"Yura sunbae!"
Taehyung berlari kecil mendekati Yura. Gadis itu baru saja dari ruang Osis hendak kembali ke kelas, namun pemuda Kim menghentikan jalannya.
"Kim Taehyung, benar?" Tanya Yura di balas anggukan Taehyung. "Mau bertanya pasal Jungkook?" Lanjutnya.
Taehyung mengangguk antusias. Kali ini di sertai senyuman tipis, membuat Yura sedikit terlena. Tapi tidak jadi, gara-gara teringat Samuel, sang pacar nan jauh disana.
"Maaf Tae, aku tidak ingin berkomentar apapun. Apalagi padamu— orang asing."
"Aku sudah lumayan lama mengenal Jungkook sunbae, aku hanya ingin tau keadaannya saja, aku ingin berkunjung ke rumahnya,"
"Jungkook baik. Kau tidak perlu khawatir,"
Yura yang mulai melangkah kembali di tahan Taehyung. "Maaf Tae, aku tidak bisa memberi tau"
Berakhir dengan Taehyung yang menatap nanar kepergian Yura.
---
Ruangan dengan nuansa putih gading kembali menjadi teman pemuda Jeon. Pandangannya kosong, menatap tanpa minat ke arah jendela. Jungkook sendirian karena Somi sedang bekerja. Bunyi jarum jam yang berdetak terdengar jelas karena keadaan ruangan yang begitu sunyi. Rasa hampa begitu dalam menusuk relungnya. Jungkook mengangkat tangannya, menatap lekat jarum infus yang bertengger disana.
Jungkook nyaris mencabut paksa jarum infusnya, sebelum pintu ruangan terbuka. Menampilkan Irene dengan map plastik di dekapannya.
"Sudah lebih baik?" Irene bertanya sambil mengecek cairan infus. Memastikan jika masih cukup untuk kebutuhan nutrisi Jungkook.
"Begitulah, Somi Noona selalu menjagaku. Meski sambil menangis," Jungkook terkekeh di akhir kalimatnya.
"Tentu saja dia menangis, Jung. Tiba-tiba mendapat kabar adiknya sakit parah."
Irene meraih selembar hasil rontgen dari dalam map. Menatapnya cukup serius. Dahinya berkerut, alisnya menukik sebelum akhirnya mengangguk paham.
"Kau pintar kan?" Tanya Irene mendapat tatapan bingung dari Jungkook.
"Apa maksudmu?"
"Lihat!" Irene menunjukan beberapa titik kecil yang terdapat di hasil rontgen Jungkook. "Di pelajaran biologi, jika di lambung ada bercak aneh seperti ini, apakah itu normal?"
Jungkook menggeleng. Akalnya telah menarik sebuah kesimpulan.
"Nyaris stadium dua. Siap untuk kemoterapi, Jeon?" Tanya Irene. Sebenarnya gadis itu tidak tega. Melihat binar di kedua mata Jungkook yang kian memudar. Memperhatikan pipi Jungkook yang makin menirus, membuktikan jika penyakit Jungkook bukanlah suatu candaan.
"Biarkan aku sekolah. Jika aku kembali tumbang, aku akan menuruti apa maumu."
"Ini bukan tentang kemauan, ini tentang keharusan. Kau harus melakukannya cepat atau lambat! Kumohon, hilangkan dulu keras kepalamu itu."
"Setidaknya sampai aku melepas jabatanku, noona."
Yaampun, Irene sampai bingung. Tidak tau lagi harus membujuk Jungkook dengan cara apa.
"Kau hanya punya satu nyawa. Sayangi nyawamu selagi masih ada, Jeon. Aku bukan mendoakanmu yang tidak-tidak, aku hanya berusaha mengingatkan bahwa kanker di lambungmu itu— bukan untuk main-main"
Reaksi Jungkook hanya diam. Pandangannya terarah ke sudut ruangan. Mengabaikan Irene yang frustasi akan dirinya.
"Sebentar lagi Dokter Seokjin kemari, kau istirahat yang cukup. Jangan banyak pikiran, masalah jabatanmu sebagai ketua osis serahkan pada Yura." Irene beranjak. Sebelumnya sempat memberikan usapan hangat pada puncak kepala pemuda Jeon.
Sepeninggal Irene, Jungkook menghela nafasnya kasar. Mengingat setiap kejadian di hidupnya yang begitu temaram. Menatap nanar dirinya yang terbaring lemah di atas ranjang. Jungkook merasa payah, tidak berguna.
"Jung, pacarmu datang!"
Jungkook menoleh ke arah pintu. Disana, Irene tengah memunculkan kepalanya. Memberi tau jika ada seseorang yang datang menemuinya.
---
Taehyung baru pulang main dari rumah Jimin. Pakaiannya sangat santai, tipikal anak rumahan. Hanya hoodie hitam polos dengan celana kain panjang. Rambut cokelatnya teracak, membuat Taehyung terlihat lebih dewasa.
Pemuda Kim yang tengah berjalan kaki tiba-tiba berhenti. Kerongkongannya kering, sehingga dia mampir untuk membeli minuman. Setelah minumnya kandas, Taehyung bersiap untuk pulang sebelum netranya menangkap entitas Yura sedang terburu-buru masuk ke dalam bus. Taehyung yang memang kurang kerjaan, lebih baik mengikuti Yura, siapa tau menemukan petunjuk tentang Jeon sunbae."Rumah sakit?"
Taehyung terus mengikuti langkah Yura hingga mereka menuju ke lantai 3. Yura menggunakan lift, sedangkan Taehyung berlari menaiki tangga. Lumayan membuat engap.
Rupanya Yura sampai terlebih dahulu. Taehyung kehilangan jejak. Hampir saja ia akan mengumpat, ia melihat sepupunya yang berprofesi sebagai dokter keluar dari bilik salah satu pasien.
Oh ada yang janggal rupanya.
Irene, sepupunya sedang berbincang dengan Yura. Karena Taehyung sedikit bolot, ia tidak mendengar apapun. Taehyung pun mendekati mereka, tanpa ketahuan. Namun kalimat yang ia dengar cukup mengejutkan.
"Jung, pacarmu datang!"
Jung? Apa iya Jung untuk Jungkook? Kalau iya, berarti Yura memang kekasih Jungkook?
Sudahlah positif thinking saja, semoga bukan jung—kook. Tapi Jung—Kaak atau Jungkir balik yang penting jangan Jung—
Loh, apa peduliku?
Taehyung mengedikkan bahu. Memilih untuk duduk di sofa khusus tamu. Menanti Irene untuk ia interogasi setelahnya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
[Fin] Remedy | tk
FanfictionTentang Jungkook; Ketua OSIS dengan kisahnya yang terukir di memori Taehyung, adik kelasnya. 15+ [Jk older!] Published on May 5th special for taekook selca. Rate oct. #1 Top Tae #5 Bot Kook