02. Serene

6.5K 800 49
                                    

[I see the light in your eyes. Was it because of me? Or because of the memories that I brought with me?]

-Coda-

Chapter Two : Serene

Jiang Cheng ingat.

Itu adalah satu siang di pertengahan musim semi yang cerah. Semilir angin lolos dari jendela ruang tengah dan menerbangkan tirai tipis yang digantung nyaris menyentuh lantai. Jiang Cheng duduk sendirian, dengan patuh menghadap sekotak krayon, dan serius mempertimbangkan hendak memberi pulasan ungu atau hijau pada gambar anjing di depannya.

Saat itu Jiang YanLi, sang kakak, datang membawakannya semangkuk melon dari dapur, lalu ikut duduk dan membantunya memilih warna. Tidak A-Cheng, tidak ada bulu anjing yang berwarna hijau. Bagaimana jika kita ganti dengan warna putih?

Jiang Cheng ingat, siang itu usia enam tahunnya berdiri ketika mendengar pintu depan dibuka. Ia melempar krayon begitu saja, bergegas ke depan untuk menyambut ayahnya. Itu ayah. Jiang Cheng selalu bisa membedakan langkah kaki ayahnya dari orang lain. Dia tersenyum.

Lalu matanya bersibobrok dengan sepasang mata lebar dan jernih dari seorang anak.

Hari itu, rumah terasa ramai. Pertengkaran ibu dan ayahnya begitu keras hingga menggetarkan air dalam gelas yang hampir diminumnya. Itu adalah pertama kalinya Jiang Cheng mendengar ibunya menangis. Itu adalah pertama kalinya suara ayahnya begitu menggelegar seakan semua penghuni rumah tidak cukup mendengar.

Hari itu, ayahnya mengelus kepalanya dan Jiang YanLi, berkata dengan nada lembut meminta mereka menerima anak itu sebagai saudara. Kau akhirnya punya teman bermain, Jiang Cheng. Begitu ayahnya berkata sambil tertawa dan menepuk pundaknya.

Ayah menyuruhnya membiarkan anak laki laki yang masih tidak mengucapkan sepatah kata pun itu untuk tinggal dikamarnya dan meminjam baju untuk malam ini. Kata ayah, mereka seumuran, Jiang Cheng hanya lebih muda beberapa bulan dari anak itu. Namanya Wei Ying. Jiang Cheng merapalkan nama itu beberapa kali.

Jiang Cheng tidak menyukainya.

Dia tidak suka anak laki laki itu mengambil atensi kakaknya yang dengan antusias menawarkan segala macam makanan saat makan malam. Tidak suka karena ibunya berakhir absen dari meja makan, meninggalkan satu tempat kosong di sebelah ayahnya yang makan dalam diam. Jiang Cheng juga tidak suka membagi ranjangnya, tidak suka melihat anak itu menginvasi kamar tidur dan memakai piama merah favoritnya.

"Ini kamarku. Karena kau menumpang disini, kau harus mengikuti kata kataku." Jiang Cheng berkacak pinggang, berusaha mengintimidasi.

Anak itu hanya mengangguk, lalu sejurus kemudian tersenyum, wajahnya tampak manis dengan gigi kelinci menyembul dari sela bibirnya. Jiang Cheng terpana hingga melupakan begitu saja apa yang akan ia katakan selanjutnya.

Dan Jiang Cheng berakhir membiarkan anak itu mengambil bagian favorit dari kasurnya.

"Kenapa kau ada disini?" Jiang Cheng bertanya saat mereka akhirnya berbaring.

"Oh, apakah kau mau tukar tempat?" Bocah itu mengira Jiang Cheng menanyakan posisi tidurnya. Jiang Cheng menggeleng.

"Kenapa kau datang bersama ayahku?" Jiang Cheng melihat senyum itu lagi.

"Papa dan mamaku sedang pergi. Paman Jiang berkata aku bisa tinggal disini sampai mereka pulang." Suaranya jernih, semanis gula. Enam tahun Jiang Cheng terdiam, lalu memutuskan untuk tidak bertanya lagi.

Malam itu, Jiang Cheng tidak bisa tidur.

Enam tahun dirinya menoleh ke samping ketika mendengar suara tangisan. Matanya terpejam, alisnya berkerut. Wajah yang menghadap Jiang Cheng itu tampak begitu sedih, meringkuk menggenggam selimut.

Coda [WangXian] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang