Cerita ini dibuat agar kalian tidak merasa bosan yang ngabuburitnya dirumah aja selama bulan Ramadhan berlangsung untuk memutus rantai penyebaran covid-19 #dirumahaja. Jangan lupa follow WatverseSquad yaa :)
☕☕☕
here we go
happy reading
[Past]
***
(Vano)
Aku duduk di teras rumah, memandangi langit pagi yang begitu bersahabat hari ini. Sesekali aku liat orang yang berlalu lalang di jalanan. Ya, rumahku berada di pinggir jalan dan tidak begitu luas halamannya, hanya bisa menampung 1 mobil. Ayah emang sengaja buat kayak gitu, katanya mau tampilan sederhana aja. Tapi di halaman ada beragam bunga yang ditanam mama, hobinya emang itu, merawat bunga-bunga dengan telaten.
Udah seminggu aku berada dirumah. Hari ini hari terakhir aku menjalani skors dari sekolah dan hari ini juga jadwal SMA Insani Jaya datang ke sekolah buat mengetes lapangan. Rasanya pengin aja diri ini meluncur ke sekolah, tapi aku tahu hal itu tidak bisa karena melanggar peraturan skors yang kujalani. Aku hanya bisa diam di rumah, menunggu kabar dari Bayu.
Hari ini kami rencananya buat foto keluarga. Dari dulu sampai sekarang kami gak punya sama sekali yang namanya foto keluarga. Makanya hari ini rencananya dibuat sebagai kenang-kenangan. 30 menit telah berlalu, aku masih duduk di tempat yang sama. Aku merasa nyaman dengan situasi ini dengan angin sepoi-sepoi menghampiri. Tak ingin pergi, aku ingin menikmati ini sedikit lebih lama. Tapi waktu menunjukkan jam 8 lewat di ponselku dan terdengar juga suara mama memanggil untuk sarapan. Aku segera masuk.
Usai sarapan, kami bersiap-siap untuk pergi ke studio foto. Mama sangat senang hari ini, aku turut senang juga melihatnya. Di lemari baju aku ambil kemeja coklat tua yang biasanya aku pakai jika ada acara spesial. Celananya aku pilih yang berwarna coklat susu. Aku persiapkan semuanya dengan baik karena tak mau ada yang terlewatkan sedikitpun di hari spesial ini. Setelah semuanya siap, aku turun ke bawah. Setiba di ruang keluarga, mama dan ayah sudah duduk di sofa yang nampaknya sedang menungguku. Aku menghampiri mereka dan mengajak untuk pergi. Sejenang kemudian mobil kami melaju di jalanan aspal. Kami dijalan memakan waktu yang lama karena udah banyak pengendara lain yang meramaikan jalan. Alhasil kami tiba di studio foto jam 10 lewat, sekitar 1 jam-an di jalan.
Di dalam studio foto jumlah pengunjungnya bisa dihitung. Sebelum kami cuman ada 1 keluarga yang sedang pengambilan foto. Selagi nunggu itu kami duduk di kursi panjang yang udah disediakan di ruang tunggu. Tak lama, hanya sekitar 15 menitan udah giliran kami. Mengambil posisi terlebih dulu, aku berada di antara mama dan ayah. Kami dalam keadaan duduk dan sedikit membentuk huruf U. Walhasil foto kami terlihat sempurna dengan tambahan bingkai dan senyuman bahagia yang terukir di bibir.
Dari studio foto ayah mengajak kami untuk cari makan sebelum pulang ke rumah. Kami singgah di restoran terfavorit di kota ini. Dari segi makanan tidak ada yang bisa menyainginya dan pelayanannya cukup memuaskan. Tempatnya pun bikin kita betah dan tak pernah sepi dari pengunjung. Rasa kopi latte di sini imbang dengan buatannya ayah, sangat disayangkan jika tak dihabiskan.
Usai makan kami singgah ke mall di kota ini, ada yang mau di beli sama mama dan ayah katanya. Aku hanya ngikut mereka aja dan itu gak jadi masalah bagiku. Suasana mall lumayan ramai hari ini mengingat weekend. Alih-alih ayah membeli sebuah grinder untuk usahanya. Aku senang melihatnya, berarti gak lama lagi kedai kopi ayah bakalan dibuka. Kalau mama beli baju baru, sekalian untukku. Kiranya semua yang diperlukan sudah dibeli, kami kembali ke rumah. Jalanan udah mulai agak renggang dibanding tadi pagi. Setidaknya cuman tiga puluh menit kami berada di jalan.
Setiba di rumah, kami menaruh barang belian kami dan aku memilih rebahan di sofa ruang keluarga. Waktu udah menunjukkan jam dua siang. Seraya rebahan aku mainkan ponsel, buka platform media sosial. Sekalian juga aku dengerin lagu favoritku pakai earphone. Tadi pagi aku suruh si Bayu ngabarin kalau dia mau berangkat latihan. Aku lagi nunggu itu juga. Tiga puluh menit berlalu tapi belum ada juga kabar dari Bayu. Empat puluh lima menit, tetap sama. Hampir sejam aku menunggu. Tapi notif yang kutunggu akhirnya muncul di layar ponsel.
"Bro, gue otw latihan."
Pesannya cuman aku read. Aku diam sejenak, memikirkan jika aku pergi ke sana. Banyak resiko yang harus ditanggung jika aku pergi. Tapi hati ingin aku pergi kesana, sangat kuat hingga aku memutuskan untuk pergi. Aku ambil helm dan pergi dengan motor pemberian dari ayah sebagai hadiah ulang tahunku beberapa bulan lalu. Jika ada keadaan genting aja baru aku gunakan. Aku jumpa mama di jalan menuju garasi.
"Mau kemana nak?," tanya mama
"Mau kerumah Bayu," bohong aku.
"Owhhh iya, hati-hati ya nak."
"Iya ma." Pergi dari hadapan mama dan menuju ke garasi.
Aku ambil helm dan sejurus kemudian motorku melaju di jalanan. Aku tau ini banyak resikonya, tapi aku harus pergi dan nerima semua konsekuensinya.
Sekitar dua puluh menit aku sampai di sekolah. Aku tidak memarkirkan motor di parkiran, memilih tempat yang tak terlihat yaitu di dekat pohon mangga yang rimbun dekat taman. Pemain SMA Insani Jaya udah ada di lapangan kami. Aku milih amati mereka dari kejauhan aja. Sejam telah berlalu, keadaan masih kondusif. Aku tetap menunggu sampai latihan selesai. Yang ku amati dari awal datang sampai sekarang mau pulang tetap sama, tak ada yang terjadi. Setelah memastikan gak ada orang lagi di sekolah, aku kembali ke rumah.
Beruntung hari ini gak terjadi apa-apa, tapi acara puncaknya belum diselenggarakan dan kemungkinan besar kami bakal bertemu di final dan bentrokan gak terelakkan.
Setiba di rumah, aku langsung pergi mandi dan ganti baju. Terasa gerah hari ini. Sekarang udah jam 5 sore. Siap bersihkan badan aku turun untuk bergabung makan malam. Usai makan malam aku langsung ke kamar, gak ada keluar-keluar lagi. Aku masuk ke kamar setelah Maghrib. Alih-alih aku liat ada pesan masuk dari Bayu sejam yang lalu.
"Bro, tadi gadak bentrok."
"Iya, tapi acara puncak belum bay."
Kututup bentar ponsel dan segera meluncur ke kasur. Aku menenggelamkan wajah di kasur, melepas letih seharian ini. Cukup damai rasanya, tak ada hiruk-pikuk lagi. Terdengar pesan masuk, aku segera meraih ponsel.
"Maksudnya?"
"Acara kita blum diadakan, 'kan?
Yaa gue rasa di situ nanti bentroknya.""Kok bisa berpikiran gitu lo Van?"
"Yaa hanya firasat aja.
Sekolah kita kan rival abadi sama SMA Insani Jaya.""Iya juga, gimana jadinya tu bro?."
"Yaa kita siap-siap aja lagi.
Jangan lengah.""Okeoke bro."
"Iya."
Tak ada chat lagi diantara kami, aku meletakkan hp. Aku pergi ke kamar mandi buat cuci kaki sebelum tidur. Usai hal itu, aku bersiap untuk tidur.
***
Thanks for reading. Masih sanggup kan bacanya? Masih tahan kan jantungnya? Aku harap iya karena belum usai ceritanya, masih panjang. So pantengin aja terus crita ini. Tinggalkan vote dan comment kalian tentang chapter ini dan jangan lupa share nya. Awas klo gak... AWAS
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
LATTE : this is one for you [Completed]
Teen FictionProlog : 24 April 2020 Epilog : 25 Mei 2020 NO PLAGIARIZED THIS STORY, THINK YOUR OWN IDEA HIGHEST RANK: #1 Hikmah Kehidupan (27/05/2020) #1 Langit Sore (31/08/2020) #2 Sekarang (20/09/2020) #3 Calmboy (27/05/2020) #3 Penikmat Senja (04/09/2020) #4...