Acha masih di sekolah, karena ia baru selesai dengan kegiatan eskul dancenya. Ya Acha senang dance dan ternyata ia memiliki bakat yang selama ini ia sembunyikan.
Sebenarnya Acha tidak mau. Namun Fira telah menunjukan bakat Acha pada teman-temanya. Alhasil sekarang Acha di sini. Hari sudah menunjukan pukul 5 sore. Dan Acha belum tahu pulang naik apa, Acha saja tidak memiliki uang.
Acha berjalan menyusuri koridor sekolah. Sekolah sudah sepi hanya ada beberapa orang dan itu pun yang sedang berkegiatan saja.
"Acha!" karena merasa terpanggil Acha pun menoleh dan terdapat Dhafa yang sedang bersandar di motor besarnya.
"Dhafa."
"Ayo, pulang." Acha masih diam, ia terkejut Dhafa masih berada di sekolah.
"Jadi dari tadi Dhafa nunggu Acha?" tanya Acha masih tidak percaya.
"Yap, 2 jam." Acha tercengang dengan ucapan Dhafa. Benarkah ini? Mimpi apa Acha semalam sampai pangerannya menunggu di sini.
"Makasih Dhafa, Acha sayang Dhafa," ucap Acha sambil menyengir tanpa dosa.
"Ayo, keburu malam ntar."
Acha maupun Dhafa keduanya sama sama terdiam. Acha menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya. Sangat sejuk sekali.
"Dhafa, kita mau kemana?" tanya Acha sedikit berteriak.
"Rumah Dhafa." lagi, lagi Acha tercengang, mulutnya membentuk bulatan.
O e m gi mimpi apa Acha semalam. Sekarang Aca mau ketemu camer omay gat !! Bisa bisa Aca mati berdiri ini!! Teriaknya dalam hati.
"Mau sampai kapan disini?" tanya Dhafa, ternyata mereka sudah sampai di rumah mewah milik Dhafa.
"Ayo, Acha masuk." Dhafa menarik tangan Acha, karena Acha sangat lama dan lemot sekali.
"Eh, iya."
"Assalamualaikum, abang pulang, Ma," teriak Dhafa.
"Waalaikumsalam, kamu pikir ini hutan, mama gak budek ko, jadi abang gak usah teriak gitu malu sama tetangga," cerocos Erica yang masih menonton tv dan tidak sadar akan Aca.
"Ma." Dhafa mencium punggung tangan mamanya.
"Ganti baju sana, mandi dulu lagian tumben banget kamu baru pulang." Erica mengomel lagi.
"Ma!"
"Apa, sih, bang? udah sana."
"Ya ampun emang apa bagusnya si orang-orang itu lagian gantengan juga abang." Acha yang mendengar itu langsung terkikik pelan, namun Erica masih bisa mendengarnya.
"Loh, kamu siapa?" Tanya Erica ramah
"Aca tante, calon pacarnya Dhafa." Erica tertawa, lucu sekali Acha ini, tidak memiliki rasa malu.
"Ayok duduk, saya buatkan minum dulu ya." Erica beranjak dan menuju ke dapur.
"Dhafa mandi dulu ya, Acha." Aca hanya mengangguk, ia duduk dan melihat isi ruangan rumah Dhafa.
"Ini minumannya, eh mending kamu ganti baju dulu deh, kamu bisa pakai baju Dhifa." Aca hanya mengangguk, mengikuti Erica.
"Em ... tante, Dhifa siapa?" tanya Acha.
"Adiknya Dhafa, masih kelas 3 smp." Acha ber oh ria.
"Tapi kayanya cukup deh bajunya di kamu, ayok ke kamar dhifa, biar tante ambilkan baju untuk kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik [ REVISI ]
Teen FictionHARAP MERAPAT! KITA BAPER SAMA SAMA YUK?! Kejamnya dunia tidak membuatku putus asa, seolah bahagia nyatanya tidak. Tapi, bukannya menyerah, aku memilih berkawan dengan luka. Jika kamu merasa bahwa bahagia selalu berpihak padaku, maka jawabannya ti...