Prolog

388 49 6
                                    

Mungkin benar, jika mencintai memang tidak selamanya harus memiliki, karena hati tidak bisa dipaksakan pada siapa ia harus berlabuh.

Semacam mawar, dari luar memang terlihat baik, namun jika terlalu lama digenggam semakin sakit. Sama seperti seseorang, kita tidak berhak memaksanya.

Jika pelangi saja muncul setalah hujan, maka tidak akan berbeda dengan kebahagiaan, karena setelah kesakitan, kebahagiaan akan hadir seiring dengan banyaknya cobaan yang mampu dilawan dengan sabar.

Jika ternyata bertepuk sebelah tangan karena tidak balik dicintai, itu perihal biasa yang sudah banyak dialami. Namun, ini berbeda. Sudah bertepuk sebelah tangan, ternyata dikhianati juga. Apapun bisa di maafkan kecuali pengkhianatan.

Berkorban untuk orang tersayang tidak ada salahnya bukan? Jika itu membuat mereka bahagia mengapa tidak? Minimal ada hal yang bisa membuat mereka teringat akan hal baik yang pernah dilakukan.

Dibenci? Itu bukanlah kemauan diri, percuma saja bukan jika membela diri dan hasilnya akan tetap sama, bukannya membuat orang terkesan, malah mereka semakin gencar untuk menyakiti.

Kebahagiaan tidak selamanya hadir, manusia pasti akan dicoba dengan berbagai ujian, sampai ia mampu melewati semuanya, Tuhan tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan manusia.

Untuk itu, dimana pun kebahagian nantinya, jangan pernah merasa menyesal telah menjadi manusia baik walau pun di manfaatkan, hidup tidak selamanya berpihak pada orang-orang yang mencari perhatian, akan ada saatnya dimana orang yang diam, akan terbukti semua kebenaran yang selama ini di remehkan.

Menjadi manusia yang berguna lebih bermanfaat, dibandingkan orang yang hanya berbicara tanpa bertindak.

Belajarlah dari keadaan, karena tidak selamanya yang licik itu menang.

Detik [ REVISI ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang