jungkook seakan mengecil jika di sisi Taehyung.

"Kalau aku memintamu untuk mengajariku— keberatan tidak?" Taehyung bertanya ragu untuk memecah keheningan.

"Kau tau? Aku tidak suka kimia," Jawab Jungkook seraya membuka pintu perpustakaan. Yeah, kaki mereka melangkah kesana.

"Makanya ajari aku, nanti lama-lama juga suka,"

"Suka apa?"

"Suka— Kim Taehyung?"

Sontak saja Jungkook menghentikan langkahnya. Menatap Taehyung yang sedikit lebih tinggi darinya. "Melucu?"

"Hehe,"

Jungkook mendengus. Mengambil posisi di dekat jendela dan duduk disana. Taehyung hanya mengikuti, ia duduk di samping Jungkook yang mulai membaca buku tentang seni.

"Dulu saat aku olimpiade fisika, aku selalu belajar disini. Di dekat jendela, sinar matahari membuatku tidak mengantuk dan terasa lebih fokus," Ujar jungkook tanpa menoleh, masih terpaku pada bacaannya.

"Aku tidak suka belajar, bahkan bisa di bilang jarang. Kakakku juga sempat heran, kenapa aku bisa menjawab soal dengan benar meski aku menggunakan jurus kancing baju,"

"Kau punya kakak?"

"Iya, dia bersekolah disini juga. Teman seangkatanmu, Kim Sejeong"

"Oh, pantas mirip,"

"Aku kan tampan. Masa Sejeong tampan juga?"

"Kurasa guru kimia salah memilih siswa untuk mengikuti olimpiade." Jungkook berkata dengan raut jengah. Ia menutup buku seninya. Sudah tidak selera.

"Aku setuju denganmu! Kenapa harus memilihku!? Aku kan jadi tidak bisa bermain PS!" Kata Taehyung berapi-api.

"Konyol, Kau— "

Jungkook terdiam. Ia kembali merasakannya. Kesepuluh jari tangannya mengepal dan wajahnya sedikit berkeringat.

Kumohon, jangan lagi.

"Sunbae? Kau ken— "

Tanpa berkata apapun lagi, Jungkook berdiri dari duduknya lalu berlari keluar tanpa memperdulikan Taehyung.

---

"Kau harus, Jung!"

Bae Irene, dokter spesialis dalam, menggebrak meja kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bae Irene, dokter spesialis dalam, menggebrak meja kerjanya. Lama tak kunjung mendapat jawaban dari pemuda Jeon, Irene mengusap wajahnya kasar. Tidak habis pikir dengan manusia keras kepala di hadapannya.

"Jungkook-ah, aku mohon seminggu saja kau dirawat disini. Setidaknya untuk pemulihan awal, supaya tidak terlalu sakit, Jeon" Kata Irene frustasi.

"Sampai detik ini, Somi belum tau?"

Jungkook menggeleng pelan. Hidungnya sudah memerah dan tangisnya mulai pecah.
"Apa aku akan mati noona?"

"Tidak Jung, tidak. Harapan hidupmu masih banyak. Beruntung ini masih stadium awal. Oleh karena itu, kumohon dengan sangat, Jalani perawatan sebentar saja, kumohon Kook-ah...."

Jungkook masih menangis dalam diam. Menggigit bibir bawahnya berusaha untuk tidak mengeluarkan isakan. Bahunya bergetar hebat dengan kedua tangan yang mengepal di atas lutut. Melihat hal itu, Irene beranjak dari duduknya. Ia memeluk Jungkook yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.

Semua berawal sejak 3 tahun lalu. Saat itu Jungkook yang masih berumur 15 tahun datang seorang diri ke klinik. Ia mengalami maag, dengan Irene sebagai dokternya. Awalnya memang ia maag, tapi karena Jungkook terlalu tidak peduli, lama-kelamaan menjadi semakin parah.

Ngomong-omong, Irene mengetahui seluk beluk kehidupan Jungkook melebihi kakak kandungnya sendiri. Termasuk apa yang terjadi pada Jungkook ketika Somi pergi ke Jerman.

"Aku sangat menyayangimu, Jeon. Kau harus ingat, apapun yang terjadi aku akan selalu berada di sampingmu."

---

Sudah 4 hari Seoul National School tidak dihadiri sosok Jeon Jungkook. Hal itu menimbulkan rasa penasaran dari berbagai pihak. Ingin datang berkunjung ke kediamannya, tidak ada yang tau dimana rumahnya. Yura sudah terlalu sering ditanyai, bahkan hampir setiap hari, namun sayangnya gadis itu memilih untuk tetap bungkam.

Di absensi disebutkan bahwa Jungkook sakit, tapi tidak ada yang tau kebenarannya. Ponsel jungkook juga selalu tidak aktif.

Hal yang sama terjadi pada Taehyung. Jungkook memang menjadi trending topic di sekolah ini. Ketidakhadirannya membuat Taehyung sangat penasaran. Bagaimana tidak? Terakhir ia melihat Jungkook kan ketika pemuda itu berlarian sambil menahan rasa sakit.

"Jim, Jeon sunbae kenapa ya?"

"Kau sudah bertanya lebih dari 10 kali, Kim. Mau ku tendang?"

Taehyung mencibir. Sebenarnya Jimin heran, kenapa Taehyung begitu peduli akan Jeon Jungkook?

---

[Fin] Remedy | tkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang