B-3

194 39 4
                                    

Acha sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia membiarkan rambut hitam legam panjangnya tergerai dengan indah. Ia turun namun tidak melihat keberadaan papa nya

"Pagi, Mbok! papa mana?" tanya Acha.

"Tuan sudah berangkat sejak tadi pagi Non, ayok, Non sarapan dulu." Acha mengangguk lemas. Papanya sudah pergi dan Acha tidak memiliki uang sedikitpun. Lagi-lagi papanya tidak memberi Acha uang saku, lalu bagaimana Acha ke sekolah jika begini caranya.

"Non, ayo duduk, kenapa melamun?" tanya mbok sum membuat Acha tersentak.

"Eh ... iya Mbok." lalu Acha duduk dan  memakan sarapannya.

"Mbok, tolong siapain Acha bekel ya, buat nanti siang." Mbok Sum mengangguk, lalu ia menyiapkan bekal untuk Acha.

"Masa Acha harus jalan kaki, sih? sekolah 'kan, jauh." Acha bermonolog sendiri, ia sangat bingung sekali.

"Ini, Non bekalnya. "

"Makasih ya, Mbok. Acha berangkat dulu, assalamualaikum." setelah mencium punggung tangan Mbok Sum, Acha segera berlari keluar. Jika Acha harus jalan kaki maka waktu 30 menit tidak akan sampai ke sekolah.

Acha menendang krikil dan dedaunan yang berjatuhan, setiap ia melangkah rasanya sudah lelah sekali berjalan walau baru 10 menit saja.

"Panas, gerah lagi!" Acha terus mendumel, kakinya tidak hanya berjalan, melainkan menendang-nendang kecil batu dan dedaunan kering.

"Masa gak ada yang kasih Acha tumpangan, sih?! ya Allah kirimkan lah Acha malaikat penolong, Acha lelah, ya Allah," ucap Acha yang kini berhenti dan mengangkat kedua tangannya berdoa.

"Ngapain?" Acha tersentak, ia menoleh ternyata itu Sam. Samudra. Sahabatnya Dhafa.

"Sam!" ucap Acha sedikit berteriak, matanya berbinar menatap Sam.

"Ke orang gila," ucap Sam dingin.

"Ya Allah terima kasih engkau telah mengirimkan Acha, Sam. Malaikat penolong Acha." Sam masih memperhatikan gadis di depannya ini, selain cerewet tingkat gila nya juga semakin meningkat.

"Sam, Acha nebeng ya?" Sam terdiam sebentar, lalu ia mengangguk membuat Acha tersenyum lebar, akhirnya Acha tidak akan berpanas-panasan dan berjalan kaki lagi.

15 menit mereka sudah sampai di sekolah. Bagaimana tidak cepat, Sam saja bawa motor sudah seperti orang kesetanan.

"Makasih ya, sam. Aca ke kelas dulu," ucap Acha lemas sembari mengatur napasnya, ini lebih membuat jantung Acha berdetak kencang, dari pada sekedar jalan kaki di jalanan tadi.

Sedangkan sam menarik sudut bibirnya mengingat bagaimana reaksi Aca saat di perjalanan tadi.

"Sam, udah gila ya! jangan kenceng-kenceng kalo mau mati duluan aja, Acha masih mau hidup!" teriak Acha sedangkan Sam masih asik dengan dunianya. Sam pikir enak sekali main kebut-kebutan di jalanan karena hari ini jalanan sedikit lenggang. Namun tidak bagi Acha, ia sudah menggenggam tas Sam dengan erat

"Sammmmmmmmmm!" teriak Acha lagi Sam malah terkekeh melihat ekspresi Aca melalui kaca spionnya.

"Sam ini gila! tapi seruuuuuuu!" Sam terkekeh lagi, bagaimana mungkin gadis ini berubah ubah dalam bicaranya, sangat tidak konsisten.

"Sam, Acha masih mau sama papa, Acha gak mau mati! aaakhhhhhhhhh!" teriak Acha saat Sam menaikan kecepatannya lagi. Acha semakin erat memeluk tas Sam takut jika dirinya jatuh.

Sam terkekeh lagi saat melihat Ach berjalan jauh darinya, entah kenapa mengingat Acha membuat dirinya tertawa seperti ini.

