~BAGIAN 17. ACCEPTING
Aku kira suara logika pengendali segalanya, ternyata itu bukan kebenarannya.
Karena dalam realita, raungan isi hati mengambil kendali segalanya.
~CLOSER~
"Serius mau langsung pulang, nih?" Tanya Arjuna saat pemuda itu dan Kania telah usai mengunjungi sebuah toko alat musik.
Raut wajah sang gadis terlihat merenung sibuk berfikir, bibirnya sedikit mengerucut membuat Arjuna gemas hingga pemuda itu menoel pelan ujung hidung Kania.
"Gimana?"
"Lo sibuk gak?"
"Always free for you, princess."
"Ah, gombal aja lo. Gue tanya serius." Dengan cepat raut wajah gadis itu menjadi kesal.
Ah sial, tingkah Kania yang seperti itu semakin membuat Arjuna gemas bukan main, sampai kegiatan menjahili Kania menjadi hobi ẁselain berkecimpung di dunia musik.
"Gue serius, hari ini free."
"Cafe?"
"Udah ada yang handle, tenang." Sahutnya di sertai senyum tipis.
Senyum lebar Kania terukir. "Main yuk! Gue lagi bosen, nih."
"Kemana?"
"Taman hiburan, mau?"
Alis mata Arjuna menukik sebelah. "Katanya mau ada acara di rumah David."
"Ah, itu bisa di atur. Pulang main juga bisa." Sahut Kania enteng. "Gimana, mau gak, lu?"
"Ayo." Tidak akan Arjuna lewatkan waktu bersama gadis itu walau sebenarnya dia ada kegiatan lain dan harus mengurus cafe yang akan mengeluarkan menu baru.
Ah, hal itu tidak mendesak. Di undur beberapa waktu juga tidak ada masalah, jadi trobos saja.
"Okay ayo."
Ujar Kania tampak girang dan berhasil menciptakan lengkung sempurna pada bibir Arjuna hingga lesung pipit si pemuda muncul ke permukaan dan membuatnya semakin terlihat manis.
"Iya, pelan-pelan jalannya. Nanti lo jatuh." Arjuna mengintrupsi karena gadis itu berjalan dengan terburu-buru.
Kania mengangguk singkat sedangkan tangan Arjuna berinisiatif menggenggam tangan mungil Kania.
Dengan keras Arjuna mengendalikan dirinya yang di serang gugup dan salah tingkah saat tidak ada penolakan dari gadis itu. Bahkan tangan mungil itu membalas genggamannya dengan erat.
"Sialan, jantung gue dugeman." Batin Arjuna kegirangan.
Sedangkan Kania, suasana hatinya masih belum baik-baik saja bahkan kepalanya masih di penuhi oleh sosok Ragil Araga.
Itu tidak baik untuk kesehatan jiwanya dan Kania harus memiliki kesibukan dan mencari kegiatan yang menyenangkan untuk menghibur hatinya yang patah karena cinta tak terbalas dengan tegas.
~•~•~•~•~•~
Setelah mengarungi drama dan beradu argumen, akhirnya Ragil bisa merebahkan diri dengan nyaman di ranjang king size milik sang sahabat.
Ya, David mengalah dengan segala sifat keras kepalanya dan tak ingin memaksa ikut meramaikan acara yang di gelar di kediaman cowok itu.
Namun sejenak Ragil memutar sekilas untaian kalimat dari Raline yang sempat menggaung di telinganya kala gadis itu ikut dalam drama berargument dengan David.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSER
Teen Fiction[ON GOING] *Fiksi Remaja [15+] Lebih dekat karena pertemuan. Hadirnya tidak terduga mengisi bagian dari kisah nyata dunia. Aku kira hanya sekedar lewat, ternyata malah semakin mendekat. Entah akan bertahan lama atau hanya sebagai bag...