Salsa Keysa Akanza

Gefira Inaya

Dhafa William.
Samudra Darmanta
Reynaldi Ardiaz Bagaskara
Indri Qiana Prasetya
Putri Aqilla Nayana
-----------------------------------------------------------
Acha sudah tiga hari tidak masuk sekolah, rasanya ia benar-benar bosan di rumah. Apalagi tidak bertemu dengan Dhafa.Sekarang Acha sudah sembuh. Ketika Acha sakit seperti biasa hanya Mbok Sum yang perhatian dan memberikan kasih sayang pada Acha. Papanya? Mana mungkin, Acha sakit saja dia tidak peduli.
Flashback on
"Cih! merepotkan sekali." Damar berdecak saat Mbok Sum menyiapkan sarapan bubur untuk Acha.
"Seharunya kamu itu sekolah, bukannya bermalas-malasan di sini, paling kamu hanya berpura-pura sakit dan membuat saya bisa kasihan melihat kamu." Acha menunduk ia tidak berani menatap papanya.
"Saya menggaji pembantu itu bukan untuk mengurusi kamu, dasar anak manja! bisa- bisanya anak seperti kamu terlahir ke dunia."bibir Acha terkatup bergetar ia sudah menangis tak kuat dengan ucapan Damar yang begitu menusuk ulu hatinya.
"Selain malas, kamu juga tidak berguna, bisanya menghamburkan uang, bermain, dan berfoya-foya saja! seharunya kamu itu bersyukur masih diberi tempat tinggal oleh saya." Damar benar-benar tidak mempunyai hati, ia bahkan seperti orang yang 'tak berperasaan, padahal ia sedang berbicara pada anaknya sendiri.
"Tidak bisa membuat orang tua bangga!" Setelah mengatakan itu Damar melangkahkan kakinya, sedangkan Acha ia sudah terisak-isak, ia masih tertunduk dengan air mata yang menurun deras di pipinya.
"Sudahlah Non, Non yang sabar. Non 'kan kuat, tuan sudah biasa seperti ini, lebih baik Non makan, bukannya ingin cepat sembuh dan berangkat sekolah ya?" Acha mengangguk sambil tersenyum, ia menghapus air mata di pipinya dengan kasar.
Flashback off
Acha menghela napasnya, ia menjadi teringat atas ucapan Damar tadi. Lalu untuk apa Acha bersedih lagi? Toh, semuanya juga tidak akan berubah.
Ia melangkahkan kaki di koridor sekolah, hari ini Acha sudah bisa beraktivitas seperti biasa.
"Acha!" teriakan itu membuat dirinya terhenti dan menoleh ke arah suara.
"Hi, Fira!" sapa Acha sembari tersenyum, ya memang ia pintar sekali menyembunyikan keadaan apapun.
"Pagi, akhirnya lo sekolah Cha, jadi gue ada temennya deh, tapi lo jangan cape-cape dulu Cha."
"Siap boskuh."
"Ayo, ke kelas." Acha dan Fira berjalan menyusuri koridor sekolah. Banyak sekali yang tersenyum ramah dan antusias ketika melihat Acha dan Fira bersama. Mereka itu cantik, ramah dan juga easy going sekali. Mereka adalah paket komplit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik [ REVISI ]
Teen FictionHARAP MERAPAT! KITA BAPER SAMA SAMA YUK?! Kejamnya dunia tidak membuatku putus asa, seolah bahagia nyatanya tidak. Tapi, bukannya menyerah, aku memilih berkawan dengan luka. Jika kamu merasa bahwa bahagia selalu berpihak padaku, maka jawabannya ti...