"Kenapa?" tanya Rey saat menepuk pundak Sam. Membuat Sam tersentak. 

"Nope," jawab Sam.

"Yo, ke kelaslah!" mereka berjalan melewati siswi yang bahkan kalau dikatakan meneteskan air liurnya. Betapa indahnya ciptaan Tuhan

Dhafa manis bangetttt

Dhafa itu udah paket komplit kali, manis nya dapet, ganteng nya dapet tajir nya juga kaliii

Tapi Sam jugaaaaa

Gemesshhh dehhh Rey

Seperti itulah mereka saat menatap kagumnya ciptaan Tuhan. Ucapan itu dibalas oleh Dhafa dan Rey dengan senyuman manis nya sedangkan Sam. Masih sama ia memasang wajah datarnya.

"Tuh cewek pengen gue pacarin kali ya," ucap Rey terkekeh.

"Yee dasar pakboi, aloevera, loh!" kekeh Dhafa.

Mereka adalah most wantednya SMA Gemilang, ibu kota. Bandung. Siapa yang bisa menolak pesona mereka. Mereka itu adalah paket komplit menurut teman-temannya.

Dhafa William. Putra sulung dari William, yang memiliki wajah tampan, senyum manis yang khas, dan tinggi. Dhafa adalah kapten basket di Gemilang. Jika Dhafa sudah bermain basket walau peluh keringat basahi wajahnya mereka tidak merasa jijik. Mereka menunjukan terang-terangan bahwa dhafa itu hot. Jangan kalian kira bahwa dhafa adalah cold boy atau ice prince nya gemilang. Dhafa adalah kebalikannya. Sikapnya yang ramah dan juga humble membuat semua orang semakin mencintainya.

Berbeda dengan yang satu ini. Wajah yang tampan, raut wajah yang datar, tatapan tajam yang dingin namun menenangkan. Samudra Darmanta sama seperti dhafa Sam banyak di sukai wanita. Namun mereka tidak menunjukan secara terang-terangan ketika suka pada Sam. Mereka lebih memilih diam karena melihat tatapan tajam menghunus dari Sam saja membuat mereka mundur tanpa di suruh.

Reynaldi Ardiaz Bagaskara. Si pakboi ini memiliki Sifatyang urakan dan humble dan memiliki lesung pipi yang membuat kaum hawa ingin sekali menusuk-nusuk pipi bolongnya itu dengan pisau. Ettts becanda. Rey memiliki sifat playboy yang sudah mendarah daging pada dirinya. Walaupun ia begitu kaum hawa tak gentar untuk terus berlomba-lomba menduduki posisi sebagai pacarnya Rey.

"Rey!" Karena merasa terpanggil Rey pun menoleh.

"Hi, baby!" ucap Rey sambil memeluk pinggang Bella erat. Dia adalah pacar Rey. Mereka sudah jadian sejak 2 hari yang lalu. Namun kalian jangan berpikir bahwa Rey hanya mencintai satu wanita. Itu salah besar. Bella hanya kesekian dan masih banyak pacar Rey lainnya.

"Najis banget," ucap Dhafa

"Dah sarap" timpal Sam. Mereka berdua melanjutkan jalan menuju kelas. Tanpa memperdulikan Rey

***
Aca memasuki kelasnya dengan lunglai ia sedikit pusing sekarang.

"Kenapa lo, Cha? pagi-pagi dah lemes aja." tanya Indri teman sekelasnya.

"Masuk angin," jawab Acha.

"Ko bisa?"

"Naik motor." Indri tertawa sepertinya Acha tidak terbiasa naik kendaraan beroda dua itu.

"Pantes aja, lagian gak pake jaket," sahut Fira yang sudah berada di belakang Acha.

"Acha ke sekolah jalan kaki, tapi pas diperjalanan ada Sam, yaudah Acha nebeng."

"Kenapa? Kenapa lo gak minta gue jemput aja?"

"Rumah Acha jauh dari sekolahan, kalo Fira jemput pasti kita telat."

"Dan kenapa lo jalan kaki?" Tanya fira menyelidik

"Gak punya uang, Aca gak di kasih uang sama papa." Fira mengangguk. Ia mengerti bagaimana hubungan Acha dan papanya. Hanya fira lah yang mengerti dan tau tentang Acha.

Detik [ REVISI ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang