Jimin membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa sangat lelah. Ia merasa perih disana sini, belum lagi dingin yang membuatnya menggigil kuat. Bajunya masih basah, gemeratak giginya sesekali terdengar. Bibir biru dengan nafas tersengal, entah sudah berapa lama ia duduk disana. Seingatnya tadi ia merasa ditarik sebuah tangan berukuran besar, hingga ia merasa tangan yang hanya seperti tengkorak dengan banyak lendir itu menggenggam perutnya dengan mudah. Tangan itu menjauhkannya dari Hoseok.
Jimin tersentak kemudian, seolah lupa pada semua yang sedang ia rasakan. Ia terlihat ketakutan, kepalanya menatap ke segala arah. Gelap. Hanya itu yang di lihatnya sekarang. Jimin menajamkan pandangannya, terlalu banyak kabut dan pohon-pohon tinggi. Ia membalikkan tubuhnya, matanya menatap tempatnya bersandar. Tinggi, berkulit kasar dan basah, ia perlahan mendongak mengikuti arah sandarannya, ada beberapa lendir dilihatnya.
Nafasnya seketika terkecat, Tempatnya bersandar sangat tinggi dan bau, ia tidak bisa menjelaskan bau apa itu, seperti bau alam tapi juga amis. Jimin terus perlahan mendongak, takut tapi penasaran, ia memaksa menatap keatas. Sontak Jimin menjauh dari tempatnya bersandar, merangkak mundur. Sebuah pohon besar dengan ceruk tempatnya bersandar, ini seperti pohon tua dan seperti sudah lama hidup. Banyak tengkorak menggantung diatas setiap ranting pohon itu, juga disekeliling pohon bahkan di tempat dimana Jimin bersandar.
"H-hyung...Hoseok hyung...dimana kau? Kenapa aku sendiri disini?"
Hening.
Ketakutan menyelimutinya, ia sendirian disini, kenapa langit tidak juga kunjung terang? Kenapa malam begitu lama berganti pagi? Jimin melempar pandang ke semua arah, dimana dia sekarang? Dimana semua orang? Apa ia benar-benar sendiri? Sosok itu? Dimana sosok itu? Jimin menggigit bibirnya takut. Ia ingin menangis tapi itu tidak akan bisa membantu. Ia harus mencari yang lain, Jimin benar-benar sendiri. Disaat seperti ini ia tidak boleh lemah, ia harus bergerak mencari yang lain. Ia takut, sangat, ia tidak suka sendirian, tapi ia tidak boleh kalah. Jimin memejamkan matanya, menarik nafas beratnya perlahan.
"Tidak. Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku harus menemukan rumah itu, aku yakin yang lain juga sedang mencari jalan keluar. Tapi aku harus menemukan Jungkook dan Taehyung. Aku pasti--"
Sraaakk!! Sraaakk!!
"Hhh? Suara apa itu?,"Jimin spontan membuka matanya lebar-lebar.
Kepalanya menoleh kesana-kemari gelisah. Tubuhnya ikut berpaling ke kanan kiri tidak menentu. Mencari tahu apa yang membuat suara di sekitarnya. Ketakutan mulai menyelimutinya, ia sendirian di hutan. Jika itu buka hewan liar, lalu apakah itu monster?
Sraaakk!! Sraaakk!!
"Siapa itu? Keluar kau dari sana!,"Ingin rasanya Jimin berteriak seperti itu. Tapi ia tidak punya cukup keberanian untuk menantang makhluk tinggi besar yang mencengkeram perutnya sebelumnya.
Sraaakk!! Sraaakk!!
Suara itu semakin dekat, Jimin mencoba tenang, meski nafasnya terus memburu. Matanya menjelajah sekenanya. Ada sosok yang di lihatnya mendekatinya. Sosok manusia lebih tinggi darinya, ia memicingkan matanya mencoba mengenali siapa sosok itu.
"H-Hyung?,"Jimin memberanikan dirinya memanggil. Entah Hyung siapa yang dia maksud tapi ia yakin itu bukan Jungkook atau Taehyung.
Sosok itu berhenti tepat dua meter di depan Jimin, ia hanya berdiri tanpa mengatakan apapun. Seketika aura kekelaman menyelimuti sekitar. Perasaan Jimin tidak tenang. Matanya perlahan naik menelusuri tubuh sosok itu. Seingatnya tidak ada satupun dari mereka yang memakai baju lusuh seperti yang sosok ini pakai.
"Oh tidak. Jangan-jangan...,"Jimin menenangkan jantungnya yang berdetak cepat. Ia bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya. Matanya tepat melihat sosok itu, benar, itu bukan satupun dari mereka. Dan mata itu...mata itu mengeluarkan darah.
![](https://img.wattpad.com/cover/120288444-288-k355528.jpg)