CLOSER - 21. THE CURE

180 18 9
                                    

~BAGIAN 21. THE CURE

Darah? Apa harus ada kehadirannya walau setetes saja untuk disebut terluka?

Aku bertanya karena kini hatiku terasa sakit luar biasa walau tidak ada darah menetes dari sana.
~Closer~

Antara terluka atau tersiksa.
Entahlah, rasanya segala kata tak cukup mendiskripsikan apa yang sedang melanda.
~Closer~

We're broken into pieces.
We'll fix each other.
~R&K~












Keadaan Ragil sempat memburuk sejak kepergian sang bunda, bahkan selama dua hari selepas pemakaman bunda Vania pemuda itu tumbang karena demam tinggi. Hingga keadaannya berangsur membaik setelah beberapa pekan berlalu.

Namun segala yang ada pada pemuda itu seakan tidak sama lagi, Ragil mudah melamun dan gurat wajahnya tampak sayu, juga pancaran aura dalam dirinya semakin mendingin tak tersentuh.

"Ragil..." Kania tersenyum lembut saat pemuda itu meresponnya cepat tidak seperti sebelumnya. Bagaimana Ragil langsung menolehkan kepala dan tersenyum menyambut kehadirannya.

Langkah kecil Kania mendekat sedangkan Ragil langsung meletakkan skatchbook yang sejak beberapa hari ini menemaninya mengalihkan rasa duka.

Kania tahu Ragil menuangkan segala yang hati dan pikirannya pendam lewat sketsa gambar. Bentuk terapi pemuda itu untuk menyembuhkan dirinya sendiri.

"Sekali-sekali wajah aku gitu yang di gambar, aku juga pengen debut di skatchbook kamu tahu." Kania berujar untuk sekedar pengalihan.

"Boleh." Ucap Ragil.

"Oke, kapan-kapan aja. Aku nanti mau dandan jadi princess yang aestetik terus nanti kamu gambar aku. Gimana?"

"Siap, sesuai request." Jawab Ragil.

"By the way, sebentar lagi tepat satu bulan setelah ujian kelulusan aku ulang tahun." Ragil memperhatikan seksama kala Kania berbicara. "Kamu mau gak rayain sama aku? Berdua gitu?"

"Boleh, saya mau."

"Oke deh. Aku udah siapin konsepnya, aku mau yang ala-ala camping gitu. Pasti seru, deh. Kamu gak keberatan, kan?"

"As you wish and everything what you want, princess." Ucap Ragil berhadiah pukulan manja dari Kania pada lengan pemuda itu.

"Bisa aja bikin salting anak gadis orang." Kata Kania salah tingkah.

Ragil sukses tertawa pelan, rasa syukur sungguh dia utarakan atas kehadiran Kania dan para sahabatnya yang sangat membantu memperbaiki suasana hati dan mewarnai harinya yang kelabu dan suram bahkan lebih suram setelah kepergian sang bunda.

Keberadaan Kania disisinya membuat beban pada pundak dan hatinya terasa lebih mudah dia luapkan.

Pandar mata Ragil yang teduh dan seakan memuja jatuh pada paras Kania yang ada di hadapannya.

Perlahan dan pasti tangan kekar pemuda itu mendekat dan menyentuh surai Kania, membelai lembut kemudian beralih membingkai paras ayunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLOSERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang