~BAGIAN 14. JUST STOP
Aku kira yang paling sulit untuk aku pahami dan mengerti adalah soal matematika.
Ternyata aku salah.
Karena yang sulit di pahami dan di mengerti ternyata hati dan pikiran manusia.
~Kania Sukma~Isi kepala dan hati manusia bukan buku yang bisa di baca sehingga dapat di pahami dan di mengerti isinya.
Jadi mustahil mengerti dan memahami manusia.
~Ragil Araga~
"Kenapa adek gue bisa begini?" Teriak Regina panik bukan main melihat kondisi sang adik yang di antar David. Areksa yang tadinya menemani Regina mengerjakan tugas kuliah ikut panik.
"Vid, siapa yang bonyokin? Titisan Jackie Chan?" Tanya Areksa masih bisa bercanda. "Apa di keroyok?" Ralat Areksa mengetahui bagaimana kemampuan bertarung Ragil. Pasalnya dirinya sendiri tidak akan berani duel bersama pemuda yang tiga tahun lebih muda darinya itu.
"Ini karena dia pasrah jadi samsak pecundang." Jawab David dengan geram. "Lo tahu sendiri, mana mau dia kelihatan jadi jawara di luar pertandingan, Sa." Lanjutnya membuat Areksa menghela nafas.
"Siapa orangnya?"
"Vano, anak bahasa."
"Kasih tahu mana orangnya. Biar gue yang turun tangan." Kata Areksa.
"Udah di urus Banu sama Satria."
"Gue susul, lokasi dimana?"
"Gak perlu, Sa." Suara itu keluar dari bibir Ragil yang sedang mendapatkan perawatan dari Regina. "Gak perlu di perpanjang, gue gak papa."
"Gak papa gimana? Bibir lo sobek." Teriak Regina murka. "Terus ini...ini...ini." Tunjuk Regina pada luka memar di tubuh Ragil.
"Lukanya gak di tempat vital, Gin. Gue gak papa." Ragil mencoba menenangkan sang kakak. "Akhhh..." Rintih Ragil saat Regina sengaja menekan luka di perutnya.
"Makan tuh gak papa." Karena kesal bercampur khawatir Regina malah beranjak. Sial, matanya memerah melihat kondisi sang adik.
Areksa mendengus. "Lo terlalu nyepelein perasaan khawatir Regina, Gil." Lalu Areksa menyusul Regina.
"Gila lo. Bisa-bisanya diem gitu aja." David tidak habis pikir. "Gue mau susul Banu sama Satria."
"Gue minta tolong gak usah perpanjangan."
Tidak menjawab David memilih berlalu begitu saja membuat Ragil membuang nafas pasrah.
~°~°~°~°~°~
Dengan wajah khawatir berpadu panik bukan main, Kania langsung meluncur ke rumah Regina malam ini untuk memastikan keadaan Ragil dengan mata kepalanya sendiri.
"Vano sialan." Tak terhitung sudah berapa banyak sumpah serapah yang Kania rapalkan demi mengutuk Revalino. "Beraninya bikin calon suami gue babak belur." Lanjutnya memaki. "Dasar psikopat gila, mana obsesi lagi." Tiba-tiba gadis itu bergidik.
Sedetik kemudian Kania terpengkur. Itu juga karena dirinya dengan agresif mendekati Ragil sehingga Vano menghajarnya.
Tapi sungguh Kania lelah dengan sikap dan sifat Vano yang terobsesi padanya, lama-lama dia bisa gila. Satu lagi yang utama, hatinya benar-benar sudah jatuh kepada pemuda bernama Ragil Araga.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSER
Teen Fiction[ON GOING] *Fiksi Remaja [15+] Lebih dekat karena pertemuan. Hadirnya tidak terduga mengisi bagian dari kisah nyata dunia. Aku kira hanya sekedar lewat, ternyata malah semakin mendekat. Entah akan bertahan lama atau hanya sebagai bag...